Wellington, New Zeeland.
Claire masih terperangah melihat pemandangan di balik apartemen di lantai lima ini. Sebuah kota pelabuhan yang mewah dan cantik. Lautnya benar-benar berwarna biru dan menggemaskan. Melihat pemandangan itu membuat Claire melupakan segala kesedihan yang dialaminya. Ia tersenyum terkesima dan mulai mengerti mengapa Sara tidak suka berlama-lama di Canada.
"Kalian menyewa apartemen mewah dengan pemandangan luar biasa!"
Sara yang sedang menyiapkan kamar itu untuk Claire tersenyum simpul. "Kami tidak menyewa, ini hadiah kesembuhan dari pamanku. Sudah sangat lama, aku mengalami kecelakaan lalu lintas dan koma dalam waktu yang lama. Setelah bangun, semua orang menuruti keinginanku. Aku benar-benar merasa istimewa. Beberapa anggota keluargaku juga menyewa tempat lain di apartemen ini. Jadi kau jangan heran jika nantinya akan ada anggota keluargaku yang lain menumpang saat makan siang."
"Ini cantik sekali."
"Sayangnya ini lantai lima. Kau bisa saja melihat pemandangan yang lebih indah dari lantai teratas. Tapi kau harus meminta izin dulu pada penyewanya." Sara berujar jenaka lalu duduk di atas ranjang dengan tenang.
"Kamarmu sudah selesai dibersihkan. Mulai sekarang, kau tinggal disini."
Claire meninggalkan pemandangan tentang pelabuhannya untuk menoleh kepada Sara.
"Kamar ini untukku? Seharusnya kalian yang memiliki kamar dengan pemandangan indah ini."
"Kau akan lebih menikmatinya, tidak seperti kami. Kami sudah bosan dengan pemandangan itu. Hubert bahkan membuka cafe di dekat pantai. Dia pasti sedang sibuk melayani mahasiswa dari Victoria saat ini.
Cafenya terkenal di kalangan mahasiswa dengan menunya yang murah meriah!"
"Kau sangat beruntung, kehidupanmu sangat tenang dan nyaman."
"Kau juga akan tenang dan nyaman disini. Nikmatilah." Sara lalu berdiri tegak dan tersenyum lagi. "Aku juga sudah menyiapakan makan siang di atas meja makan. Sekarang beristirahatlah, aku harus ke cafe untuk membantu Hubert!"
"Terimakasih, Sara!"
"Kau temanku, seharusnya tidak perlu berterima kasih sama sekali!" Sara berpura-pura marah lalu meninggalkan Claire seorang diri setelah menutup pintu.
Claire mendaki ranjangnya dan duduk di tengah-tengah. Ia memandangi kamarnya yang sangat teduh dengan nuansa Biru langit. Terlihat sangat bersemangat. Kaca anti pecah yang sangat besar membuat Claire merasa kalau di sana seperti tidak ada kaca sama sekali dan ia bisa melompat kapan saja untuk terbang menuju laut. Sebagian kamarnya diterangi cahaya matahari yang terik, tapi ranjangnya sama sekali terlindungi dari udara
panas itu. Ia bisa melihat matahari seolah-olah melayang disamping kamarnya. Claire tersenyum senang. Kesan pertamanya tentang New Zeeland adalah 'luar biasa' ini termasuk salah satu tempat terindah di dunia. Claire berbaring dengan nyaman di atas ranjangnya. Ia tidak perlu selimut karena udara di dalam kamarnya teramat sejuk.
Desiran angin dari kipas besi di salah satu sudut ruangan membuatnya merasa sedang berada di pantai. Sepertinya rumah ini tidak menggunakan AC, menggunakan kipas angin adalah pilihan yang tepat untuk memberikan efek angin yang nyata dan menyenangkan. Claire melupakan makan siangnya. Ia merasa lelah dan ingin memejamkan matanya. Tidak butuh waktu lama baginya untuk terlelap hingga tiba-tiba panggilan untuknya membangunkannya.
Claire membuka matanya dan kembali mendapati bahwa kamar itu sama sekali bukan mimpi. Ia merasa sangat lega karena terbangun dalam keadaan yang baik. Lebih lega lagi karena mendengarkan suara yang dikenalnya memanggil namanya dari balik pintu. Sara. Claire berusaha menyingkirkan rasa kantuknya dan membukakan pintu. Sara segera masuk ke dalam kamar dan Claire sama sekali tidak keberatan. Lagipula ini apartement milik Sara.
"Kau baru pulang? Cepat sekali." Claire bergumam dengan suara lemah, ia masih merasa lelah.
"Ini sudah sangat sore, sebentar lagi makan malam dan kau tidak makan siang?"
"Aku melupakannya. Mungkin karena hasrat untuk beristirahat lebih besar."
Sara mendengus, sepetinya ia tidak menyukai alasan Claire karena melewatkan makan siang. "Kau sedang hamil, seharusnya tidak melewatkan makan sama sekali."
Claire kembali mengingatnya. Kehamilan yang sempat dilupakan kembali merasuk ke dalam dirinya. Tapi ia berusaha menyembunyikannya secara apik dan tersenyum. "Aku mengerti, nyonya!"
"Jangan mengatakan kata-kata itu. Disini kau tamuku dan aku tidak akan suka jika kau memanggilku dengan sebutan nyonya. Sekarang bersiap-siaplah, Ibuku akan datang malam ini dan kita akan makan malam bersama tanpa Hubert karena cafenya sangat ramai. Dia tidak bisa meninggalkannya."
----------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments