Harapan Terakhir

Harapan Terakhir

Chapter 1

Part 1 (Kehancuran)

Dunia yang dulu kita kenal telah hancur. Bangunan-bangunan besar berderet sebagai reruntuhan, sementara jalan-jalan yang dulu ramai kini sunyi sepi. Tak ada lagi suara kendaraan yang berlalu-lalang, suara anak-anak bermain di taman, atau suara burung berkicau di pagi hari. Suasana yang kelam dan hening menjadi teman setia bagi para korban yang tersisa di tengah kehancuran ini.

Aku adalah Rahel, seorang anak sebatang kara yang hidup di pedesaan kumuh yang tidak jauh dari kehidupan perkotaan. Aku terpaksa tinggal di sana karena kemiskinan yang membuat keluargaku tidak mampu menyediakan tempat tinggal yang layak di era modernisasi. Aku tumbuh di tengah hutan dan kegelapan, dan aku harus mempertahankan hidupku sendirian ketika kehancuran itu terjadi.

Kehancuran ini bukan terjadi secara tiba-tiba. Ada alasan yang menyebabkan dunia yang kita kenal berubah menjadi neraka. Berdasarkan informasi yang aku kumpulkan, dunia ini dulu dihancurkan oleh perang besar antara negara-negara yang saling berseteru. Senjata-senjata pemusnah massal dihasilkan dan digunakan dalam jumlah yang sangat besar. Ledakan dan radiasi yang terjadi memusnahkan sebagian besar penduduk dunia. Beberapa negara yang selamat dari serangan langsung, juga mengalami kehancuran karena ledakan nuklir dan efek panas yang berkepanjangan. Bahkan hewan-hewan pun mengalami perubahan yang mengerikan karena efek radiasi dan lingkungan yang tercemar.

Aku selamat dari bencana besar itu karena bersembunyi di bawah gorong-gorong setelah aku mencuri makanan dari salah satu pedagang. Saat itu, aku sedang mencari makanan untuk keluargaku yang terdiri dari ayah dan ibuku yang sakit-sakitan. Aku adalah satu-satunya orang yang selamat dari keluargaku, tapi aku harus kehilangan semua orang yang aku kenal dan sayangi. Aku merasa kesepian dan takut, karena tak ada lagi siapa pun di sekitarku.

Namun, meskipun telah bertahan hidup selama berhari-hari, aku tidak ingin menyerah. Aku memutuskan untuk meninggalkan desaku dan mencari manusia lain. Mungkin ada orang lain yang selamat dari bencana besar itu, mungkin aku bisa menemukan keluarga atau teman yang masih hidup. Atau mungkin aku hanya mencari seseorang yang bisa membicarakan rasa kesepianku. Dengan perlengkapan sederhana yang aku bawa, aku mulai menjelajahi dunia yang hancur ini, dengan harapan menemukan seseorang yang bisa memberiku arti dalam hidup yang kesepian ini.

Part 2 (Melangkah)

setelah hidup di gorong-gorong selama berhari-hari, aku akhirnya memutuskan untuk meninggalkannya. awalnya, aku merasa sangat takut dan ragu-ragu untuk pergi. aku telah hidup di sana selama bertahun-tahun, dan itu menjadi zona nyaman bagiku. namun, kesepianku yang menggila dan rasa ingin tahu tentang dunia yang terhancurkan ini membuatku memutuskan untuk pergi

namun, ketika aku mulai menjelajahi dunia yang hancur ini, rasa takut, sepi, dan lapar yang aku rasakan semakin membesar. aku merasa seolah-olah aku berjalan di dalam mimpi buruk yang tidak pernah berakhir. kegelapan dan keheningan yang menyelimuti dunia ini membuatku merasa seolah-olah aku adalah satu-satunya orang yang selamat di bumi ini

setelah beberapa jam berjalan, aku mulai merasakan delusi. aku sering mendengar suara-suara yang aneh dan melihat bayangan-bayangan di balik bangunan yang hancur. pikiranku sering menghantui aku dengan pikiran bahwa aku mungkin sudah kehilangan akal sehatku. aku merasa sangat takut dan bingung. aku tidak tahu apakah aku akan menemukan orang lain atau hanya merasa semakin kesepian di dunia yang hancur ini

saat aku sedang mencari makanan di sekitar kota yang sudah hancur, tiba-tiba aku merasa seolah-olah ada seseorang yang berbicara padaku. aku mengira itu hanya delusi, tapi suara itu semakin nyata dan jelas. aku berbalik dan melihat seorang wanita muda di belakangku. dia terlihat sangat sehat dan kuat, sangat berbeda dengan kondisiku yang lemah dan kurus

"apa kau baik-baik saja?" tanya wanita itu dengan lembut

aku kaget dan terkejut. aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. apakah ini hanya delusi atau ada seseorang yang benar-benar berbicara padak

"siapa kamu?" tanyaku ragu

"aku sarah," jawab wanita itu. "aku tinggal di tempat yang aman bersama kelompok lainnya. kau bisa bergabung dengan kami jika kau mau

aku terkejut dan tidak percaya. ini terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. tapi di sisi lain, aku merasa sangat kesepian dan putus asa untuk menemukan orang lain. aku harus mencoba.

"apa kamu serius?" tanyaku ragu

"iya, serius. kita bisa pergi sekarang jika kau mau," kata sarah

aku mengangguk dan mengikuti sarah. aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi setidaknya aku tidak sendirian lagi.

Setelah Rahel bergabung dengan kelompok Sarah, mereka berjalan menuju tempat perlindungan. Di perjalanan, mereka berbicara tentang bagaimana mereka bertahan hidup sejak terjadinya bencana besar tersebut.

"Kami kehilangan banyak orang yang kami cintai," kata Sarah. "Tapi kami terus bertahan dan mencoba membangun tempat yang aman untuk hidup."

"Kalian sangat tangguh," ujar Rahel. "Saya tidak tahu bagaimana saya bisa bertahan hidup jika saya tidak bertemu dengan kalian."

"Kami adalah keluarga sekarang," jawab Sarah. "Kita saling melindungi dan membantu satu sama lain."

Setibanya di tempat perlindungan, Rahel bertanya-tanya tentang persediaan makanan kelompok tersebut.

"Apakah persediaan makanan masih cukup untuk kita semua?" tanya Rahel.

"Semakin menipis, tapi kami berusaha untuk tidak membuang-buang makanan dan membuatnya bertahan selama mungkin," jawab Sarah.

Rahel ikut membantu mencari makanan di sekitar tempat perlindungan. Ketika mereka kembali, mereka berbagi cerita tentang apa yang mereka temukan.

"Saya menemukan beberapa kaleng makanan di toko yang sudah terbuka," ujar Rahel. "Saya pikir kita bisa menggunakannya untuk beberapa hari ke depan."

"Bagus, setidaknya kita tidak perlu khawatir tentang makanan untuk sementara waktu," kata Sarah.

Namun, mereka tetap harus berjaga-jaga dari serangan para penjarah yang selalu mengancam keselamatan mereka. Rahel membantu membuat perangkap untuk melindungi kelompok dari serangan musuh.

"Apakah kalian sering mengalami serangan dari para penjarah?" tanya Rahel.

"Iya, sering," jawab Sarah. "Itulah mengapa kita harus selalu berjaga-jaga dan memiliki perangkap di sekitar tempat perlindungan."

Rahel merasa semakin terhubung dengan kelompok tersebut dan merasa senang telah menemukan tempat yang aman untuk tinggal. Namun, dia masih merasa ada yang kurang.

"Apakah ada orang lain yang selamat dari bencana besar tersebut dan hidup di tempat lain?" tanya Rahel. "Saya merasa bahwa jika saya dapat menemukan manusia lain, saya akan merasa lebih lengkap dan tidak merasa sendirian lagi."

"Kita tidak tahu pasti," jawab Sarah. "Tapi kita selalu berharap bahwa masih ada manusia lain yang selamat dan kita bisa membentuk komunitas yang lebih besar di masa depan."

Rahel memutuskan untuk mencari tahu dengan mencari petunjuk atau sinyal yang mungkin ada di sekitar tempat perlindungan kelompoknya. Ia berharap menemukan manusia lain yang selamat dari bencana besar tersebut. Namun, apakah dia akan menemukan apa yang dicarinya? Dan apakah dia akan bisa melindungi dirinya dan kelompoknya dari ancaman para penjarah.

Part 3 (Pertemuan Tak Terduga)

Setelah melewati malam yang dingin dan gelap, Rahel terbangun di pagi hari dengan perasaan yang agak berbeda. Dia merasa lebih kuat dan lebih siap untuk melanjutkan hidup. Rahel berinisiatif untuk membantu mencari persediaan makanan untuk kelompok barunya berjalan ke permukaan tanah dan melihat matahari terbit di langit timur. Dia menghirup udara segar ke dalam paru-parunya dan melangkah maju dengan semangat baru.

Saat Rahel berjalan cukup jauh dan melewati puing-puing kota yang hancur, dia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebuah bangunan yang cukup besar, nampaknya masih utuh dan belum sepenuhnya hancur. Rahel memutuskan untuk mengambil risiko dan memeriksanya.

Saat dia mendekati bangunan itu, dia melihat ada seseorang di dalamnya. Rahel melihat seorang wanita muda berusia sekitar usia yang sama dengannya, mungkin sedikit lebih tua, sedang duduk di sebuah meja dan memegang sebuah buku. Rahel berpikir bahwa wanita itu mungkin bisa memberinya beberapa petunjuk tentang bagaimana bertahan hidup di dunia yang hancur ini.

Rahel memutuskan untuk mengambil risiko dan mendekati wanita itu. Saat dia berjalan mendekatinya, wanita itu mengangkat kepalanya dan melihatnya dengan tajam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!