Bab 18

" Memangnya apa yang ingin kamu sampaikan sayang? " sahut David yang kembali duduk berhadapan dengan istrinya.

" Tapi Mas janji jangan marah ya? " ujar Adira.

" Iya sayang Ayo cepat katakan memangnya Ada hal penting apa? Tanya David Yang penasaran.

" Tapi mas janji ya jangan marah? " ujar Adira sekali lagi

" Iya Sayang, ayo cepat katakan? " tutur David yang sudah tidak sabar

" Tapi janji dulu ya? " tutur Adira sambil menunjukkan jari kelingkingnya.

" Iya Mas janji. " David langsung menautkan jari kelingkingnya ke jari kelingking istrinya.

Sebelum bercerita Adira terlihat menarik nafasnya dengan panjang lalu menghembuskannya secara kasar.

" Sebenarnya tadi siang Ibu minta duit sama Adira Mas. " ucap Adira yang mulai bercerita.

" Lalu ibu kamu kasih duitnya atau tidak? " tanya David.

" ibu Adira beri uang Rp300.000 mas tapi Ibu nggak terima lalu Ibu mengambil semua uang yang ada di dalam dompet Adira Mas. " tutur Adira.

David sempat terpaku mendengar pengakuan dari istrinya, David mencoba untuk mencerna dan mencari tahu lewat ekspresi wajah istrinya, apakah istrinya berbohong atau tidak.

Tapi saat David membaca ekspresi wajah istrinya, David tidak dapat melihat raut wajah kebohongan yang ditampilkan oleh istrinya.

" Masa sih Ibu seperti itu sayang? " tanya David yang masih sedikit tidak percaya dengan pengakuan istrinya.

" Astagfirullah untuk apa Adira berbohong Mas, sebagai seorang suami pasti Mas tahu saat ini Adira sedang berbohong atau tidak. " jawab Adira

" Tapi setahu mas ibu tidak seperti itu sayang, selama ini jika uang yang Mas berikan kurang Ibu pasti selalu meminta lagi dan tidak pernah merebut dengan cara seperti itu. " tutup David menjelaskan.

" Tapi seperti itulah kenyataannya Mas, Adira tidak mungkin berani berbohong. " ujar Adira.

" Ya sudah jadi uang jatah belanja bulanan sudah habis semua? "tanya David.

" Habis mas hanya tersisa Rp15.000 di dalam dompet itupun sudah Adira belikan roti kering (biskuit) tadi. " jawab Adira dengan jujur.

" Ya sudah nanti Mas beri uang lagi untuk belanja bulanan, tapi untuk yang kali ini lebih berhati-hati jangan sampai kejadian seperti ini terulang lagi. " sahut David.

" Iya Mas, tapi Mas nggak marah kan sama Adira? " ujar Adira bertanya.

" Tidak sayang, tapi nanti Mas akan bertanya juga dengan ibu karena mas tidak mau mendengar hanya dari sebelah pihak saja. " ucap David tersenyum kecil.

" Iya Mas, Terimakasih ya Mas? karena Mas tidak marah dengan Adira. " ujar Adira.

" Sama-sama sayang, kalau begitu Mas keluar dulu ya Mas mau menemui ibu sekalian bertanya tentang masalah ini. " sahut David.

" Tapi kamu di sini saja ya? tunggu sampai Mas kembali. " titah David.

Setelah istrinya mengangguk setuju,David segera keluar dari dalam kamarnya menuju ke ruang keluarga masih dengan mengenakan sarung dan baju koko bahkan pecinya pun masih David kenakan.

Dengan langkah lebarnya David segera menuju ke ruang keluarga dan mendapati ibunya yang masih menonton televisi.

" Kamu sudah selesai sholatnya David? " ujar Nuryati bertanya.

" Sudah Bu. " David menjawab dengan singkat.

" Tapi kamu kok masih pakai sarung dan baju koko? enggak ganti pakaian dulu? " ujar Nuryati.

" Nanti saja Bu ganti pakaiannya, karena ada hal penting yang ingin aku tanyakan ke ibu . " jawab David dengan serius.

" Memangnya hal penting Apa yang ingin kamu tanyakan ke ibu David? " sahut Nuryati yang langsung mematikan saluran televisinya lalu memusatkan perhatiannya ke Putra kesayangannya.

" Tadi Adira berkata padaku bahwa tadi siang ibu mengambil paksa uang Adira yang ada di dalam dompet , Apa itu benar Bu? " David bertanya dengan ekspresi wajah yang sangat-sangat serius.

Nuryati terkejut saat mendengar pertanyaan yang dilontarkan oleh putra kesayangannya.

" Sialan, kenapa pakai acara ngadu segala sih " batin Nuryati yang sangat kesal dengan Adira.

" Kenapa diam saja Bu? Ayo jawab. " ucap David lagi.

Setelah Nuryati tersadar dari keterkejutannya , dalam sekejap Nuryati langsung mengubah ekspresi wajahnya.

" Astagfirullah , mana mungkin ibu melakukan hal itu David, kamu sendiri tahu kan jika selama ini kalau ibu butuh uang ibu selalu minta padamu jika pun kamu memberikan uang dalam jumlah yang sedikit Ibu pasti meminta lagi bukan malah merebut paksa dari dompet. " ucap Nuryati yang mengelak tuduhan yang dilontarkan David.

" Kenapa istri kamu tega sekali David? Kenapa dia tega memfitnah ibu? " ucap Nuryati yang langsung memasang wajah sedih.

David langsung merasa bersalah sudah membuat ibunya bersedih.

" Maafin aku ya Bu? aku gak bermaksud membuat ibu bersedih? " ucap David yang langsung memegang lembut kedua tangan ibunya.

" Jujur ibu tersinggung David, tega sekali istri kamu memfitnah ibu seperti ini? memang kata-kata yang ibu ucapkan ke istri kamu masih sedikit kasar tapi bukan berarti ibu tega mengambil paksa uang milik Adira dari dalam dompetnya. " Nuryati berbicara sambil mengeluarkan setetes air mata palsunya.

" Maafin aku dan Adira Bu? aku mohon ibu jangan menangis aku jadi merasa bersalah. " ucap David sambil menghapus air mata yang menetes melalui sudut mata ibunya.

" Ibu hanya tidak habis pikir kenapa istri kamu tega memfitnah ibu? padahal ibu sudah menerima dia sebagai menantu ibu, bahkan ibu sudah menganggap dia sama seperti anak kandung ibu sendiri. " ujar Nuryati yang masih mengeluarkan air mata palsunya.

" Sekali lagi maafin Adira ya Bu? Aku yakin Adira pasti tidak bermaksud untuk memfitnah ibu. " ucap David yang masih terus menggenggam tangan ibunya.

" Iya ibu maafin, tapi kasih tahu istri kamu lain kali jangan fitnah ibu dengan cara seperti ini. " tutur Nuryati.

" Iya Bu sekali lagi maafin aku dan Adira ya Bu? " ujar David yang meminta maaf sekali lagi.

" Ya sudah kalau begitu ibu ke kamar dulu ya ibu mau istirahat. " Nuryati segera berlalu dari ruang keluarga menuju ke dalam kamarnya.

Sampai di dalam kamar Nuryati langsung merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

" Sial, dia udah berani ngadu liat aja apa yang akan aku lakukan besok. " ucap Nuryati dengan kilatan api amarah yang terlihat dari sorot matanya.

Sementara itu di ruang keluarga David sedang dilanda kebingungan harus percaya istrinya atau ibunya.

" Kalau begini siapa yang harus aku percaya. " gumam David yang menyandarkan punggungnya ke sandaran sofa sambil melipat kedua tangannya lalu meletakkannya di belakang kepala.

" Jika Adira yang berbohong itu gak mungkin, karena dari kata-katanya dia berbicara dengan sangat yakin dan dari tatapan matanya pun yang sama sekali tidak memperlihatkan orang yang sedang berbohong. Tapi kalau ibu yang berbohong lebih tidak mungkin lagi karena aku tau bagaimana karakter ibuku. "

" Aaaakkkh baru masalah kecil begini saja sudah membuat kepalaku pusing. " ucap David sambil mengacak rambutnya sendiri.

" Sudahlah sebaiknya gak usah di bahas lagi, siapapun yang salah biar Allah saja yang tahu. " ucap David.

Tidak ingin membuat pikirannya semakin kacau, David segera melangkahkan kakinya menuju ke dalam kamarnya setelah memastikan pintu dan jendela sudah tertutup dan terkunci dengan rapat.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!