🍂🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Shena yang menerima uluran tangan dari Fajar ikut bangun dari duduknya, ia yang masih sangat lemas mau tak mau pasrah saat Fajar tak hanya menyentuh tangannya saja melainkan juga bahu demi menjaga keseimbangan tubuh gadis itu saat berjalan keluar rumah Si Tagor.
"Pelan-pelan, apa kakimu sakit?" tanya Fajar yang melihat kearah bawah dimana kaki putih itu tak beralaskan sandal.
"Aku-- capek," jawabnya yang malah tak sadarkan diri, jika saja Fajar kurang sigap sudah bisa di pastikan Shena akan tersungkur ke lantai teras bangunan yang pemiliknya sudah masuk ke dalam kamar untuk memasukkan lagi Si GUNDAL GANDUL ke dalam sarang.
"Hey, bangun."
Tak hanya Fajar pastinya yang panik karna Si Ucil yang ada disana pun merasakan hal yang sama bahkan raut tegang dan takutnya masih jelas terlihat tapi kini di tambah lagi dengan kepanikan.
Di tengah rasa campur aduk itulah, beberapa orang datang dan langsung membawa Sheba ke rumah sakit bersama dengan Fajar.
Pria itu tak banyak tanya dan bicara, ia hanya fokus pada Shena yang kepalanya kini ada diatas paha saat berada di mobil yang sedang berjalan ke rumah sakit.
Cara kerja Pasukan Gajah memang selalu muncul di akhir saat benar-benar di butuhkan, meski selalu diawasi tapi bukan berarti tak memeberi kesempatan untuk membela dan menyelesaikan setiap masalahnya sendiri.
.
.
Sampai di rumah sakit terdekat, yang paling serius di tangani team dokter tentu Shena, sedangkan Fajar hanya di obati bagian wajahnya saja yang kini terlihat memar. Jangan tanya betapa nyerinya bagian tulang pipi pria itu saat ini. Namun ada satu yang ia pikirkan yaitu reaksi Bubunnya saat tahu keadaan Sang putra yang sekarang terluka.
"Bagaimana, Dok? apa ada luka yang serius pada gadis itu?" tanya Fajar saat Dokter selesai mengobati beberapa luka di wajah Shena.
"Untuk diarea wajah sepertinya itu luka pukulan dan tamparan. Tapi untuk Dipunggung itu seperti hantaman benda, nanti bisa di lihat dari hasil Rontgen," jelas Dokter.
"Berarti cukup serius ya, Dok?"
"Jika cepat di tangani, semoga semua baik-baik saja."
Fajar mengangguk, lalu ia mendekat kearah sisi Shena yang masih tertidur karna pengaruh obat.
" Ada apa? sampai nasibmu semalang ini, kamu cantik dan masih sangat muda sepertinya." gumam Fajar yang ingin mengelus pipi Shena tapi ia tak berani.
Fajar yang masih menikmati wajah polos Shena hanya bisa mengukir senyum tapi ia ingat satu hal yang harus ia urus yaitu tentang Tagor, ia tentu tak akan membiarkan manusia yang sikapnya mirip binatang itu bebas dan berkeliaran mencari mangsa berikutnya.
Fajar keluar dari ruang rawat inap Shena, ia menemui salah satu pasukan Gajah yang ada didepan pintu. Fajar meminta orang orang kepercayaan Tuan besar Rahardian itu segera memberi pelajaran pada Tagor dengan cara menyerahkan pria itu kepada pihak yang berwajib dan juga mengurus segala sesuatu tentang rumah sakit.
.
.
.
Jam 22.45 malam, dingin yang serasa menusuk hingga ke tulang membuat Fajar harus berkali kali membenarkan letak selimut yang menutup sebagian tubuhnya. Meski kaya raya, ia bukan type orang yang rewel jika dalam kondisi terdesak, contohnya saat ini yang tak masalah jika harus tidur di sofa padahal sudah di tawari hotel dekat rumah sakit.
Eeeugh.. air--
Fajar yang memang belum tidur tapi memejamkan mata langsung mengerjap, meski sayup-sayup tapi yakin jika itu adalah suara manusia.
"Apa ya? kok bawa bawa PapAy?" gumam Fajar saat tetap menajamkan Indera pendengarannya.
"Air--, air."
Deg.
Jantung Fajar seakan berdegup semakin kuat saat ia ingat sedang menemani Shena dan ia yakin jika itu adalah suara gadis tersebut. Fajar yang terlonjak langsung bangun dan menghampiri Shena yang berusaha untuk bangun.
"Tunggu, biar ku bantu, kamu mau apa?" tanya Fajar.
"Air-, aku haus sekali," pinta Shena.
Fajar mengangguk paham, ia yang tak mengizinkan Shena bangun meminta gadis itu kembali berbaring.
Seperti orang yang baru usai lari marathon, Shena sampai tersedak saat minum air putih dalam botol menggunakan sedotan/pipet.
"Pelan pelan, aku tak akan meminta minummu," kekeh Fajar yang entah kenapa merasa lucu melihat Shena minum. Padahal Alina jauh lebih elegan dan dewasa karna memang mereka seumuran.
"Aku haus, aku mimpi ada yang mengejarku," ucapnya dengan napas tersengal, tangannya juga dingin dan sedikit gemetar saat di raih oleh Fajar.
"Jangan takut, bersamaku kamu akan aman, Ok."
Shena menatap lekat kedua menik mata Fajar yang teduh, meski begitu ia tetap saja was was.
Entah siapa yang kini harus ia percaya karna 3 laki laki yang dekat dengannya semua tak bisa menjadi tempat berlindung. Bapak yang seharusnya sebagai cinta pertama justru memberinya luka yang teramat pedih, begitu pun dengan kakaknya yang tak segan membentak dan mengancam, dan tak hanya sampai disitu karna Shena kembali di hadapkan pada sosok laki-laki yang kini sudah menghancurkan fisik dan mentalnya.
"Aku tak seperti mantan suamimu," ucap Fajar yang Seolah paham dengan tatapan khawatir gadis depannya kini.
"Mantan suami," gumamnya pelan.
"Kenapa? apa kamu menyesal di cerai oleh pria sepertinya? maaf maksud bukan begitu, aku hanya--,"
"Aku tak punya siapa siapa lagi," potong Shena dengan pandangan tertunduk.
"Orangtua mu? keluargamu dimana?" tanya Fajar, bagi pria itu keluarga adalah segalanya dan tempat pulang dalam segala kondisi, ia pun berharap hal itu jugalah yang di rasakan Shena.
"Ibu sudah meninggal, kakak masuk penjara dan Bapak entah kemana setelah menikah kan ku," jawab Shena dengan kedua mata yang sudah berkaca-kaca.
"Maaf, aku tak punya maksud apapun," ujar Fajar yang tak enak hati seolah sedang membuka luka lama gadis itu yang sedang berusaha menahan genangan cairan bening di pelupuk matanya.
"Sejahat apapun Bang Tagor, setidaknya cuma dia yang aku punya sekarang juga rumahnya untuk aku tinggal."
"Tapi dia sudah berlaku kejam padamu, lihat wajahmu, tubuhmu penuh luka, apa kamu tak merasa kasihan pada dirimu sendiri, hem?" tanya Fajar yang mencoba membuka pikiran Shena yang ia yakini pasti sangat kacau.
"Lalu aku harus apa? ini bukan salahnya, ini hanya karna ia punya kelainan hingga ia berbuat kasar padaku," kelas Shena yang mulai terisak.
"Apapun itu, tetap tak di benarkan!"
Tangis Shena pecah, entah ini pilihan benar atau tidak ikut dengan pria yang bahkan ia belum tahu namanya itu. Shena tak bisa berpikir apapun, hatinya bingung, otaknya semrawut hingga merasa kepalanya kali ini hampir meledak.
.
.
.
Sudah ya, jangan menangis. Aku akan membawa mu pulang kerumah Abah dan Enin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Ragil Saputri
kasian Shena udh ditinggal ibunya, dipaksa buapaknya nikah ma pria gk bener lagi
2023-10-07
1
Wiwik Murniati
ooo ini cerita gajah air dn Hujan ya ,,,,,,,?
2023-08-10
0
kelinci lucu
fmliar dg nma2 kluagany pi lpa crtany cz dh lma n mngkin jga cz udh bnyak bca nvel2 lain setelahnya😅
2023-08-09
0