"ARKAN?!"
Seorang pemuda yang tengah bergelung dengan selimutnya lantas langsung terjengkit kaget, melompat dari kasur lalu berlari turun ke bawah.
"Iyah Bunda!"
Arkan mencari ibunya, dia melihat ibunya sedang berada di dekat tempat mencuci baju.
"Ada apa Bunda?"
Terlihat ibunya membalikan tubuh sambil memegang seragam sekolahnya yang berawarna putih.
"Ini apa? Kamu berantem lagi?"
Tatapan menusuk ibunya seakan hendak memenggal kepala Arkan. Alisha menarik tangan Arkan, dia melihat pundak belakang Arkan ada luka di sana.
"Ini lukanya sama kayak darah di lengan baju kamu Arkan.
"Itu Bund kemarin itu---" Arkan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Itu apa? Itu kemarin kamu berantem, iyah? Bunda cape deh ngurusin kamu, kamu mau buat Bunda stroke liat kelakuan kamu?"
"Ini darah Arkan, kamu mau jadi sok jagoan atau gimana? Bunda gak pernah ngajarin kamu buat jadi sok jagoan!"
"Ada apa sih Bund?"
Arkan bernafas lega penyelamatnya datang terlihat Ayahnya datang dengan baju
yang basah sepertinya dia baru saja
berolahraga.
"Diem Marvin, aku gak ngomong sama kamu!"
Arkan Rivaldi Pratama putra pertama dari Marvin dan Alisha, entah kenapa sikapnya sangat sulit ditebak.
Tatapan menusuk Alisha kembali kepada Arkan sedangkan yang ditatap begitu hanya menundukan kepalanya.
"Arkan, kamu mau buat Bunda kena serangan jantung?" tanya Alisha dengan nada kesal.
Arkan menggelengkan kepalanya.
"Enggak Bunda, Arkan minta maaf!"
Alisha hanya menggeleng-gelengkan kepalanya.
" Maaf, maaf, maaf itu terus yang kamu
bilang tapi gak pernah ada perubahan"
"Bund udah, mungkin Arkan emang gak sengaja berantem pasti ada alasannya dong kenapa dia bertengkar."
Marvin mengusap-usap pundak Alisha menenangkan.
Brukh...
"Anak kamu tuh, sama aja kayak kamu susah di atur!" Alisha melempar baju Arkan yang tadi dia pegang kepada Marvin.
"Bunda..." panggil Arkan.
Arkan melihat kepergian ibunya itu dia merasa sangat bersalah, bahkan ayanya tidak akan bisa berbuat apa-apa jika ibunya sudah marah.
"Ayah, ini gimana? Aku gak mau buat Bunda kecewa aku gak bisa di diemin Bunda!" Marvin menghela nafasnya.
"Ya lagian kamu apa sih Arkan kenapa berantem gitu kamu tau kan Bunda gak suka kekerasan!"
"Nanti Ayah coba bicara sama Bunda yah!" Arkan menganggukan kepalanya.
"Terima kasih Ayah!"
Marvin berusaha membujuk Alisha agar memaafkan Arkan tapi memang pada dasarnya Bundanya Arkan itu keras kepala dia tidak akan semudah itu memaafkan putrnya.
Arkan berkali-kali mendekati ibunya namun lagi-lagi yang dia dapatkan hanya tatapan sinis dan ucapan ketus.
Hingga siang hari pun ibunya masih mendiami Arkan, Arkan melihat ibunya ada di dapur sedangkan Ayahnya berada di ruang keluarga.
Arkan mendekati Alisha.
"Bund aku minta maaf!" Arkan mengikuti ke
manapun Alisha pergi.
Alisha ke dapur Arkan ikut ke dapur, saat ibunya ke ruang tengah dia juga ikut ke ruang tengah.
"Bund jangan diem gini dong, aku gak bisa di diemin Bunda kayak gin---"
"Udah tau gak bisa di diemin tapi bikin salah terus," potong Alisha ketus.
Marvin sebenarnya ingin tertawa melihat Arkan seperti anak ayam yang kehilangan induknya.
"Bund... Maaf!"
Alisha menghela nafasnya dia berdiri berhadapan dengan Arkan.
"Gak ada seorang Ibu yang mau liat anaknya kenapa-kenapa Arkan!"
"Bunda ngelarang kamu karena Bunda takut kamu kenapa-kenapa!"
Arkan menundukan kepalanya.
"Maaf Bunda." Alisha mencubit tangan Arkan.
"Jangan berantem-berantem lagi!" Alisha pergi begitu saja setelah mencubit Arkan.
Pemuda itu tersenyum tidak ada yang lebih melegakan selain melihat Bundanya.
Drt.... Drt..
Ponsel Arkan berbunyi pemuda itu merogoh sakunya dia mengambil ponselnya.
"Halo, ada apa Sean?"
"Oke gue otw!"
Arkan langsung berlari menuju kamarnya dia mengambil jaket dan kunci motornya,
Alisha yang baru saja keluar dari kamar bingung saat melihat putranya terburu-buru.
"Arkan mau ke mana kamu?" tanya Alisha saat Arkan menuruni anak tangga dengan cepat.
Arkan menghentikan langkahnya dia melihat Alisha turun dari tangga, Arkan kembali naik ke atas mendekati ibunya.
"Mau keluar sebentar Bund, tadi di telpon Sean ada urusan sebentar!" ujar Arkan.
Alisha menatap putranya itu dengan tatapan menelisik mencari kebohongan.
"Enggak Bund aku gak bohong, nanti kalo Arkan pulang Bunda boleh cek ada luka atau enggak di tubuh Arkan!"
Alisha menangguk-anggukan kepalanya.
"Yaudah hati-hati, nanti ada barang yang mau Bunda titip, kamu beliin yah!" ujar Alisha.
Arkan menganggukan kepalanya lalu berlagak hormat.
"Siap Ibunda ratu tersayang! Kabarin aja!"
Senyum Alisha mengembang.
"Yaudah sana!"
"Okay Bunda!"
Anaknya itu menyalami tangan Alisha. Arkan berjaln menuju motornya yang ada di garasi, di dalam garasi ada mobil milik ayah dan bundanya, ini hari minggu Ayahnya itu pasti sedang tidur.
Arkan mengemudikan motornya menuju tempat teman-temannya berkumpul.
"Ada apa?" tanya Arkan saat sudah sampai di tempat teman-temannya.
"Gak papa sih nongkrong lah Kan, lo minggu di rumah bae!" saut Bastian.
Arkan duduk di kursi samping Kean.
"Gue abis di diemin Bunda dari pagi makanya gue baru keluar ini juga
gak lama keburu Bunda ngamuk-ngamuk lagi," ucap Arkan.
"Tante Alisha kenapa lagi Kan?" tanya Daren yang sedang mengisap rokok di mulutnya sambil membaca buku.
"Biasa, semalem gue cape banget badan sakit banget, gue gak sempet ngilangin bekas darah di baju, semalem Revan nusuk bahu gue, tadi pagi Bunda mau nyuci liat itu yaaa tau lah gimana, Bunda gak mau gue
berantem-berantem!"
Arkan itu memang sangat menyayangi ibunya bahkan ibunya akan selalu menjadi nomor pertama, walaupun terlihat kejam saat marah tapi jika sudah berurusan dengan ibunya, Arkan akan berubah menjadi kucing penurut.
Arkan membuka ponselnya ada pesan dari ibunya, Arkan bangkit dari duduknya.
"Gue duluan yah, Bunda nyuruh gue ke supermarket kayaknya mau buat kue, nanti malem lo semua dateng aja ke rumah, gue bilang ke Bunda lo semua mau dateng!"
"Asik ke rumah Arkan, gue demen nih yang begini, di rumah Arkan itu selain adem banyak fasilitas gue juga demen emaknya pinter masak banyak makanan lumayan duit bulanan gue utuh!" saut Kean membuat Arkan dan yang lainnya tertawa.
Plak...
"Yee itu mah demennya lo, malu-maluin!" Sean menggeplak kepala Kean.
"Sialan main geplak-geplak aja, pala gue udah dipitrahin nih sama bokap gue!"
"Bokap lo bokap gue juga!" kata Sean ngegas.
"Dih ngaku-ngaku!" jawab Kean. Sean yang kesal langsung memiting kepala Kean di ketiaknya.
"Mampus lo makan tuh ketek gue aroma-aroma sultan!" ujar Sean tertawa puas.
"Anjing lo gak mandi berapa hari bau banget sialan!" ujar Kean yang masih berada di bawah ketiak Sean.
Kean dan Sean adalah adik kakak wajah mereka sangat mirip, Kean adalah kakaknya Sean adiknya mereka beda satu tahun itu lah kenapa Sean memanggil Arkan dengan sebutan Abang.
"Sean gua mau pingsan Sean!"
Kean memukul-mukul tangan Sean.
"Mati gue Sean!"
Kean berpura-pura pingsan membuat Sean
melepasnya.
"Anjir mati beneran apa yak Abang gue!"
Setalah Sean melepas Kean pemuda itu langsung berlari menjauh dari Sean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 197 Episodes
Comments
Mukmini Salasiyanti
Coz rajin up, tak kasi Flowers lah.. 😊🥰🥀💐🌼
2023-08-04
0