🍂🍂🍂🍂🍂
"Masa, kata Mbaknya ini baju tidur sih A'??" tanya Shena sambil memperlihatkan satu persatu kehadapan Fajar.
Ia yang seorang pria dewasa hanya bisa mengusap tengkuknya karna malu, ia yang dari rumah menyembunyikan itu dari Shena di toko malah di sodor kan oleh di pelayanan toko.
"A', mbaknya salah kan?"
"Hem, cari yang lebih sopan dan tertutup ya, jangan yang kaya gini nanti masuk angin," jawab Fajar, dan jantungnya semakin berdetak hebat mana kala salah satu dari baju dinas malam di tempelkan di depan tubuh Shena.
Pikiran Fajar tentu melayang ke yang belum seharusnya ia bayangkan.
"Aku bisa kerokan terus kalau tidur pakai ini," gumamnya sambil kembali memilih baju yang lain.
"Sial," umpat kasar Fajar yang kembali duduk, dadanya sesak saat ingat Shena menempel kan baju kurang bahan tadi. Ada yang mengembang tapi bukan adonan donat karna ini bentuknya lonjong dan tumpul di ujungnya.
#Heh
"Fokus A'! please fokus ya, niat kesini cuma belanja loh," bathin Fajar sembari memijit pelipisnya. Kepalanya mendadak sakit saat ada yang menggeliat di balik celananya, ini adalah hal pertama yang cukup mengherankan bagi Fajar.
Lebih dari 30 menit, Shena kembali datang dengan raut wajah senyum yang mengembang. Tampil lebih cantik dan teraway serta tubuh berisi padahal baru beberapa ikut dengan Fajar.
"Sudah?" tanya Fajar seraya bangun dari duduknya di sofa.
"Udah, kata mbaknya tadi di tunggu di kasir," jawab Shena dengan pandangan menunduk.
Fajar langsung mengangguk lalu bergegas ke bagian tengah toko untuk melakukan transaksi pembayaran tanpa ia sadar jika Shena tak ikut dengannya.
"Terimakasih," ucap Fajar saat semua selesai dan seperti biasa, pihak toko akan mengantar langsung ke rumah jadi ia maupun Shena tak pernah bersusah payah membawa barang belanjaan.
"Kamu ngapain berdiri di sini?" tanya Fajar saat kembali ke tempat ia tadi menunggu gadisnya itu berpetualang mencari baju.
"Hem, banyak banget ya?"
"Apanya?" Fajar bertanya dengan dahi mengernyit, hari ini otaknya sedikit lama berpikir karna beberapa kali melihat apa yang seharusnya tak di lihat.
"Bajunya, kata Mbak ini bagus, itu bagus, itu cocok, itu cantik, kan aku bingung," adunya sambil mendelik kearah pelayanan toko yang tak henti menyodorkan banyak barang padanya.
Fajar hanya tersenyum simpul, ia tarik tangan Shena keluar dari toko. Tapi, gadis itu malah menahan tangan Fajar hingga pria tersebut menghentikan langkah dan menoleh.
"Ada apa?" tanya Fajar.
"Barangnya mana? sudah di bayar apa belum? uangmu tak cukup ya? maaf--," ucap lirih Shena, yang ia tahu jika berbelanja tentu barangnya di bawa pulang setelah di bungkus. Namun, Fajar malah melenggang bebas tanpa apa-apa di tangannya usai dari meja kasir.
"Aku lapar." Fajar lalu kembali menarik tangan Shena untuk melanjutkan langkah.
Berhubung ia ingat dengan pesan Abah, Fajar tak kemana-mana lagi untuk mencari Restoran. Ia tetap berada di dalam Mall sembari memilih apa yang bisa di Terima perut dan lidah Shena.
"Kita makan ini aja ya," ajak Fajar, Resto siap saji yang cukup familiar bagi orang banyak.
"Suka kan sama ayam tepung?"
Shena mengangguk dan tak lama kedua matanya malah berkaca-kaca, melihat hal tersebut membuat Fajar mencari tempat yang nyaman untuk mereka berdua.
"Kok nangis, kenapa?" tanya Pria tersebut yang sedikit khawatir.
"Aku cuma tahu rasa tepungnya," jawab Shena sambil menggigit bibir bawah, ia ingat pada Ibu yang pernah membawakan sisa kriuk dari ayam tepung depan gang dekat rumahnya dulu.
"Sekarang kamu bisa makan ayam sama tepungnya ya, pakai saos sambal dan tomat, mau?" tawar Fajar yang menggenggam tangan Shena.
"Mau, dua boleh?" pinta Shena.
Andai wanita di depannya kini halal untuk ia sentuh, ingin sekali Fajar memeluk sambil mengiyakan apa yang di pinta Shena barusan dengan raut wajah polosnya itu.
Tapi sayang, Fajar hanya bisa mengangguk sekarang tanpa melepas genggaman tangan mereka.
Dan binar mata Shena jelas ia bahagia saat Fajar datang dengan nampan berisi Ayam tepung yang bukan dua biji tapi dua wadah besar.
"Banyak banget? nanti bisa bayar kan?" tanya Shena dan kali ini Fajar tak bisa menahan tawanya sendiri.
"Kalau gak bisa bayar, paling di suruh cuci piring," kekeh Fajar, gadis berstatus janda muda itu tak tahu jika di tempat seperti ini tentu bayar dulu baru makan.
Satu persatu di makan Shena dengan lahap tapi hanya ayamnya saja sedang tepungnya ia sisihkan, tapi Fajar tak marah akan hal itu karna tebakannya mungkin Shena sudah bosan dengan kriuknya yang sering ia makan dari pemberian pedagang ayam tepung pinggir jalan.
"Ayo habiskan, sisa 3 lagi."
"Aku kenyang, A'. Ini sudah lebih dari cukup. Nanti aku gak bisa bangun," jawab Shena yang memegang perutnya yang sedikit membuncit.
"Ya sudah, cuci tangan sana. Habis ini kita pulang," titah Fajar lagi.
"Kita gak cuci piring?"
Fajar menggelengkan kepala, kejadian di toko pakaian ternyata masih membuat Shena penasaran. Fajar sengaja tak memberi tahu agar itu bisa jadi kejutan ituk gadis itu saat pulang nanti.
.
.
.
Perkara baju selesai dan perut pun sudah aman, kini saatnya mereka pulang, Fajar tak ingin ingkar janji pada Abah. Dan untuk yang lain bisa di susul nanti lain waktu atau bisa minta bantuan Bubun, Rinjani atau Bintang.
Tapi, entah kapan Fajar bisa mengenalkan Shena sedang Nyonya besar Lee saja tak pernah menyinggung tentang gadis yang di bawa putranya tersebut.
"Huft--," hembusan napas kasar di buang Fajar sampai Shena yang ada di sampingnya menoleh.
"Kenapa?"
"Hem, enggak apa-apa," jawab Fajar sedikit panik karna kaget juga.
Perjalanan pun di lanjutan dengan hanya obrolan biasa yang terjadi antara keduanya. Dan betapa kagetnya Fajar saat mobil mewahnya itu sudah sampai di depan rumah Abah, kendaraan itu tak bisa masuk ke dalam garasi karna ada...
.
.
.
Ayah... Bubun...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
hersita maharani
😭😭😭
2024-05-01
0
Ragil Saputri
nyesek banget yak....cuman makan kriuknya aja😥😥
2023-11-02
1
Devi
untuk yg ini, aku ngalah deh gak mau rebutan kriuknya, gak tega ikutan sedih
2023-09-22
1