chapter 11

Kelima sekawan bangun dari tidur mereka dengan perasaan tegang. Mereka menyadari bahwa persediaan makanan mereka hampir habis, dan mereka harus mencari cara untuk bertahan hidup. Rani duduk di meja dan mengeluarkan peta dari dalam tasnya.

RANI dengan ekspresi yang serius "Kita harus mencari ladang tempat kita bisa menemukan benih dan menjadi sumber makanan baru. Menurut peta ini, ada ladang di sebelah utara sini."

Luna, Rahel, Anna, dan Rian berkumpul di sekitar Rani, memperhatikan peta dengan seksama.

"Baiklah, mari kita berangkat segera. Kita tidak bisa terus bergantung pada persediaan yang ada." RAHEL dengan tatapannya penuh tekad

Mereka mempersiapkan diri dengan cepat, mengenakan pakaian yang nyaman dan mengambil perlengkapan yang diperlukan. Rani memimpin mereka keluar dari kamar menuju perjalanan yang menegangkan.

Kelima sekawan berjalan melalui hutan dengan hati-hati, mengikuti petunjuk di peta. Hutan terasa sunyi dan tegang, hanya terdengar suara langkah kaki mereka dan desiran angin yang melintas di antara pepohonan.

RIAN dengan memegang tongkat dengan kuat, "Aku harap kita tidak menemui zombie di sekitar sini."

LUNA menatap sekeliling dengan waspada, "Kita harus tetap waspada. Jika kita melihat bahaya, kita harus berlari secepat mungkin."

Mereka melanjutkan perjalanan mereka dengan hati-hati, menavigasi melalui rintangan dan pepohonan yang lebat. Tegangan semakin terasa saat mereka mendekati lokasi yang ditandai di peta.

Mereka tiba di sebuah lahan kosong yang terbuka. Di tengah lahan, mereka melihat bekas-bekas tanaman yang sudah mati dan layu.

ANNA dengan wajah yang kecewa, "Sepertinya kami terlambat. Ladang ini sudah mati."

RAHEL dengan gestur yang percaya diri dan penuh tekad, "Tidak apa-apa. Kita harus mencari ladang lain. Kita tidak boleh menyerah."

Mereka kembali memeriksa peta, mencari alternatif lain. Matahari semakin terbenam, menciptakan suasana yang semakin gelap dan menegangkan.

Kelima sekawan berjalan melalui hutan yang gelap, hanya cahaya rembulan yang menyinari jalan mereka. Ketegangan semakin meningkat saat mereka melihat siluet-siluet menyeramkan di kejauhan.

LUNA dengan nada yang serak mengatakan,

"Aku rasa kita dikejar oleh beberapa zombie."

RAHEL (menarik nafas dalam-dalam)

"Jangan panik, tetap berjalan dengan hati-hati dan jangan menarik perhatian mereka karna mereka kalian semua tau mereka hanya menggunakan indra pendengar untuk mendeteksi manusia."

Mereka berjalan dengan penuh kehati-hatian terus melangkah dan menjauhi beberapa gerombolan zombie yang sedang berjalan tanpa arah.

Mereka melanjutkan perjalanan dengan ketegangan yang semakin meningkat, berusaha menghindari dan mengalihkan perhatian zombie yang terus mendekati mereka.

Kelima sekawan terus melangkah melalui hutan yang lebat. Tanpa di sadari mereka tersesat dan bingung arah mana yang harus mereka lalui. Mereka saling berdebat, berusaha mencari jalan yang tepat untuk mencapai ladang bibit yang mereka cari.

"Ini tidak masuk akal! Semua jalan yang ada tidak sesuai dengan peta." Ucap LUNA dengan wajah tak percaya dan kebingungan.

"Kita harus memilih dengan cepat. Waktu terus berjalan dan persediaan kita semakin menipis." Rian dengan wajah yang cemas sedikit frustasi.

Rani mengamati peta dengan cermat, mencoba mencari tahu posisi mereka.

"Aku pikir kita tersesat. Kita harus mengubah rencana dan mencoba jalan lain." Ucap

RANI dengan ketegasan

RAHEL tatapannya penuh tekad

"Baiklah, kita harus tetap fokus dan berusaha menemukan jalan menuju ladang tersebut. Semua orang bersiap!"

Mereka melanjutkan perjalanan mereka, berjalan melalui rintangan dan pepohonan yang lebat. Suasana semakin tegang saat mereka merasakan kembali kehadiran zombie di sekitar mereka.

Kelima sekawan berjalan di tengah hutan yang gelap. Mereka berusaha menghindari zombie yang terus mendekat. Suasana semakin mencekam, terdengar desiran langkah mereka dan bisikan angin yang menambah ketegangan.

"Kita harus segera menemukan jalan keluar dari sini. Zombie semakin banyak!" Ucap ANNA dengan napas tersengal-sengal

"Sial! Ini bukan jalan yang benar. Kita terjebak!" Tegas RIAN dengan suara gemetar

Mereka berhenti sejenak, mencoba menentukan arah yang tepat. Rasa takut dan kepanikan mulai menghampiri mereka.

RAHEL dengan tekad yang kuat

"Kita tidak boleh menyerah! Ayo, cari jalan lain yang bisa mengarah ke ladang."

Mereka memutuskan untuk mencoba jalur alternatif, berlari dengan hati-hati di antara pepohonan dan reruntuhan. Tetapi situasi semakin sulit saat mereka mencapai ladang yang diharapkan.

Kelima sekawan tiba di ladang yang hancur dan terbengkalai. Bibit tanaman sudah mati dan layu. Rasa kecewa menghampiri mereka.

ANNA dengan sedih mengatakan

"Lihatlah, semua ini sia-sia. Ladang ini sudah tidak bisa memberikan apa pun."

LUNA dengan ekspresi kekecewaan

"Kita harus mencari ladang lain. Kita tidak bisa menyerah begitu saja."

Mereka mengelilingi ladang yang kosong dan terbengkalai, mencoba menemukan tanda-tanda harapan di tengah kehancuran.

RIAN dengan penuh tekad "Kita tidak akan berhenti mencari. Kita akan menemukan ladang yang masih hidup."

Namun mereka sadar kegelapan malam hanya akan menimbulkan masalah apabila mereka kembali ke desa, akhirnya mereka memutuskan untuk mencari tempat tinggal dan beristirahat untuk sementara.

Rian melihat ada gudang di ujung ladang tersebut tetapi dia ragu untuk memutuskan pergi ke gudang tersebut dia tidak mau mengambil resiko dan memutuskan untuk berbicara terlebih dahulu dengan rahel.

"Apakah kau melihat gudang itu Rahel". Tanya Riyan kepada Rahel

"Ya tentu Rian kita melihatnya" jawab rahel dengan cepat

"Bagaimana kalo kita berdua menuju ke sana rahel untuk memeriksanya hari semakin gelap dan semua orang sudah kelelahan" Tanya Rian kepada Rahel dengan wajah serius

Anna mendengar percakapan antar rahel dan rian namun anna merasa sedikit khawatir sesuatu akan terjadi kepada Rahel.

Anna tiba-tiba menyela obrolan mereka.

"Apakah kamu yakin rian? Bukankah kita tidak tau apa yang ada di dalam gudang itu, bagaimana apabila hal buruk terjadi"

"Lalu apa rencanamu anna?" Jawab Rian dengan nada sedikit kesal

"Aku hanya takut terjadi sesuatu kepada Rahel" tegas anna sembari menunjukkan wajah memelas

"Apa, ... ". dengan dahi yang mengerut.

Rian hanya bisa menghela nafas setelah apa yang dia dengar dari mulut anna.

Namun Rahel dengan tenang dan meyakinkan anna dia mengatakan "Tenanglah anna kamu tidak perlu sebegitu khawatir tentang aku, apakah kamu lupa apa yang telah terjadi kepada kita berdua? Aku tidak selemah yang kamu bayangkan anna jadi berhentilah bersikap khawatir semua akan baik baik saja" dengan nada yang lembut.

Anna hanya mengangguk dengan wajah yang begitu amat sangat khawatir.

Rian dan Rahel pun berjalan menuju gudang tersebut, selangkah demi selangkah mereka berjalan mendekati gudang tersebut, Rahel bersiap dengan posisi bertahan dan Rian mencoba untuk mengintip di selah selah pintu.

Namun Rian jatuh tersungkur tak tahan dengan apa yang dia lihat di dalam. Sontak Rahel pun bertanya apa yang terjadi kepada Rian.

"Ssttt woi Rian apa yang terjadi" tanya Rahel kepada rian yang penuh kewaspadaan.

Rian diam mematung dengan tatapan yang sangat kosong.

Rahel pun tak tahan melihat Rian yang hanya duduk mematung di depannya dengan tatapan kosong, Rahel mencoba melihatnya sendiri.

Apakah yang mereka lihat?

Anna,Luna,Rani melihat dari jauh dan merasa khawatir dengan apa yang terjadi.

Mereka bertiga bergegas membawa senjatanya masing masing untuk mendekati Rian dan Rahel, mereka bertiga berlari dengan penuh kehati-hatian dan agar tidak menciptakan suara yang mengundang segerombolan zombie untuk datang.

Tak begitu jauh akhirnya mereka berdua sampai di posisi Rahel dan Rian.

Rani dengan khawatir bertanya "apa yang terjadi Rian, apakah semua baik baik saja?"

Rahel yang masih melihat ke dalam gudang dari selah selah pintu masih memastikan apakah ada zombie di dalam meskipun rahel mengetahui apa yang telah Rian lihat tapi Rahel bersikap untuk tenang.

Luna bertanya dengan lembut "apakah kamu baik-baik saja rian, apakah kamu melihat zombie di dalam gudang".

Rian yang matanya kosong dan syok pun tanpa ia sadari meneteskan air mata. Dia melihat di dalam ada beberapa keluarga yang memutuskan untuk gantung diri dan yang membuatnya sedih adalah Rian melihat seorang gadis kecil yang tergantung di langit langit gudang tersebut, dia merasakan kepedihan yang dalam karna dia mempunyai seorang adik perempuan kecil yang umurnya tidak jauh berbeda dari apa yang dia lihat di dalam gudang.

Rahelpun akhirnya membuka pintu dari gudang tersebut dan sontak semua wanita dari lima sekawan pun terjatuh dan duduk di tanah setelah mengetahui apa yang rian lihat, mereka mulai menyadari apa yang rian rasakan terutama luna dan rani yang menjadi teman sekolah rian pada saat dunia masih baik-baik saja.

"Aku tau perasaanmu rian" ucap rani dengan nada yang bergetar, air mata pun larut membasahi ketiga kawan lama tersebut Luna, Rian, dan Rani.

Mereka bertiga seketika seperti flashback ke masa lalu mereka selalu bermain bersama dan menikmati indahnya dunia, Rian si remaja yang selalu menjahili alex dan selalu ingin menjadi pemimpin tapi dia adalah seorang kaka yang menyayangi adik perempuannya, alex yang kesabaran setipis kertas meskipun begitu, kecerobohan alex menjadi salah satu bahan tertawaan dari mereka, Rani wanita bawel yang selalu ingin menarik perhatian pria, dan Luna adalah wanita cantik pendiam yang selalu memperhatikan kegiatan teman- temannya. Air mata pun tumpah bagaikan tanpa ada ancaman zombie mereka menangis cukup keras sambil berpelukan, ketiga kawan tersebut seolah olah mengeluarkan apa yang mereka pendam dan rasakan selama ini dan mengekspresikan kesedihan mereka di balik pelukan bersama.

Anna dan Rahel pun hanya bisa terdiam melihat kesedihan di antara tiga sekawan itu.

Namun mereka tidak boleh larut dengan keadaan bahaya masih mengancam mereka. Rani pun yang tidak mau terlalu larut oleh suasana menguatkan Rian, Rani menyadarkan Rian bahwa perjuangan masih belum berakhir.

"Sudah cukup, ayo kita bersihkan gudang ini untuk peristirahatan kita sementara" tegas Rani dengan terseguk-seguk.

Rian pun mulai sadar dan berusaha untuk lebih kuat dengan apa yang telah terjadi.

"Bagaimana kalo kita memulainya sekarang"

Ucap Rahel.

"Pertama-tama ayo kita turunkan dulu jasad yang menggantung di tiang itu Rian" ucap rahel kepada rian yang mulai sadar akan situasi.

Merekapun menurunkan semua jasad yang menggantung, dan para wanita menyediakan tempat untuk peristirahatan, mereka memanfaatkan jerami untuk alas tidur mereka.

Rian dan Rahel mengangkat satu persatu jasad tersebut, mereka berdua mengeluarkan semua jasad yang telah mereka turunkan dari dalam gudang.

Namun pada saat Rani mengambil beberapa tumpukan jerami untuk di berikan kepada Luna, dia menyadari bahwa ada sebuah berangkas atau peti.

Dengan penuh harapan Rani melempar jerami tersebut dan mendekat ke arah peti tersebut dan membukanya.

Rani pun berteriak dan sangat gembira dia menemukan beberapa benih atau biji bijian yang bisa mereka tanam di desa.

"Yeeeaaa" teriak Rani dengan bahagia

"Apa yang kamu temukan Rani?" tanya anna dan Luna

"Aku menemukan beberapa bungkus biji benih" dengan wajah penuh kegembiraan

Ternyata Rani cukup banyak menemukan bungkusan biji benih yang di timbun oleh petani. Dan rahel pun turut serta memeriksa peti tersebut Tak di sangka ternyata di dalam peti tersebut pun ada sebuah shotgun dan satu buah pistol revolver beserta dengan amunisinya.

Rahel yang tidak pernah mengunakan senjata api pun cukup bingung cara mengunakannya, beruntung Rian pernah mengikuti wajib militer dan segera mengamankan senjata api tersebut untuk berjaga-jaga dan di bawa kembali ke desa, Rian memberikan senjata revolver dan menjelaskan bagaimana cara memegang dan menggunakan senjata tersebut secara singkat. Meskipun agak sedikit kebingungan di awal Rahel pun terbilang cekatan dan cukup cepat untuk mempelajari mekanisme senjata api tersebut.

Malam pun semakin larut, mereka harus beristirahat. Mereka memutuskan untuk beristirahat bergiliran dan yang bersukarela untuk menjaga pertama adalah Rahel dan Luna, mereka telah bersepakat dan tidak ada satupun dari mereka yang keberatan.

Rahel dan Luna berjaga di tengah dinginnya malam dengan api unggun yang kecil namun cukup untuk menghangatkan mereka.

Suasana pun hening tak ada satu patah katapun yang keluar dari mereka berdua malam pun hanya di isi dengan suara angin dan merdunya suara jangkrik.

"Cahaya mempunyai caranya tersendiri untuk menghibur malam dari sepi." Ucap Rahel sembari menatap langit, Rahel mencoba untuk mencairkan suasana.

"Hmm, Ucapanmu sungguh puitis Rahel" jawab luna dengan sedikit candaan.

Rahel pun tersenyum senang sembari mendekati Luna. Rahel bertanya dengan penuh rasa penasaran "bagaimana dengan kehidupan masalalu-mu luna?"

Luna pun bercerita dia berasal dari keluarga yang cukup harmonis namun keadaan ekonomi yang membuatnya tertekan, orang tuanya adalah seorang pedagang makanan di pinggir jalan, hingga dia di paksa untuk menjadi sukses di masa depan oleh kedua orangtuanya agar tidak mengalami apa yang orang tuanya rasakan. Meskipun orang tuanya terbilang sangat menyayangi Luna, tapi Luna merasa terbebani dengan semua harapan yang diberikan oleh orang tuanya, Luna adalah murid yang cukup berprestasi hingga dia tak merepotkan orang tuanya untuk membayar biaya kuliah.

Namun kebahagiaan itu sirnah ketika Luna mendengar kedua orang tuanya yang meninggal akibat kecerobohan seorang supir truk yang mabuk menabrak kedua orangtuanya. Luna menangis terseguk-seguk hingga ia tak sanggup lagi untuk melanjutkan ceritanya.

"Maafkan aku Luna aku tidak bermaksud untuk membuka luka lamamu" rahel mengatakan dengan rasa bersalah

"Mmm,,,tidak apa apa" sambil Luna menyeka air mata di pipinya.

Rahel pun reflek untuk memeluk luna dengan erat sembari dia meminta maaf kepada Luna.

Air mata pun tak henti keluar dari mata luna hingga membasahi baju Rahel, luna pun luluh dalam pelukan Rahel dia merasa tenang dan aman. "Menangislah Luna jika itu membuatmu tenang" Rahel menyeka air mata di pipi luna tanpa sadar mereka saling menatap, merekapun terhipnotis dengan suasana Luna memberikan kecupan di bibirnya dan Rahel pun membalas kecupan bibir luna yang lembut dengan kasih sayang yang tulus.

Hingga akhirnya mereka sadar dengan apa yang mereka lakukan mereka pun tersipu malu dengan kejadian tersebut. Waktu pun berjalan begitu cepat waktunya untuk mereka beristirahat sekarang giliran anna, rani dan rian untuk berjaga. Luna dan Rahel berjalan memasuki dalam gudang dan beristirahat saling membelakangi.

Luna belum sepenuhnya tidur dia membayangkan apa yang telah terjadi antara dia dan Rahel, Luna pun menyadari Anna dan Rahel mempunyai hubungan khusus, tapi perasaan pun cinta yang mulai tumbuh dan susah untuk dia sangkal. Luna pun memutuskan untuk menyembunyikan perasaannya kepada Rahel.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!