Part 1 (Kehancuran)
Dunia yang dulu kita kenal telah hancur. Bangunan-bangunan besar berderet sebagai reruntuhan, sementara jalan-jalan yang dulu ramai kini sunyi sepi. Tak ada lagi suara kendaraan yang berlalu-lalang, suara anak-anak bermain di taman, atau suara burung berkicau di pagi hari. Suasana yang kelam dan hening menjadi teman setia bagi para korban yang tersisa di tengah kehancuran ini.
Aku adalah Rahel, seorang anak sebatang kara yang hidup di pedesaan kumuh yang tidak jauh dari kehidupan perkotaan. Aku terpaksa tinggal di sana karena kemiskinan yang membuat keluargaku tidak mampu menyediakan tempat tinggal yang layak di era modernisasi. Aku tumbuh di tengah hutan dan kegelapan, dan aku harus mempertahankan hidupku sendirian ketika kehancuran itu terjadi.
Kehancuran ini bukan terjadi secara tiba-tiba. Ada alasan yang menyebabkan dunia yang kita kenal berubah menjadi neraka. Berdasarkan informasi yang aku kumpulkan, dunia ini dulu dihancurkan oleh perang besar antara negara-negara yang saling berseteru. Senjata-senjata pemusnah massal dihasilkan dan digunakan dalam jumlah yang sangat besar. Ledakan dan radiasi yang terjadi memusnahkan sebagian besar penduduk dunia. Beberapa negara yang selamat dari serangan langsung, juga mengalami kehancuran karena ledakan nuklir dan efek panas yang berkepanjangan. Bahkan hewan-hewan pun mengalami perubahan yang mengerikan karena efek radiasi dan lingkungan yang tercemar.
Aku selamat dari bencana besar itu karena bersembunyi di bawah gorong-gorong setelah aku mencuri makanan dari salah satu pedagang. Saat itu, aku sedang mencari makanan untuk keluargaku yang terdiri dari ayah dan ibuku yang sakit-sakitan. Aku adalah satu-satunya orang yang selamat dari keluargaku, tapi aku harus kehilangan semua orang yang aku kenal dan sayangi. Aku merasa kesepian dan takut, karena tak ada lagi siapa pun di sekitarku.
Namun, meskipun telah bertahan hidup selama berhari-hari, aku tidak ingin menyerah. Aku memutuskan untuk meninggalkan desaku dan mencari manusia lain. Mungkin ada orang lain yang selamat dari bencana besar itu, mungkin aku bisa menemukan keluarga atau teman yang masih hidup. Atau mungkin aku hanya mencari seseorang yang bisa membicarakan rasa kesepianku. Dengan perlengkapan sederhana yang aku bawa, aku mulai menjelajahi dunia yang hancur ini, dengan harapan menemukan seseorang yang bisa memberiku arti dalam hidup yang kesepian ini.
Part 2 (Melangkah)
setelah hidup di gorong-gorong selama berhari-hari, aku akhirnya memutuskan untuk meninggalkannya. awalnya, aku merasa sangat takut dan ragu-ragu untuk pergi. aku telah hidup di sana selama bertahun-tahun, dan itu menjadi zona nyaman bagiku. namun, kesepianku yang menggila dan rasa ingin tahu tentang dunia yang terhancurkan ini membuatku memutuskan untuk pergi
namun, ketika aku mulai menjelajahi dunia yang hancur ini, rasa takut, sepi, dan lapar yang aku rasakan semakin membesar. aku merasa seolah-olah aku berjalan di dalam mimpi buruk yang tidak pernah berakhir. kegelapan dan keheningan yang menyelimuti dunia ini membuatku merasa seolah-olah aku adalah satu-satunya orang yang selamat di bumi ini
setelah beberapa jam berjalan, aku mulai merasakan delusi. aku sering mendengar suara-suara yang aneh dan melihat bayangan-bayangan di balik bangunan yang hancur. pikiranku sering menghantui aku dengan pikiran bahwa aku mungkin sudah kehilangan akal sehatku. aku merasa sangat takut dan bingung. aku tidak tahu apakah aku akan menemukan orang lain atau hanya merasa semakin kesepian di dunia yang hancur ini
saat aku sedang mencari makanan di sekitar kota yang sudah hancur, tiba-tiba aku merasa seolah-olah ada seseorang yang berbicara padaku. aku mengira itu hanya delusi, tapi suara itu semakin nyata dan jelas. aku berbalik dan melihat seorang wanita muda di belakangku. dia terlihat sangat sehat dan kuat, sangat berbeda dengan kondisiku yang lemah dan kurus
"apa kau baik-baik saja?" tanya wanita itu dengan lembut
aku kaget dan terkejut. aku tidak tahu apa yang harus kukatakan. apakah ini hanya delusi atau ada seseorang yang benar-benar berbicara padak
"siapa kamu?" tanyaku ragu
"aku sarah," jawab wanita itu. "aku tinggal di tempat yang aman bersama kelompok lainnya. kau bisa bergabung dengan kami jika kau mau
aku terkejut dan tidak percaya. ini terdengar terlalu bagus untuk menjadi kenyataan. tapi di sisi lain, aku merasa sangat kesepian dan putus asa untuk menemukan orang lain. aku harus mencoba.
"apa kamu serius?" tanyaku ragu
"iya, serius. kita bisa pergi sekarang jika kau mau," kata sarah
aku mengangguk dan mengikuti sarah. aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi setidaknya aku tidak sendirian lagi.
Setelah Rahel bergabung dengan kelompok Sarah, mereka berjalan menuju tempat perlindungan. Di perjalanan, mereka berbicara tentang bagaimana mereka bertahan hidup sejak terjadinya bencana besar tersebut.
"Kami kehilangan banyak orang yang kami cintai," kata Sarah. "Tapi kami terus bertahan dan mencoba membangun tempat yang aman untuk hidup."
"Kalian sangat tangguh," ujar Rahel. "Saya tidak tahu bagaimana saya bisa bertahan hidup jika saya tidak bertemu dengan kalian."
"Kami adalah keluarga sekarang," jawab Sarah. "Kita saling melindungi dan membantu satu sama lain."
Setibanya di tempat perlindungan, Rahel bertanya-tanya tentang persediaan makanan kelompok tersebut.
"Apakah persediaan makanan masih cukup untuk kita semua?" tanya Rahel.
"Semakin menipis, tapi kami berusaha untuk tidak membuang-buang makanan dan membuatnya bertahan selama mungkin," jawab Sarah.
Rahel ikut membantu mencari makanan di sekitar tempat perlindungan. Ketika mereka kembali, mereka berbagi cerita tentang apa yang mereka temukan.
"Saya menemukan beberapa kaleng makanan di toko yang sudah terbuka," ujar Rahel. "Saya pikir kita bisa menggunakannya untuk beberapa hari ke depan."
"Bagus, setidaknya kita tidak perlu khawatir tentang makanan untuk sementara waktu," kata Sarah.
Namun, mereka tetap harus berjaga-jaga dari serangan para penjarah yang selalu mengancam keselamatan mereka. Rahel membantu membuat perangkap untuk melindungi kelompok dari serangan musuh.
"Apakah kalian sering mengalami serangan dari para penjarah?" tanya Rahel.
"Iya, sering," jawab Sarah. "Itulah mengapa kita harus selalu berjaga-jaga dan memiliki perangkap di sekitar tempat perlindungan."
Rahel merasa semakin terhubung dengan kelompok tersebut dan merasa senang telah menemukan tempat yang aman untuk tinggal. Namun, dia masih merasa ada yang kurang.
"Apakah ada orang lain yang selamat dari bencana besar tersebut dan hidup di tempat lain?" tanya Rahel. "Saya merasa bahwa jika saya dapat menemukan manusia lain, saya akan merasa lebih lengkap dan tidak merasa sendirian lagi."
"Kita tidak tahu pasti," jawab Sarah. "Tapi kita selalu berharap bahwa masih ada manusia lain yang selamat dan kita bisa membentuk komunitas yang lebih besar di masa depan."
Rahel memutuskan untuk mencari tahu dengan mencari petunjuk atau sinyal yang mungkin ada di sekitar tempat perlindungan kelompoknya. Ia berharap menemukan manusia lain yang selamat dari bencana besar tersebut. Namun, apakah dia akan menemukan apa yang dicarinya? Dan apakah dia akan bisa melindungi dirinya dan kelompoknya dari ancaman para penjarah.
Part 3 (Pertemuan Tak Terduga)
Setelah melewati malam yang dingin dan gelap, Rahel terbangun di pagi hari dengan perasaan yang agak berbeda. Dia merasa lebih kuat dan lebih siap untuk melanjutkan hidup. Rahel berinisiatif untuk membantu mencari persediaan makanan untuk kelompok barunya berjalan ke permukaan tanah dan melihat matahari terbit di langit timur. Dia menghirup udara segar ke dalam paru-parunya dan melangkah maju dengan semangat baru.
Saat Rahel berjalan cukup jauh dan melewati puing-puing kota yang hancur, dia melihat sesuatu yang menarik perhatiannya. Sebuah bangunan yang cukup besar, nampaknya masih utuh dan belum sepenuhnya hancur. Rahel memutuskan untuk mengambil risiko dan memeriksanya.
Saat dia mendekati bangunan itu, dia melihat ada seseorang di dalamnya. Rahel melihat seorang wanita muda berusia sekitar usia yang sama dengannya, mungkin sedikit lebih tua, sedang duduk di sebuah meja dan memegang sebuah buku. Rahel berpikir bahwa wanita itu mungkin bisa memberinya beberapa petunjuk tentang bagaimana bertahan hidup di dunia yang hancur ini.
Rahel memutuskan untuk mengambil risiko dan mendekati wanita itu. Saat dia berjalan mendekatinya, wanita itu mengangkat kepalanya dan melihatnya dengan tajam.
"Siapa kamu? Apa yang kamu inginkan?" tanyanya dengan suara tegas.
Rahel menjawab dengan lembut, "Saya hanya sedang mencari beberapa persediaan makanan untuk kelompok kami."
Rahel pun berinisiatif untuk mendekati wanita tersebut, "Apakah saya boleh ke situ" Tanya rahel dengan lembut.
Wanita itu tampak curiga tetapi akhirnya mengizinkannya duduk di dekat meja dengannya. Rahel memperkenalkan dirinya dan wanita itu memberitahunya bahwa namanya adalah Anna.
Mereka mulai berbicara dan Anna terkejut mendengar bahwa Rahel telah bertahan hidup selama seminggu di dunia yang hancur ini. Anna mengatakan bahwa dia telah bersembunyi di bangunan ini dengan persediaan makanan yang cukup selama beberapa minggu terakhir, tetapi dia tidak tahu apakah masih ada orang lain di luar sana.
Rahel menjelaskan bahwa dia telah bertemu dengan kelompok manusia lain, dan dia berharap bisa menemukan kelompok atau komunitas lain yang selamat.
Anna berpikir sejenak dan kemudian mengatakan bahwa dia sebenarnya memiliki rencana untuk meninggalkan bangunan ini dan mencari orang lain juga. Dia menyadari bahwa dia tidak bisa bertahan hidup sendirian selamanya.
Rahel merasa lega mendengarnya dan mereka memutuskan untuk bekerja sama untuk mencari manusia lain yang selamat. Mereka menetapkan rencana untuk kembali ke tempat berlindung kelompok sarah.
Setelah berbicara dengan Anna, Rahel merasa lebih baik dan lebih bersemangat daripada sebelumnya. Dia merasa bahwa dia tidak lagi sendirian dalam upayanya untuk bertahan hidup di dunia yang hancur ini.
4 (Menghadapi kenyataan)
Setelah beberapa jam lamanya berjalan anna bercerita tentang kota yang sedang mereka lewati, Anna menyebutkan bahwa tempat ini adalah kota kelahirannya. Mereka berhenti sejenak untuk beristirahat dan makan. Anna terlihat agak terpukul, jadi Rahel bertanya kepadanya apa yang terjadi.
"Ada apa, Anna? Kau terlihat khawatir," tanya Rahel.
Anna terdiam sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk berbagi kisah masa lalunya dengan Rahel. "Aku lahir di kota ini," katanya. "Aku memiliki keluarga yang bahagia, orang tua yang menyayangi aku dan kakakku, dan teman-teman yang baik. Tapi semua itu berubah ketika virus itu menyebar. Kakakku terinfeksi dan perlahan-lahan berubah menjadi monster yang tidak bisa aku kenali. Orang tua kami juga akhirnya terinfeksi dan aku harus menyaksikan mereka menjadi kanibal. Aku harus melarikan diri dan hidup di jalanan selama berhari-hari hingga akhirnya menemukan gedung tempat anna diam bersembunyi."
Rahel terdiam, merasa terharu mendengar kisah Anna. "Aku tidak tahu harus berkata apa," ujarnya.
"Tidak apa-apa," jawab Anna. "Aku hanya ingin kamu tahu siapa aku sebenarnya."
mereka mulai mencari sumber makanan dan perlengkapan yang dibutuhkan untuk perbekalan mereka menuju kelompok sarah. setelah memastikan semua persediaan yang mereka butuhkan cukup rahel dan anna pun berencana untuk melanjutkan kembali perjalanan mereka.
Namun, mereka terkejut ketika sampai di tempat yang seharusnya dihuni oleh Sarah dan kelompoknya. Tidak ada tanda-tanda keberadaan mereka, tidak ada tenda, api unggun, atau bekas-bekas aktivitas lain.
Rahel memeriksa di sekitar dan tidak menemukan apapun. "Mungkin mereka di serang oleh orang yang terinfeksi hingga harus meninggalkan tempat ini" kata rahel dengan nada khawatir.
Namun anna hanya fokus dan memperhatikan area sekitar, anna dan rahel pun mencoba menyisir setiap sudut kota dan tidak menemukan tanda apapun. anna pun hanya duduk terdiam lemas melihat rahel yang terus terusan berteriak mencari keberadaan sarah dan kelompok.
Rahel terus berbicara kepada anna "aku bertemu dan berbicara dengan mereka kemarin anna" dan anna pun hanya terdiam pasrah dengan perasaan yang campur aduk, anna dan rahel pun merasa terguncang dengan apa yang mereka hadapi sekarang.
rasa takut dan kelaparan yang terus menghantui mereka membuat mereka semakin depresi, lambat laun Anna menyadari bahwa Rahel mengalami delusi di karenakan telah mengalami trauma yang cukup besar setelah kejadian yang menimpa dunia ini, dan dia merasa sedih melihat temannya yang begitu kesepian dan takut.
"Kamu tidak sendirian, Rahel. Aku ada di sini untukmu. Kita akan melawan semua bahaya bersama-sama." Tegas anna dengan nada lembut "Apa maksud dari yang kamu bicarakan anna?" tanya rahel dengan penuh rasa kebingungan. Anna bingung dan hanya bisa terdiam khawatir tentang apa yang sedang di alami rahel, "Ya sudah anna apabila kamu tidak mau berbicara aku akan mencari persediaan makanan untuk malam ini" tegas rahel sambil mulai berjalan mencari persediaan makanan, Rahel pun berjalan melangkah meninggalkan anna.
"Rahel tunggu" panggil anna dengan raut wajah yang ragu, "Ada apalagi anna?" jawab rahel,
anna : "Sebenernya Sarah dan kelompoknya itu"
rahel : "Ada apa dengan mereka anna?"
"Sebenernya mereka itu tidak ada rahel" ucap anna dengan nada yang prihatin. "Aku tau kamu hanya bercanda anna" jawab rahel dengan nada tidak percaya, "Aku serius tidak bohong rahel" jawab anna sembari meneteskan air mata.
"Hah!!!" rahel diam dan merenung dengan apa yang terjadi saat ini.
Anna mengangguk. "Ya, mereka tidak pernah ada. Kamu hanya membuatnya agar tidak merasa sendirian."
Rahel terdiam sejenak, mencoba menyerap kata-kata Anna. Perlahan, ia mulai menyadari bahwa Anna benar. Namun, rasa kesepian dan keputusasaan tetap menghantuinya.
"Aku tidak percaya, pikiranku terasa kacau dan terasa berputar-putar," ujar rahel perlahan sambil menjambak rambutnya sendiri.
Anna mendekati dan memeluk rahel sembari meneteskan air mata. "Kamu tidak sendirian. Kamu punya aku dan kita akan terus bersama-sama."
Anna berinisiatif bermalam dan tinggal sementara melihat kondisi rahel yang sangat terguncang, "Lebih baik kita tinggal di sini sini dulu rahel, karna aku khawatir dengan keadaan-mu yang sedang tidak stabil" tegas anna. rahel pun hanya mengangguk dengan tatapan mata yang kosong.
Siang pun berlalu tidak terasa langit pun sudah gelap, mereka berdua memutuskan beristirahat dan melanjutkan perjalanan mencari kelompok yang selamat di esok hari.
Keesokan Harinya anna pun terbangun karna mendengar sesuatu yang mendekat "Rahel bangun" teriak anna, "Kepalaku terasa sakit anna" jawab rahel sembari membuka matanya. anna pun menjawab dengan tergesa-gesa "aku melihat gerombolan orang yang terinfeksi cukup banyak sudah memasuki kawasan kita" dengan nada yang cukup panik.
rahel dan anna pun bergegas membereskan semua barang dan perbekalan mereka. Mereka berdua melanjutkan perjalanan mereka dengan harapan menemukan kelompok yang selamat, Sambil berjalan, Rahel masih merasa sedikit terganggu oleh kejadian yang ia anggap sebagai pengalaman yang nyata.
Rahel : "Kepalaku terasa sakit anna, aku tidak percaya dengan apa yang terjadi, Aku masih merasa sarah dan kelompok itu nyata"
Anna : .....*mengangguk* sambil berjalan
Rahel pun terus berbicara seakan semuanya nyata.
"mungkin mereka sedang mencari persediaan anna, mungkin mereka hanya terjebak dan terlambat untuk kembali, Mungkin mereka sedang berada di sana sekarang dan sedang mencari ku anna" rahel mengatakan dengan mata yang kosong.
anna pun merasa tertekan dengan semua ucapan yang rahel berikan, hingga membuat rahel tidak bisa menahan semua ucapan yang rahel katakan.
"Sadarlah rahel semua itu hanya halusinasimu saja" jawab anna dengan nada agak kesal
"Apabila kita memutuskan untuk kembali mungkin para infected sudah memenuhi tempat itu rahel"
Rahel pun merenung dan masih tidak percaya dengan apa yang ia alami.
Mereka pun terus berjalan, tanpa ada satu patah kata pun dari mereka, tapi mereka terus berjalan pasrah menjauh dari kelompok manusia yang terinfeksi meskipun tidak tau arah dan tujuan kemana mereka harus pergi.
Anna bercerita kepada rahel ia pernah mendengar dari orang tuanya sebelum mereka mati di serang kelompok yang terinfeksi bahwa di timur ada sebuah pemukiman yang aman dan tidak terkena dari dampak peperangan yang telah terjadi, kemungkinan besar masih banyak orang yang tidak terkontaminasi virus, dirasa situasi sudah membaik mereka memutuskan untuk berjalan menuju ke sana.
Rahel dan Anna melanjutkan perjalanan mereka bersama, menuju ke arah timur, tempat di mana Anna mengatakan bahwa ada sebuah pemukiman manusia yang mungkin masih selamat dari bencana besar yang telah menimpa dunia. Kini mereka berjalan penuh dengan harapan, mereka berjalan melalui padang pasir yang gersang, menyeberangi sungai-sungai yang kering dan puing-puing yang menyumbat jalan mereka.
Part 6 (Anna)
Selama perjalanan mereka, Anna mulai bercerita tentang masa lalunya. Dia berasal dari keluarga kaya yang tinggal di sebuah kota besar sebelum bencana melanda. Dia menggambarkan hidupnya sebelum bencana sebagai kehidupan yang nyaman, namun dia juga merasa bahwa hidupnya tidak memiliki makna yang sebenarnya.
Dia merasa terjebak dalam hidupnya yang serba ada dan ingin mencari petualangan yang sebenarnya.
Meskipun begitu Anna bukanlah anak yang manja dia bukan orang yang selalu meminta di belikan barang yang dia inginkan kepada orang tuanya, dan meskipun dia berada di kehidupan di ekonomi yang terbilang kaya dia pun bekerja part time di salah satu restoran untuk menghilangkan rasa kesepiannya, Sebenernya dia adalah anak yang kurang di perhatikan orang tuanya, mereka/orang tua anna selalu sibuk bekerja dan tidak peduli dengan keadaan keluarga, kakaknya terbilang anak manja yang selalu menghamburkan uang pemberian orang tuanya, namun anna berbanding terbalik meskipun dia glamor dia sangat mandiri.
Akibat bencana yang terjadi keluarga anna menjadi cukup dekat dan harmonis dalam keadaan dunia yang sudah terbilang sekarat, tapi sayang kedekatan mereka tidak berkunjung lama, mereka harus meninggalkan anna untuk selamanya dan hanya jadi satu kenangan indah terakhir yang takan terjadi lagi untuk anna.
Ketika bencana terjadi, saya merasa seperti dunia memberi saya kesempatan untuk memulai hidup yang baru," kata Anna. "Saya tahu itu terdengar aneh, tapi saya merasa seperti saya diberi kesempatan untuk memulai lagi."
Rahel mendengarkan cerita Anna dengan seksama. Dia terkesan dengan keberanian Anna untuk memulai hidup yang baru dan mencari makna dalam kehidupannya setelah bencana besar. Rahel merasa bahwa Anna adalah sosok yang inspiratif, yang bisa membantunya melewati masa-masa sulit yang akan datang.
Anna dan Rahel telah berjalan jauh selama beberapa hari sejak meninggalkan kota yang sudah hancur. Mereka telah kehilangan banyak teman dan keluarga mereka karena pandemi mengerikan yang menyebar di seluruh dunia. Akhirnya, mereka menemukan sebuah pemukiman kecil yang tampak masih terawat dengan baik. Namun, meskipun tampak aman, Rahel dan Anna merasa cemas dan tidak nyaman.
"Mungkin kita harus mencari tempat yang lebih aman," kata Rahel kepada Anna.
"Tapi ini tampak bagus dan tidak banyak orang di sini. Kita harus berhati-hati dan mengamati sekeliling," jawab Anna.
Mereka mengintip ke dalam pemukiman itu dan melihat beberapa orang yang berjalan di sekitar. Mereka bertemu dengan seorang pria yang mengenakan seragam keamanan.
"Hai, saya Tony, apakah kalian butuh bantuan?" tanya pria tersebut.
Anna dan Rahel merasa lega mendengar tawaran bantuannya. Mereka bercerita tentang pengalaman mereka selama beberapa bulan terakhir dan Tony menyarankan agar mereka tinggal di sana untuk sementara waktu.
"Kami memiliki sumber daya yang cukup untuk beberapa orang tambahan dan kami bisa saling membantu," kata Tony.
Mereka berdua di jamu dengan baik rahel dan anna di berikan makan dan minum setelah tony mengetahui bahwa mereka berjalan cukup jauh.
Rahel makan dengan lahap dan menikmati semua makanan yang di berikan oleh tony. Rahel berterima kasih atas kenaikan tony "wow di sini tidak terasa seperti sudah mengalami bencana yang cukup besar" tony pun hanya tersenyum melihat rahel makan dengan lahap.
Rahel pun sempat bingung dan bertanya kepada tony "bagaimana kalian dengan kelompok besar ini bisa bertahan dan mempunyai persediaan yang cukup banyak tidak hanya persediaan makanan di sini pun cukup mewah kalian bisa memasak daging sedangkan sejauh ini aku dan anna tidak melihat satu pun hewan yang hidup"?
Tony menjawab dengan santai "Kelompok kami cukup besar jadi setiap masing masing orang di berikan tugas, bagi laki laki muda dan badan bugar kita berikan tugas untuk berburu di hutan dan mencari persediaan makanan yang mungkin masih tersedia di kota, Berapa orang pun baik laki laki atau perempuan ada yang di tugaskan untuk berjaga di sekitar dari ancaman zombi atau manusia yang terinfeksi, beberapa laki laki yang cukup tua kita tugaskan untuk berkebun untuk bertahan hidup, dan bagi beberapa wanita mereka kami tugaskan untuk memasak dan merawat apabila ada satu dari kelompok kami yang sakit atau terluka akibat berburu di hutan." Rahel pun merasa sangat kagum dengan kepemimpinan tony dan kelompoknya.
Lalu ketika rahel bertanya kembali "apakah kamu pernah melihat kelompok yang lain tony, apakah hanya kalian saja" tony pun hanya terdiam dan tak menjawab pertanyaan rahel dan langsung bergegas pergi dengan alasan dia akan menjalankan tugasnya untuk mencari persediaan bersama kelompok yang lainnya, sabil berjalan pergi tony berkata "kalian berdua beristirahat lah dulu kami sangat terbuka dan menerima orang baru."
Rahel pun senyum dan mengangguk sambil memakan hidangan yang di berikan.
Namun, Anna masih merasa tidak nyaman dan merasa ada yang tidak beres di pemukiman tersebut. Dia mulai mengamati lingkungan dan melihat beberapa orang yang tampak curiga.
"Sepertinya ada sesuatu yang tidak beres di sini," kata Anna kepada Rahel.
Rahel setuju, dan mereka berencana untuk melakukan pengintaian pada malam hari untuk mencari tahu apa yang terjadi di pemukiman tersebut.
Pada malam hari, Rahel dan Anna melihat beberapa orang keluar dari gedung yang tidak mereka kenali. Mereka mulai mengikuti orang-orang tersebut tanpa terlihat dan melihat mereka bertemu dengan kelompok lain di luar pemukiman.
Mereka menyadari bahwa pemukiman tersebut telah menyandra beberapa anak-anak dan orang lain yang mereka tangkap di luar sana.
Merekapun menyusup diam diam hingga menemukan beberapa anak-anak yang akan segera di eksekusi oleh juru masak kelompok tony, Anna terdiam syok dan badannya seperti membeku melihat apa yang terjadi dan Rahel pun merasa mual mengingat apa yang tadi ia makan.
Anna dan Rahel merasa tertipu oleh Tony dan kelompoknya. Mereka menyadari bahwa mereka harus segera pergi dari sana sebelum terjadi hal buruk.
"Kita harus pergi sekarang juga, Anna. Pemukiman ini tidak aman dan kita harus pergi sebelum terlambat," kata Rahel.
Tanpa di sadari Rahel menginjak pecahan kaca yang membuat salah satu pengintai dari kelompok tony sadar bahwa ada penyusup, pengintai itu pun langsung berteriak dan menyuruh kelompoknya segera menutup semua pintu dan gerbang.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!