Satu buah koper nyaris penuh. Claire masih berusaha menjejalkan pakaiannya disana dengan lemah. Tapi ia harus bergerak cepat karena masih banyak pekerjaan lain yang menunggunya. Claire menarik keluar satu buah koper lagi untuk barang-barangnya yang lain. Selama tinggal di rumah ini, Claire memang tidak begitu suka mengoleksi banyak benda yang tidak berguna. Ia hanya membeli barang-barang yang sesuai dengan kebutuhannya.
Jam Sembilan keberangkatannya ke new Zeeland. Ia harus mengejar waktu secepat mungkin. Tertidur di kamar Noah membuatnya bangun kesiangan dan Claire yakin ia akan segera menjadi gossip hangat diantara para pelayan yang melihatnya keluar dari kamar Noah dalam keadaan kusut. Seharusnya Claire tidak perlu memperdulikan ucapan orang lagi. Bukankah ia akan segera pergi.
"New Zeeland?"
Suara lantang diiringi bunyi pintu yang dibuka dengan paksa mengejutkan Claire. Ia menoleh ke pintu kamar kecilnya dan mendapati Noah berdiri disana dengan tatapan tak menyangka. Noah sudah tau, pagi ini dia mengikuti sarapan bersama anggota keluarga lain seperti biasa dan kepindahan Claire pasti menjadi bahasan disana.
"Kau tidak mengatakan kepadaku akan pegi ke New Zeeland!" Noah semakin berang. Ia mendekati Claire hingga jarak diantara mereka sangat dekat. Noah sangat tidak menyangka dengan keputusan ini, ia ingin memeluk Claire dan memintanya jangan pergi, tapi keingintahuannya mengalahkan segalanya. Noah ingin mendengar jawaban langsung dari mulut Claire tentang kepergiaanya ke New Zeeland yang menjadi bahasan hangat di meja makan.
"Maaf, keputusan itu mendadak!"
"Lalu kau sebut apa kejadian tadi malam? Aku kira itu permulaan, tapi kau menjadikannya sebagai akhir dari semuanya."
"Anggap saja salam perpisahan..."
"Kau sangat jahat. Aku mulai berharap dan kau akan meninggalkanku disini? Aku sendirian dan hanya kau yang menemaniku selama sebulan ini. Jika kau pergi aku bersama dengan siapa? Aku akan sangat kesepian."
"Ini hakku, Aku bisa pergi kemana saja yang aku inginkan."
Noah berdiam lama, masih menatap Claire tak percaya. "Apa yang mengganggumu? Kau tidak menyukaiku? Apakah segala tindakanku membuatmu merasa risih sehingga kau memutuskan untuk pergi? Aku sudah benar-benar mengikat diriku di Canada agar bisa bersamamu dan sekarang, saat aku tidak bisa melarikan diri kemana-mana kau malah memutuskan untuk pergi?"
"Aku punya alasan kuat untuk itu."
"Kau sangat dingin. Seharusnya aku merasakannya sejak semalam kalau dirimu tidak sehangat bisanya. Apa yang terjadi padamu? Tidak bisakah berbagi denganku?"
"Aku tidak punya masalah, tidak terjadi apa-apa padaku. Semalam bagiku adalah yang pertama kalinnya. Jadi seharusnya kau memaklumi sikapku!"
Dan Claire mendapatkan ciuman itu lagi. Noah menghempaskan tubuhnya di atas ranjang dan mereka menyatu lagi tanpa melepaskan pakaiannya. Kali ini Claire berusaha untuk bersikap tenang, berusaha untuk terlihat hangat dan bergairah meskipun tindakan Noah kali ini sangat menyakitinya. Ia hanya tidak ingin ada orang lain yang tau mengenai masalahnya selain Hubert dan Sara. Ia hanya ingin memberikan Noah ketenangan untuk ditinggalkan. Claire mencoba mengganti rintihannya dengan desahan. Ia menggigit bibirnya berkali-kali agar tidak bersuara. Kamarnya dan dapur bersebelahan.
Akan banyak pelayan di dapur dan bisa saja saat ini semua orang disana sedang menyimak mereka. Ini yang kedua, lebih menyakitkan dari yang semalam, terlebih Claire harus memaksakan diri untuk terlihat sama menginginkannya. Ia tersiksa.
"Clairy?"
Claire menoleh ke pintu. Janette menatapnya dengan pandangan heran dan Claire merasa bersalah membiarkan Noah menyerangnya secara tiba-tiba. Ia bahkan belum menutup pintu dan sekarang Janette sedang melihatnya di setubuhi oleh Noah. Claire menatap Noah dan memohon agar Noah berhenti sejenak. Laki-laki itu melakukannya tapi tidak mengubah posisinya sama sekali. Bagi Claire itu sudah cukup asalkan ia bisa tenang berbicara.
"Sedang apa kau disini, Jane?"
"Aku kira kau butuh bantuanku untuk berkemas-kemas." Gadis itu masih terperangah, mengingatkan Claire pada kejadian di masa kecil, saat ia melihat Olive dalam keadaan sama seperti dirinya.
"Pergilah, Aku bisa melakukannya sendiri."
"Semua pelayan sedang menguping dari dapur." Janette lalu memandang Noah sejenak dengan perasaan takut lalu kembali kepada Claire. "Kau butuh bantuan? Perlukah aku memanggil seseorang untuk menyelamatkanmu?"
"Tidak, aku bisa menanganinya sendiri. Pergilah dan tutup pintu itu!"
Janette tidak menunggu lebih lama lagi. Sebelum gadis itu pergi Claire bisa melihat airmatanya. Janette benar-benar sudah seperti adiknya, bahkan seperti anaknya. Ia pasti merasa kesakitan melihat Claire diperlakukan seperti ini.
Claire tidak bisa menahan diri lagi. Ia menangis sedih, kembali mengeluarkan rintihan kesakitan yang sedang disembunyikannya. Dengan berat hati Claire berusaha menghapus airmatanya lalu kembali menggigit bibirnya agar tidak bersuara. Ia membiarkan Noah kembali menaklukkannya hingga laki-laki itu selesai dan berbaring di sebelahnya tanpa melepaskan penyatuannya. Claire merasa sangat lemah, ia memandang Noah sejenak dan melihat mata yang berkaca-kaca. Dengan perlahan Claire menyentuh pipi Noah lembut. Laki-laki itu juga bersedih?
"Aku tidak ingin seperti ini." Desisnya.
Claire mengangguk mengerti, ini diluar kendali.
"Kami memang di takdirkan untuk ini."
"Tidak, semua manusia ditakdirkan untuk dicintai. Tidak bisakah kau menerima cintaku? Tidak bisakah kau membatalkan keinginanmu untuk pergi?"
"Aku akan kembali. Kau tidak perlu bertindak seolah-olah kita tidak akan bertemu lagi. Kita masih teman, 'kan?" Claire menyentuh dada Noah lalu mendorongnya perlahan-lahan hingga laki-laki itu benar-benar terlepas dari dirinya. Dengan gerakan yang sangat cepat Claire kembali memperbaiki pakaiannya dan tanpa memandang Noah, ia mengunci rapat kopernya. Setelah selesai, Claire menoleh kepada Noah sejenak lalu tersenyum. "Aku pergi, selamat tinggal."
Noah terpaku. Kata-kata selamat tinggal itu, benarkah Claire akan kembali? Mengapa ia mengatakan salam perpisahan yang membuat- nya merasa kalau mereka akan berpisah selamanya? Ini pertama kalinya Noah merasa luka dalam hidupnya. Luka yang berbeda yang lebih menyakitkan dari apapun. Ia mendapatkan raga gadis itu, tapi tidak bisa menjamah hatinya.
----------------
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 65 Episodes
Comments
Mira Anggraini
ini cerita keren banget lhooo.. dari awal sampe episode ini, terasa banget feel nulisnya oke banget.. bahasa dan alurnya teratur.. semoga banyak pembaca yg mampir kesini, sayang dilewatkan.. sangat Author
2020-11-16
5