🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Fajar dan Ucil kini sudah ada di depan pintu rumah yang mereka datangi, seberani apapun tetap ada kewaspadaan dalam benak pria keturunan Buaya Kadal tersebut. Apalagi ia berada di kota yang cukup lumayan jauh dari rumah utama, meski ia tahu ada beberapa orang yang menjaganya tapi ia tak tahu pasti dimana dan yang mana orang itu.
"Bang, udah saya anter kan? saya pulang duluan ya, Bang. Sebelum Si Bos liat saya," pamit Ucil yang tetap ketakutan, ia ingin menghilang sebelum Fajar mengetuk benda yang ada di depan mereka.
"Enak aja! jangan macam-macam atau saya akan menyeretmu sama seperti dia ke kantor polisi," ancam Fajar, anak remaja tanggung yang terlihat gelisah itu membuat Fajar jadi kesal padanya meski ia paham betul perasaan Ucil saat ini.
Fajar pun mulai memeranikan diri mengetuk pintu rumah yang tak terlalu besar jika itu berada di ibu kota, tapi untuk jika di perhatikan bangunan itu tak serapih rumah pada umumnya, jadi Fajar tak yakin jika didalamnya terdapat sebuah keluarga yang utuh.
Tok.. tok... tok...
Ucil yang bersembunyi di balik punggung Fajar membuat pria itu langsung membuang napas kasar, tapi ia tetap berusaha untuk tenang apapun yang akan di hadapinya nanti.
Tok... tok.. tok...
"Gak mungkin, Bang. Udah balik ke pasar," bisik Ucil.
"Gak ada yang bisa kita tanya?"
Ucil langsung menggelengkan kepala entah itu tak ada atau memang ia lagi dan lagi ia tak tahu, mengingat ini baru pertama untuknya juga. Sedangkan Fajar sudah menyapu ke sekitar rumah tersebut yang memang ada di ujung gang sepi.
Fajar mulai mengetuk pintu kembali, ia berharap kali ini ada yang keluar dari bangunan satu lantai tersebut, dan...
Aaaaaaaaaaargh..
Teriakan suara perempuan yang menyayat hati membuat Fajar dan Ucil saling pandang, berharap salah dengar tapi sialnya justru terulang.
Aaaaaaaaaaargh..
"Siapa? dan kenapa orang itu?" tanya Fajar bingung.
"Enggak tahu, Bang. Udah yuk, Bang. Kita pulang aja, Saya takut banget ini."
Fajar langsung menggelengkan kepalanya, ia tak punya niatan untuk pergi seperti apa yang di anjurkan oleh Ucil, Fajar kembali mengetuk pintu tersebut jauh lebih keras dan cepat, tapi malah suara benda jatuh dari dalam yang terdengar.
Ucil yang terus merengek bahkan menarik tangan Fajar benar-benar di abaikan. Ia tak perduli dengan bocah tanggung itu karna hatinya justru tergerak untuk mendobrak benda bercat coklat di depannya sekarang juga.
"Jangan, Bang!" cegah Ucil dengan nada bergetar, sepertinya ia benar-benar takut kali ini.
"Ada suara teriakan perempuan di dalam, dan apa kita harus pergi?" tanya Fajar dengan nada kesal.
Ucil pun menunduk dalam, bak buah si Malakama maju masalah pulang pun tak mungkin rasanya.
"Jangan, ku mohon."
Tak lagi sekedar suara rintihan, karna nyatanya kini ada jeritan dari suara perempuan yang sama, dan tak lama benda yang cukup berat pun terdengar jatuh kembali seolah menghantam benda yang lain.
"Tidak, aku tak mungkin pergi begitu saja, wanita di dalam sana seperti kesakitan," gumam Fajar. Di keluarganya, seorang perempuan adalah harta tak ternilai dan paling di hargai, di hormati dan di lindungi. Fajar yang seorang pria dewasa tak mungkin membiarkan hal tersebut apalagi pergi begitu saja tanpa menolong lebih dulu.
"Pergilah, jika ingin pergi. Aku akan tetap masuk," ujar Fajar pada Ucil.
Kini, tujuannya masuk bukan lagi demi perkara dompet dan ponsel tapi justru untuk menyelamatkan wanita yang menangis sedih di dalam sana yang entah siapa dan karna masalah apa.
"Bang, kita pulang aja, Si Bos kalau marah serem, Bang."
"Saya akan tetap masuk, kasihan orang di dalam sana. Saya gak mungkin pergi tanpa tahu apa yang terjadi."
"Ya ampun, Si Abang, udah pelit kepo juga ternyata!" cetus Ucil yang kesal sendiri.
Fajar tak perduli meski ia ingin melayang kan protes pada Si remaja tanggung yang sudah meledeknya barusan dengan dua kata yang tak enak di dengar itu.
Tapi, Fajar lebih memilih mempersiapkan diri mengumpulkan segala tenaga untuk mendobrak pintu rumah yang tak terurus terus.
"Satu.. dua.. tiga--," hitung Fajar dengan menarik napas dalam-dalam dan...
Braaaaaaaak....
Kedua mata Fajar membelalak besar saat ia melihat apa yang kini ada di depannya. Seorang pria dewasa yang berdiri tanpa celana menghadap ke arah wanita muda yang duduk bersimpuh dengan wajah terluka di bagian pelipis dan ujung bibir. Fajar bisa memastikan jika suara sakit itu karna rambut panjang Si wanita yang di jambak cukup lumayan keras.
"Hey! lo siapa? BangSsat!!" teriak pria itu dengan wajah merah menahan amarah. Ia yang polos di bagian bawah tubuhnya berjalan dengan cepat kearah Fajar yang membuang pandangan, ia malah memfokuskan matanya pada wanita yang semakin histeris menangis, entah kapan ia meringsek ke pojokan ruangan seperti orang yang benar-benar ketakutan.
"Ada apa ini? apa yang kalian lakukan?" tanya Fajar penuh selidik, ia tajam menatap pria yang kini sudah tepat di depannya.
"Lo siapa? mau apa lo kemari? ada urusan apa, hah!"
"Tolong jawab pertanyaan saya, apa yang sudah Anda lakukan padany?!" tanya ulang Fajar, karna saat benar-benar di perhatikan ia yakin jika gadis tersebut masih sangat muda sekali.
"Siapa yang lo maksud? dia?!" tunjuk pria itu yang tak lain adalah Tagor, Bos dari Si Ucil yang bersembunyi di depan pintu, remaja tanggung itu benar-benar takut memperlihatkan batang hidungnya di hadapan anak preman pasar yang terkenal ke sadisannya.
"Iya!" jawab Fajar jelas dan penuh penekanan
"Dia istri gue! terserah kami mau apa? yang ada gue yang tanya, apa yang lo lakuin disini, BangSssaat!" Tagor balik bertanya dengan emosi yang sudah sampai ke ubun ubun nya sambil melayang bogem mentah kearah Fajar. Ia yang belum sempat menghindar jadilah pukulan itu mendarat sempurna ke wajah keturunan Buaya Kadal.
Ucil yang mendengar kegaduhan di dalam akhirnya masuk, dan betapa terkejutnya Tagor saat ia melihat anak buahnya ada di ambang pintu antara terus masuk atau kembali keluar dan kabur.
"Elu, Cil! sama BangSaaatnya lo ya!"
Fajar yang tahu jika Tagor akan menghampiri Ucil pun langsung di tarik tangannya. Ia tak akan sampai hati melihat Ucil di pukuli meski memang ia juga bersalah dalam hal ini sebagai pencuri.
"Saya datang kemari untuk mengambil barang yang sudah Ucil curi dan di serahkan pada Anda. Tapi nyatanya, Anda bukan hanya penadah barang curian tapi juga Anda pelaku tindak kekerasan. Jika benar Dia istri Anda, bukankah ini adalah KDRT? tidak di benarkan meski Anda suaminya," jelas Fajar dengan maksud kedatangannya, ia sangat jijik dan mual melihat Tagor yang tak memakai celana.
"Jangan berani-beraninya ngancam gue! emang lo siapa?" satu pukulan kembali di dapat dari Tagor hingga gadis di pojokan sana kembali histeris.
Fajar sengaja tak membalas karena ini akan menjadi bukti pada pihak kepolisian nanti, sebab baginya tindakan Tagor sudah benar-benar melewati batas.
Perdebatan terus berlangsung antara Fajar dan Tagor dengan sesekali Fajar melirik kearah Gadis yang terus menangis menahan segala rasa. Tak hanya sakit badan tapi juta fisik yang pasti akan meninggalkan trauma tersendiri baginya.
"Saya akan benar-benar lapor polisi dengan segala tindakan keji Anda, ingat jika Anda pasti akan mendapat hukuman yang berlapis sekaligus," ancam Fajar dengan cibiran di ujung bibirnya.
"BrengSeek!"
Tagor yang pernah masuk penjara setahun lalu tentu masih ingat bagaiamana sesaama narapidana didalam hotel prodeo tersebut. Apalagi ia tak akan di tolong oleh Bapaknya yang pasti akan terseret juga yang ujung-ujungnya mereka berdua akan sama-sama menjadi tahanan.
"Gue balikin semua barang lo, pergi lo dari sini!" teriak Tagor frustasi sendiri.
.
.
.
Saya tak butuh semua itu, yang saya inginkan adalah ISTRI Anda...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Siti Farida
'aa minta istrinya orang Oey
2023-12-15
1
Arie
💪💪💪💪💪👍👍👍👍👍👍👍👍
2023-08-07
1
Lee yeon seinaa
baguss...
2023-08-01
1