" Iya kan kamu tahu sendiri, uang lima puluh juta mana cukup untuk mengadakan acara pesta pernikahan, makanya yang mbak suguhkan hanya tempe goreng dan tumis kangkung itu pun mbak sendiri yang masak. " jawab Nuryati.
" Pantas saja rasanya gak karu-karuan, ternyata mbak Yati yang masak. " batin Laila.
" Maka dari itu mbak gak berhak menuntut keluarga Adira yang macam macam, masih untung mereka mau mengadakan acara pernikahan walaupun dengan cara yang sederhana tapi setidaknya makanan yang mereka suguhkan itu rasanya sangat lezat. " tutur Laila.
" Kamu kenapa sih Laila? seharusnya yang kamu bela itu mbak bukan mereka, mbak loh kakak kandung kamu bukan mereka! " timpal Nuryati lagi.
" Mau keluarga ataupun bukan yang salah ya tetap salah, aku akan selalu membela yang benar walaupun mereka bukan saudara kandungku. "
" Ah sudahlah percuma juga berbicara dengan kamu tidak akan pernah sejalan. " sambung Nuryati yang memilih pergi meninggalkan adiknya.
" Mbak Yati, mbak Yati dari dulu gak berubah-ubah. " gumam Laila dengan pelan.
Sejak dulu Laila dan Nuryati tidak pernah satu pemikiran, Laila tipe orang yang royal dan tidak segan-segan mengeluarkan uang berapapun itu nominalnya asalkan untuk hal yang baik, sedangkan Nuryati tipe orang yang pelit dan sangat perhitungan. bahkan dalam segi sifat, tingkah laku dan perbuatan mereka sangat berbanding terbalik.
Sementara itu Adira yang sedang duduk sendirian di hampir sang kakak ipar yaitu Sinta.
" Adira. " Sinta memanggil seraya duduk disamping adik iparnya.
" Iya mbak Sinta, ada apa? " Adira menjawab seraya tersenyum manis.
" David di mana? kok gak ada di sini nemenin kamu? " ujar Sinta bertanya.
" Tadi mas David dipanggil ibu mbak dan Adira gak tau mereka ke mana. " Adira menjawab dengan tutur kata yang lembut.
" Adira atas nama ibu mbak minta maaf ya? " ucap Sinta dengan tatapan mata bersalah.
" Minta maaf untuk apa mbak? ibu gak salah apa apa kok. " jawab Adira yang memilih untuk menutupi kata-kata yang cukup menyakitkan yang dilontarkan oleh ibu mertuanya tadi.
" Kamu jangan bohongi mbak Adira? mbak tau dan sangat paham dengan karakter ibu apalagi saat melihat ekspresi wajah kamu tadi, mbak yakin ibu pasti mengatakan hal yang menyakitkan kan? " sahut Sinta lagi.
" Iya mbak benar, tapi gak apa-apa kok mbak Adira sudah melupakannya. "
" Alhamdulilah tapi satu pesan mbak sama kamu Adira, saat nanti kamu tinggal serumah dengan ibu, mbak minta kamu harus memiliki stok kesabaran yang tingginya mengalahkan gunung Everest dan kamu juga harus memiliki mental yang kuat sekuat baja. " ucap Sinta.
" Kenapa harus seperti itu mbak? " Adira bertanya karena dia tidak mengerti dengan maksud kakak iparnya.
" Pokoknya kamu harus ingat dengan pesan mbak yang satu ini, dan soal alasannya kenapa? Nanti kamu juga akan mengerti Adira tapi yang terpenting apapun yang terjadi kedepannya nanti, kamu harus selalu menjaga hubungan pernikahan kalian jangan sampai goyah ataupun retak ya? " Sinta menjawab dengan kata-kata yang penuh dengan isyarat di dalamnya.
" Insyaallah mbak Adira akan selalu ingat dengan pesan mbak Sinta. "
Di saat Adira sedang duduk berdua bersama dengan Sinta, David yang dipanggil oleh ibunya terus mengikuti langkah kaki sang ibu hingga mereka tiba di samping rumah Adira yang kebetulan sedang sepi.
" Ada apa Bu, kenapa ibu membawa aku sampai ke sini? " tanya David.
" Ibu minta setelah acara pernikahan ini selesai kamu harus langsung ikut ibu pulang ke rumah." ucap Nuryati tanpa Tedeng aling-aling.
" Apa Bu ikut ibu pulang? ya gak bisa begitu dong Bu berilah aku waktu untuk tinggal di sini selama satu Minggu? aku gak enak sama mertua aku Bu jika hari ini juga aku langsung membawa Adira pulang. " David menolak permintaan ibunya secara halus.
" Apa kamu bilang satu Minggu? gak ibu gak setuju pokonya selesai acara ini kita langsung pulang David." titah Nuryati.
" Gak bisa begitu dong Bu, aku gak enak sama mertua aku Bu? " David menolak permintaan ibunya sekali lagi.
" Kamu tega biarin ibu tinggal sendiri di rumah? " Nuryati mulai menunjukkan wajah memelas nya.
" Di rumahkan masih ada mbak Sinta dan bulek Laila Bu, mereka pasti gak akan keberatan menemani ibu selama satu Minggu di sana, ayolah Bu izinkan aku tinggal satu Minggu saja di sini ya Bu? " pinta David dengan memohon.
" oke ibu akan izinkan tapi hanya satu hari besok kamu sudah harus kembali pulang, dan tidak ada lagi tawar menawar. " tutur Nuryati.
" Ya sudah deh Bu besok aku pulang. " jawab David yang memilih mengalah dengan ibunya.
" Bagus itu baru anak ibu yang paling tampan " puji Nuryati dengan senang.
" Kalau begitu aku kembali ke dalam dulu ya Bu, kasian Adira pasti mencari aku. " David berpamitan lalu pergi meninggalkan ibunya tanpa sempat mendengar jawaban dari ibunya.
Setalah berbicara dengan ibunya David kembali lagi duduk di samping istrinya yang masih bersama Sinta.
" Kamu dari mana saja sih Vid bukannya temenin istri malah kelayapan entah kemana? " omel Sinta.
" Maaf mbak tadi aku di panggil ibu sebentar. " jawab David yang memilih tidak menceritakan apa yang tadi dia bahas bersama sang ibu.
" Oh ya sudah kalau begitu mbak tinggal dulu ya mbak mau makan lagi laper soalnya. " pamit Sinta.
" Iya mbak makan yang banyak ya biar bumil sehat. " ucap Adira.
" Kamu bisa saja Adira. " jawab Sinta yang mulai melangkahkan kakinya.
" Mas habis dari mana sama ibu? " tanya Adira.
" Mas habis dari samping sayang. " David menjawab seraya menatap wajah cantik istrinya dengan tatapan penuh cinta.
" Gak nyangka ya mas akhirnya kita sudah sah menjadi suami istri. " Adira berbicara dengan pipi yang bersemu merah.
" Iya sayang dan mas sangat beruntung bisa mendapatkan seorang wanita yang bukan hanya cantik fisiknya tapi cantik juga hatinya. " David menjawab sembari menggenggam kedua tangan istrinya.
" Oh iya sayang, kamu mau kan kalau mas ajak tinggal di rumah ibu? " David bertanya sembari tetap menggenggam tangan istrinya.
" Apa tidak sebaiknya kita tinggal terpisah dari orangtua saja mas? supaya kita bisa hidup mandiri? " jawab Adira.
" Mas bukannya gak mau tinggal terpisah dari orangtua sayang tapi kasihan ibu jika harus tinggal sendirian di rumah, gak apa apa ya jika kita tinggal di rumah ibu? " pinta David.
" Kenapa tidak mbak Sinta saja mas yang tinggal dengan ibu? "
" Mbak Sinta kan sudah punya rumah sendiri sayang, memangnya kamu gak mau tinggal dengan ibu? " ujar David yang sedikit tersirat raut kecewa di wajah tampannya.
" Bukan gak mau mas, Adira hanya ingin hidup mandiri tapi jika mas ingin kita tinggal bersama ibu ya sudah Adira mau mas. " Adira menjawab dengan menampilkan senyum termanisnya dan dalam sekejap raut kecewa di wajah tampan David langsung berubah bahagia.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments