di saat Adira sedang memikirkan jawaban untuk pertanyaan yang dilontarkan sang suami, tiba-tiba pintu kamarnya diketuk dari luar oleh Khadijah.
Tok...
Tok...
Tok...
"Adira David Ayo makan dulu nak Ibu dan Ayah sudah menunggu di meja makan ?" Khadijah berucap Seraya mengetuk pintu kamar putrinya.
" Alhamdulillah selamat untung ada Ibu. " batin Adira.
" Adira David ayo keluar dulu nak Ini sudah waktunya makan malam. " ucap Khadijah sekali lagi.
" Iya Ibu kami akan segera keluar. " Adira menjawab dari dalam kamarnya.
" Ayo Mas kita keluar Ibu dan Ayah sudah menunggu tuh. " ajak Adira yang mulai melipat mukena dan Sajadah miliknya.
" Tapi bagaimana dengan pertanyaan tadi sayang? " ucap David.
" Nanti saja kita bahas sekarang lebih baik kita keluar tidak enak membuat ayah dan ibu menunggu terlalu lama. " Adira mengajak suaminya seraya memegang lembut tangan suaminya.
Walaupun masih penasaran dengan jawaban sang istri akhirnya David memilih mengikuti perkataan istrinya karena David juga merasa tidak enak jika membuat kedua mertuanya menunggu mereka lebih lama lagi.
Akhirnya mereka bersama-sama keluar dari dalam kamar menuju ke meja makan yang letaknya berada di dekat pintu dapur.
" Maafkan kami sudah membuat ayah dan ibu menunggu lama? " ucap Adira yang segera duduk berdampingan dengan suaminya.
" Tidak apa-apa nak ayah dan ibu juga belum terlalu lama kok. " jawab Abdullah.
Karena semuanya sudah berkumpul Adira bangkit dari duduknya lalu menyendokkan nasi untuk kedua orang tuanya untuk suaminya baru untuk dirinya sendiri.
Setelah itu mereka pun menikmati makan malam bersama untuk yang pertama kalinya dengan diselingi beberapa obrolan ringan.
Selesai makan malam Adira segera membereskan kembali meja makan lalu mencuci piring dan gelas kotor dan menyimpannya kembali dengan rapi.
" Sudah selesai cuci piringnya nak? " ujar Khadijah yang bertanya.
" Sudah Bu, ada yang perlu Adira bantu? "
" Tidak ada, Ibu hanya ingin membuat teh Untuk Ayah kamu dan juga David. "
" Biar Adira saja yang membuatkan ya Bu, Lebih Baik Ibu bergabung dengan ayah dan juga Mas David saja. " ujar Adira.
" Tidak usah biar Ibu saja, lebih baik kamu duduk di situ karena ada hal penting yang ingin Ibu bicarakan padamu. " tutur Khadijah yang menunjuk kursi meja makan.
Dengan patuh Adira langsung menuruti ucapan ibunya, sedangkan Khadijah langsung memasak air untuk membuat teh panas. Sembari menunggu airnya mendidih Khadijah segera duduk di samping putrinya.
" Jika Adira boleh tahu memangnya ada hal penting apa yang ingin Ibu sampaikan? " ucap Adira Yang penasaran.
" Adira, Ibu tahu kamu pasti masih malu kan saat sedang berdua dengan suamimu? " tanya Khadijah.
" Iya Bu, Adira tidak tahu harus berbuat apa? melihat Mas David yang membuka kemejanya saja Adira sudah malu apalagi harus melakukan hal yang lain jujur Adira belum siap bu. " jawab Adira dengan jujur seraya menundukkan kepalanya.
Khadijah langsung mengangkat wajah putrinya dengan lembut lalu berkata.
" Ibu tahu dan ibu juga pernah berada di posisi yang kamu alami saat ini, tapi satu hal yang harus kamu ingat semua yang ada pada diri kamu itu adalah hak suami kamu dan sudah seharusnya kamu menyerahkannya, lalu ingat satu hal lagi Adira seorang Istri tidak boleh menolak ajakan suaminya jika menolak maka istri tersebut akan mendapat laknat malaikat di sepanjang malam nya, sehingga begitu besar dosa istri menolak ajakan suami." tutur Khadijah menjelaskan.
" Astagfirullah, untung Ibu memberitahu Adira jika tidak mungkin malam ini Adira akan mendapat laknat malaikat. " ucap Adira yang terus beristighfar berkali-kali
" Maka dari itu Ibu sengaja memberitahu kamu karena Ibu tidak mau putri solehah ibu mendapatkan laknat malaikat karena tidak mau menjalankan kewajibannya. "
" Terimakasih Ibu sudah memberitahu dan Adira beruntung memiliki ibu yang sangat luar biasa. " ucap Adira lalu memeluk ibunya dengan erat.
" Ibu yang beruntung karena Allah sudah memberikan Ibu seorang putri yang bukan hanya cantik fisiknya tapi juga cantik hati dan akhlaknya. " jawab Khadijah sambil membalas pelukan putrinya.
Karena air yang Khadijah masak sudah mendidih Mereka pun segera membuat 4 cangkir teh manis panas untuk menemani mereka malam ini.
Selesai membuat teh Khadijah segera membawa tempat cangkir teh tersebut ke ruang tamu di mana suami dan menantunya sedang duduk berdua.
" Silakan diminum tehnya Ayah David. " ucap Khadijah sambil meletakkan 4 cangkir teh manis buatannya di atas meja
" Terimakasih ibu. " jawab David.
Tidak lama Adira ikut bergabung bersama ayah ibu dan suaminya di ruang tamu. Mereka pun Menghabiskan malam dengan saling mengobrol dan berdiskusi tentang hubungan dalam rumah tangga.
Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 10.00 malam, akhirnya mereka masuk ke dalam kamarnya masing-masing untuk lanjut beristirahat tapi yang beristirahat hanyalah Abdullah dan Khadijah saja, sedangkan untuk sang pengantin baru hanya Allah dan merekalah yang mengetahui apa yang mereka lakukan di dalam kamar pengantin mereka.
Keesokan harinya.
Pukul 04.00 pagi Adira sudah terbangun dari tidurnya walaupun tubuhnya yang masih terasa sakit dan lelah tetapi Adira tetap memaksakan diri untuk bangkit dari atas kasurnya.
Adira berjalan dengan perlahan-lahan karena Adira masih merasakan nyeri di area bawahnya, meskipun begitu rasa sakit itu tidak menyurutkan semangat Adira untuk melaksanakan salat tahajud seperti biasanya.
Dengan susah payah akhirnya Adira sampai di dalam kamar mandi, setelah membersihkan diri Adira segera memakai pakaiannya lalu keluar dari dalam kamar mandi untuk membangunkan sang suami yang masih tertidur lelap di bawah selimut.
" Mas ayo bangun. " ucap Adira Seraya menggoyang lembut bahu sang suami.
David terlihat merenggangkan tubuhnya yang terasa kaku lalu secara perlahan mulai membuka kedua matanya dan terlihatlah istrinya yang sudah cantik dengan rambut yang terurai basah.
David langsung mengembangkan senyumnya yang lebar saat mengingat apa yang sudah mereka lakukan tadi malam.
" Mas Kenapa senyum-senyum begitu? " Adira bertanya sembari menatap heran suaminya yang terlihat aneh.
" Tidak apa-apa Mas hanya mengingat. " jawab David yang sengaja menggantung ucapannya.
Adira yang sudah mengetahui kemana arah ucapan sang suami langsung kembali berbicara sebelum sang suami melanjutkan ucapannya yang bisa membuat dirinya malu dan bersemu merah.
" Sudah lebih baik sekarang Mas mandi setelah itu kita salat Tahajud berjamaah. " titah Adira yang kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk mengambil air wudhu.
" Adira sudah selesai, sebaiknya Mas segera mandi. " ucap Adira seraya mengambilkan pakaian sang suami.
Sembari menunggu suaminya mandi Adira mengambil dua buah sajadah lalu menyusunnya di space kosong yang ada di dalam kamar tidurnya, setelah itu Adira segera memakai mukena miliknya lalu duduk di atas Sajadah sambil menunggu suaminya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 91 Episodes
Comments