🍂🍂🍂🍂🍂🍂
"Ayo silahkan masuk, diluar cukup dingin," kata Abah Rendra pada Shena yang ditinggal cucunya begitu saja di depan pintu.
Pria baya itu tak mau menebak siapa sosok gadis cantik yang di bawa Fajar karna ini di luar kebiasaannya.
Ia juga belum tahu tentang kandasnya hubungan Fajar dengan Alina karna Sang Besan hanya memberi kabar perihal perginya cucu mereka saja ke salah satu kota, karna Tuan Rahardian tahu apa yang terjadi dengan Fajar, tentu ia hanya tak ingin Abah dan Enin menunggu kedatangan Si kesayangan mereka itu.
Shena masuk kedalam rumah lebih dulu karna Abah harus menutup pintu, angin memang cukup lumayan kencang yang sepertinya akan turun hujan. (Ampun pAy, ini hujan beneran ya)
Di dalam rumah, Shena dipersilahkan untuk duduk diruang tamu. Ia yang takut dan bingung tak kuasa menatap pria yang ikut duduk juga di depannya sekarang, sedangkan pria yang membawanya kini entah kemana.
Tak ada obrolan apapun antara Abah juga Shena, dan beruntungnya tak lama Fajar keluar bersama Enin yang di papah dengan cara di rangkul bahunya. Jika dulu ia yang selalu di gendong atau di tuntun, tentu sekarang justru berbanding terbalik karna tubuh Fajar jauh lebih besar dan tinggi pastinya dari Enin.
"Ini orangnya?" Enin mendongak kearah cucunya yang hanya menjawab dengan anggukan dan senyum kecil.
Fajar mengajak Enin untuk lebih dekat, keduanya duduk di samping Abah yang memang di sofa panjang sedangkan Shena di sofa single.
"Shena, ini Enin dan ini Abah, maaf meninggalkanmu tadi. Aku panik saat Abah bilang Enin sakit," ucap Fajar yang merasa tak enak hati.
"Tak apa, aku paham. Perkenalkan, saya Shena--," ia yang bingung tak melanjutkan ucapannya malah melirik kearah Fajar.
"Panggil Enin dan Abah saja sama dengan Aa," titah Abah.
"Hem, iya. Saya Shena, Abah Enin," lanjutnya memperkenalkan diri.
Kesan pertama cukup baik karna ternyata gadis yang di bawa Fajar lumayan sopan dan itu sangat di maklumi sebab pastinya Shena masih Canggung dan malu-malu.
"Aa sudah makan?" tanya Enin, rindu itu masih terasa dan bisa di lihat dari binar mata wanita baya itu.
"Cuma sore tadi di jalan," jawab Fajar.
"Abah pesan makanan dulu kalau begitu, jangan sampai kalian lapar tengah malam," sahut Abah yang di setujui oleh yang lain.
.
.
Obrolan ringan pun mereka bincangkan sambil menunggu pesanan makanan tiba, hanya pertanyaan umum yang di layangkan oleh Abah dan Enin demi menjaga perasaan serta kenyamanan Shena.
"Masih sangat muda sekali ya, 17 tahun," ucap Enin yang pikirannya melayang pada masa lalunya .
Tak jauh berbeda, Enin Cheryl yang kabur dari rumah pun saat itu belum lulus sekolah namun tak sama dengan Shena yang justru tak sekolah atau tepatnya ia putus sekolah. Enin yang muak dengan segala drama dalam rumahnya dan sempat mengalami pelecehan dari para kekasih mamanya memilih angkat kaki, tapi semua tak seindah yang ia bayangkan sebab di malam yang sama justru ia malah menjadi istri dadakan dari sesosok pria yang tak di kenalnya hanya karna seorang bayi yang mereka temukan secara bersama di sebuah gudang gelap. Fitnah pun bermunculan yang di sangka justru mereka adalah Si orang tua bayi yang ingin membuang bayi tersebut.
Padahal, nyatanya mereka kenal pun tidak sama sekali. Tapi siapa sangka kejadian itu membawa Enin Cheryl pada cinta sejatinya yaitu Abah Rendra yang teramat sabar. Semua terbukti dengan pria itu tak pernah meninggalkan Enin meski Sang istri tak bisa memberinya Keturunan. Berpuluh-puluh tahun bersama pasangan itu hanya punya satu anak yang tak lain adalah bayi yang mereka temukan yaitu Ayah dari Fajar.
"Sayang, kenapa?" tanya Abah sambil meraih tangan istri tercintanya itu.
"Ah, gak apa-apa," jawab Enin yang sadar dari lamunannya.
"Kejadian yang sudah membuat Shena dewasa, Enin. Semuda apa umurnya sekarang, nyatanya begitu banyak yang sudah ia lewati yang mungkin tak semua orang mampu di usianya sekarang," tutur Fajar yang menatap lekat kearah Shena.
Enin dan Abah mengangguk paham, meski ia tak tahu apa yang sebenarnya terjadi, biarlah mereka menunggu sampai Fajar mau menceritakan semuanya, karna untuk sekarang waktunya mereka makan malam lebih dulu.
Satu hal yang tak pernah dirasakan oleh Shena adalah duduk bersama seperti ini ketika semua anggota keluarga berkumpul untuk makan. Saking sulitnya seakan itu semua mustahil bagi gadis cantik itu.
"Makan yang banyak, kamu harus minum obat sampai habis ya, masih ada kontrol juga nanti," bisik pelan Fajar tepat di telinga kanan Shena.
"Iya, aku habiskan," jawab Shena.
Keempatnya makan dengan sangat lahap termasuk Enin yang mulai ada rasa lagi, karena satu minggu kemarin makanan apapun begitu sulit ia telan, semuan terasa hambar karna selalu ingat dengan Fajar meski ia makan di suapin oleh Angkasa maupun Lintang, karna bukan membuat Enin kuat dan sabar mereka malah menangis bersama terutama Lintang, dan Abah Rendra hanya bisa mengusap dadanya untuk makin sabar melihat kelakuan dua cucu laki-laki nya yang lain.
.
.
.
Perut yang sudah terasa kenyang dan malam yang semakin larut membuat Fajar memutus untuk mengantar Shena ke kamar tamu sebab ia pun harus pulang ke rumah utama. Ada Bubun dan Ayah yang harus tahu juga keadaannya sekarang.
"Kamu istirahat ya, aku pulang dulu. Besok aku kemari lagi," pamit Fajar di depan pintu kamar yang akan di tempati oleh Shena.
"Aku di tinggal?"
"Iya, tapi besok aku kembali. Ada Enin dan Abah. Kamu jangan takut ya, kamu aman disini," ujarnya lagi yang tahu jika Shena langsung panik.
Rasa trauma dan takut masih jelas terasa dari dalam diri Shena karna ia seolah berulang kali jatuh pada orang yang salah. Dan saat ia mulai merasa nyaman dengan Fajar, nyatanya pria itupun akan pergi meski menjanjikan akan datang lagi.
"Baiklah, tapi aku tunggu kamu ya."
"Iya, besok kita pergi," ucap Fajar yang langsung membuat kedua mata Shena membulat besar.
"Pergi? kamu mau memberikan ku kemana lagi?" tanya Shena.
"Hey, bukan begitu, tolong jangan salah paham dulu, Ok." Sepertinya apa yang dipikirkan Fajar tak sama, ia kira Shena akan senang saat mendengar ingin di ajak pergi olehnya tapi nyatanya gadis itu berpikiran lain.
"Tolong berikan saja aku satu pekerjaan, aku janji tak akan merepotkanmu," mohon Shena, matanya berkaca-kaca dengan tangan memangkup di depan dada.
"Yakin? kamu ingin aku memberikan pekerjaan padamu?" tanya Fajar.
"Iya, aku akan lakukan apapun itu, tapi ku mohon jangan berikan aku pada siapapun lagi," jawabnya yang mulai terisak karna air matanya jatuh juga ke pipi.
.
.
.
Baiklah, bagaimana jika kerjamu hanya menungguku pulang saja?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Alif
gak ada masa idah janda yg masih perawan
2024-12-13
0
raditha astriani
ya Tuhan modus mereka kenapa mirip semua..tp...aku lapeeeerr eh bapeeeeerr
2024-03-03
1
Ragil Saputri
halalin dulu AA tpi tunggu masa idah" Shena ya
2023-10-09
1