🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Baru saja aku ingin menerima tawaranmu untuk bekerja menunggumu dirumah," jawab Shena masih dengan nada bicara yang tak berubah dari sebelumnya.
Fajar yang ingat hal itupun menyimpulkan senyum, tapi belum ia menjawab, justru malah terdengar suara gedoran pintu yang di barengi dengan teriakan memanggil namanya.
"Alina--," bathin Fajar, ia bergegas keluar untuk memastikan jika suara itu benar-benar suara wanita yang entah atau tidak ia nikahi.
"Ada apa?" tanya Fajar yang mendadak kesal melihat tingkah wanita itu yang seolah tak paham jika ini jelas rumah sakit yang harus tenang, bukan pasar atau tempat hiburan yang bisa sesuka hati.
"Lama sekali! bukankah aku sudah bilang jika aku takut!" omelnya langsung.
Fajar yang membuang napas kasar masuk lagi kedalam, ia ingat jika belum mematikan pangggilan teleponnya.
"Shena--," panggil Fajar.
"Ah, iya, kenapa?" tanya gadis tersebut di sebrang sana yang memiliki nama lengkap Senandung.
"Nanti ku telepon lagi ya, kamu istirahat saja. Ku usahakan besok pulang, dan bekerjalah dengan baik," ucap Fajar, ia yang tak kuat menahan tawanya sendiri atas apa yang di katakannya barusan hanya bisa menggigit bibir bawahnya, jantung yang mulai tak aman sebab berdetak berlipat ganda dari biasanya membuat Fajar buru-buru mengucapkan salam perpisahan.
"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," balas Shena, dan tak lama suara Fajar pun menghilang.
Shena mendekap benda pipih itu, ada rasa sedih yang terselip di hati Janda Perawan tersebut tapi ia akan berusaha tenang demi pekerjaan barunya tersebut. Ponsel pun langsung ia kembalikan pada Enin yang sedang bersama Abag di teras.
"Apa kata, Aa?" tanya wanita baya itu saat menerina benda yang di serahkan padanya.
"Aa lagi ada urusan, kalau sudah beres nanti di usahakan kemari," jawab Shena, setelah itu kembali ke kamarnya, masih ada rasa canggung jika berhadapan dengan Abah.
Shena yang sudah masuk kedalam, kini menyisakan pasangan baya itu saja yang memang sedang membahas perihal Fajar.
"Kalau mereka menikah bagaimana?" tanya Enin dengan raut wajah khawatir.
"Ya jadi suami istrilah, Sayang," sahut Abah yang terkekeh, ia sengaja melakukan itu agar Enin jauh lebih tenang.
Enih yang mendengar jawaban suaminya pun langsung mendelik kesal.
Meski Fajar belum bercerita apapun pada mereka, tapi Abah sudah tahu dari anaknya sendiri yang bercerita dan kini tugasnya adalah memberitahu Sang istri perlahan agar tak ada amarah untuk Alina meski rasa kecewa itu ada.
"Enin gak mau, kasihan Aa, Bah!" tegas wanita itu.
"Kita lihat saja nanti, semoga saat keadaan Tuan Gunawan membaik semua akan terselesaikan dengan baik baik juga," balas Abah, inilah yang di takutkan oleh Abah Rendra jika wanita halalnya tahu cucu kesayangannya di campakkan begitu saja tanpa alasan jelas, hanya ada dugaan dugaan kecil tapi itu semua belum terbukti sebab tak ada pria lain yang datang ke hadapan Fajar untuk mengakui jika ia adalah kekasih dari Alina.
.
.
.
Esoknya, Fajar yang meminta pulang setelah sarapan bersama di rumah sakit dengan Alina langsung bergegas ke rumah Abah dan Enin, kini bukan tak hanya dua orang itu saja tujuan Fajar tapi ada satu lagi yang harus ia temui.
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikum salam warahmatullahi wabarakatuh," jawab Enin seorang diri yang langsung berjalan cepat kearah pintu utama, tanpa melihat wanita baya itu tahu siapa yang datang.
"Enin--," sapa Fajar sambil meraih tangan Enin untuk ia ia cium secara takzim sesuai kebiasaannya.
"Enin belum selesai membuat sarapan, ayo masuk," ajaknya sembari menarik tangan pria kesayangannya itu.
Keduanya langsung masuk menuju dapur matanya yang menyapu seluruh ruangan akhirnya melihat sosok yang ia cari, Shena yang baru keluar dari kamarnya nampak segar dengan rambut basah tapi tidak dengan matanya.
"Shena, kamu kenapa?" manik mata yang indah kini terlihat sedikit merah dan bengkak.
Shena yang hanya menyungging senyum kecil hanya menggelengkan kepala, bukan hanya Fajar yang khawatir, Enin pun merasakan hal yang sama, bahkan wanita yang mendamba seorang anak kandung itu pun langsung mendekat untuk meraih tangan Shena untuk mengecek keadaan gadis itu.
"Kamu pucat, Nak." Enin menangkup wajah Shena dengan kedua tangannya, tatapan kedua wanita beda generasi tersebut bertemu dengan sangat sengaja.
"Aku--"
Bugh..
Janda perawan itu pun terkulai lemas dalam pelukan Enin, jika saja Fajar tak sigap bisa keduanya yang jatuh ke lantai karna Enin yang kaget pastinya tak akan kuat menahan tubuh Shena yang pingsan mendadak ( Iyalah, cuma terompet kiamat yang mau pingsan bilang bilang)
"Shena!"'
Mendengar teriakan Fajar dan Enin, membuat Abah yang sedang memandikan burungnya ( Burung asli ya Epribadeh) langsung masuk kedalam rumah yang puluhan tahun ia dan Sang istri tempati. Bukan tak mampu membeli bangunan yang jauh lebih besar bahkan Ayah Keanu sanggup memberikan rumah yang sangat mewah tapi tempat yang sekarang benar-benar begitu banyak kenangan dan di beli dari hasil usaha yang dulu baru mereka rintis bersama.
"Ada apa ini?" tanya Abah Rendra, ia kaget saat melihat Fajar menggedong Shena ala Bridal Style menuju sofa panjang depan Tv.
"Shena pingsan, Bah," jelas Enin, tangan wanita yang bergetar itu langsung di raih oleh Abah agar sedikit jauh lebih tenang.
Fajar yang berusaha membangunkan terus menepuk pipi mulus Shena, tak lupa ia juga memberikan minyak kayu putih di dekat hidung agar Shena cepat sadar kembali.
"Shena, ayo bangun, jangan buat kami khawatir," bisik Fajar, berulang kali ia, melakukan itu akhirnya Shena mengerjap.
"Bu---," panggil Shena lirih dan serak.
"Ibumu tak ada, adanya aku, Enin dan Abah," jawab Fajar yang belum melepaskan tangannya dari tangan Shena.
Cairan bening mengalir di ujung mata Shena saat sosok yang di panggilnya itu tak ada. Sedang kan Enin dan Abah hanya bisa saling pandang.
"Ibu--, Shena takut, Bu--, ucapnya lagi lirih.
Fajar yang paham dengan apa yang di rasakan Shena hanya bisa menenangkan, ia bangunkan Shena untuk memberikan sebuah pelukan.
"Jangan takut, kami ada untukmu, kamu aman," ujar Fajar yang semakin mendekap tubuh Shena.
"Tapi semalam dia ada, dia ada-- dan aku takut," adu Shena, tangis yang tadi hanya uraian mata kini mulai terisak sedih.
Fajar yang sepertinya paham terus menenangkan, tak mudah memang bagi gadis muda seperti Shena harus menjadi korban dari seseorang yang mengalami kelainan *3** yang cukup parah, tak hanya sakit fisik yang Shena alami tapi juga mental yang kini berujung dengan rasa trauma.
"Kamu pasti mimpi buruk, iya kan?" tanya Fajar.
Dan Shena mengangguk pelan dalam pelukan pria baik itu, Fajar hanya menghela napas berat, matanya yang merah dan bengkak pasti karena memimpikan Si Batagor.
.
.
Hampir satu jam di tenangkan, Shena dibawa ke kamarnya lagi, dengan keadaan yang masih sangat lemas karna sepertinya kurang tidur, gadis itu pun di baringkan lagi di atas ranjang.
Masih di temani oleh Fajar, Enin pun masuk dengan membawa makanan untuk Shena sarapan.
"Isi perutmu dulu ya, habis ini minum obat," titah Fajar yang tak mendapat jawaban sama sekali.
Dalam hitungan detik, sendok berisi nasi dan kuah sayur sup ayam kampung menggantung di depan mulut Shena yang masih tertutup rapat.
"Ayo buka mulutmu."
Fajar tersenyum kecil mana kalau bibut pucat Shena yang tadinya menempel satu sama lain kini perlahan terbuka.
"Alhamdulillah, habiskan ya, jika siang nanti keadaanmu jauh lebih baik, kita jalan jalan," ucap Fajar yang membuat Shena sedikit tersenyum.
Janji yang Fajar utarakan kemarin sepertinya akan dilakukan hari ini, maka Shena harus kembali sehat seperti yang di inginkan oleh Fajar dan kini ia senang saat suapan demi suapan makanan sudah masuk kedalam perut Shena.
Drrtt... drrtt... drrtt..
Getar ponsel di saku celana Fajar membuat ia meletakan dulu sendok yang di pegang dengab ponsel yang sudah berhasil ia raih. Ada sebuah nama yang sebenarnya tak ia harapkan tertera di layar benda pipig tersenyum. Tak ada suara yang keluar lagi dari mulut Fajar setelah ia mengucapkan salam, hingga...
.
.
.
Maaf, aku harus pergi..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
titiek
ooo br baca sich 🤭🤭
2024-06-03
0
Ragil Saputri
Burung asli ya epribadeh".....asli ngakak 🤣🤣🤣🤣🤣
2023-10-10
1
Efrida
wadon gila
2023-09-18
1