🍂🍂🍂🍂🍂🍂
Fajar yang sudah pamit pada Ayah Keanu benar-benar melangkahkan kakinya dari rumah utama menuju rumah sakit. Disana pasti ia sudah di tunggu oleh Alina dan papanya. Ada perasaan campur aduk yang di rasakan pria tampan itu terlebih hadirnya Tom juga. Ia tak bisa menebak apa yang akan terjadi tapi ia tetap berdo'a semoga sesuai dengan apa yang di inginkan yaitu akhir yang baik-baik.
Tak perlu waktu lama, mobil mewahnya sudah ada di parkiran rumah sakit yang kali ini milik Rahardian, bukan milik MiMoy Hujan.
Berkali-kali menarik napas berkali-kali juga di hembuskan oleh Fajar sebelum ia turun dari kereta besinya tersebut dan kini langkah kaki Si tengah sudah menuju ruang rawat inap mantan calon mertua nya, sebab tak ada lagi harapan untuk ia dan Alina kembali. Bukan hanya karna wanita itu yang tak cinta tapi juga ada bayi tak berdosa dalam rahim tersebut.
Ceklek
Sebuah benda bercat putih itu di buka oleh Fajar dengan tangan kanannya, ia tersentak kaget saat melihat pria paruh baya seusia Ayahnya sedang terisak sedih.
"Pah, ada apa?" tanya Fajar yang mendekat ke sisi kanan brankar pasien karna di sisi kirinya ada Alina.
"Maafkan Alina, Fajar." Papa Gunawan langsung meraih tangan pria yang ia harapkan bisa menjaga putri tunggalnya.
"Pah--, Alina tak buat salah apapun pada Fajar, Papa jangan khawatir, fokus saja pada kesehatan Papa," jawab Fajar yang paham betul dengan perasaan Sahabat ayahnya tersebut.
"Alina hamil, ia hamil padahal jelas masih berhubungan denganmu. Papa sangat kecewa dan malu, Nak."
Orang tua manapun pasti hancur hatinya saat tahu anak yang ia besarkan dengan kasih sayang dan perhatian justru melakukan kesalahan yang di luar batas wajar. Itulah yang kini dirasakan Papa Gunawan, ia sudah melarang Alina untuk berpacaran dengan Tom lalu menjodohkan anaknya itu dengan Fajar tapi yang di dapat justru ada cucu yang akan lahir dari Alina karna kesalahan kesalahan yang di perbuatnya bersama Si Tom gak pake PEL...
"Tugas Papa tinggal merestui mereka, sekuat apapun Papa melarang jika memang di takdirkan bersama selalu ada saja jalannya," ucap Fajar, ia yang masih berusaha memenangkan Papa Gunawan padahal hatinya sendiri pun sedang kacau.
Fajar tetap fokus pada pria paruh baya itu, tak sedetik pun matanya beralih pada Pria yang tak jauh dari Alina, tingginya mungkin hampir sama dengan Fajar tapi tubuhnya tentu jauh berbeda karna jika Fajar putih mulus, Si Tom justru kebalikannya.
"Papa tetap ingin kamu yang jadi suami Alina, Alina tepat jika kamu yang membimbingnya."
"Pah, aku tak sebaik yang Papa pikirkan, dan pria pilihan Alina pun tak seburuk yang Papa kira. Kasihan Alina, di masa hamilnya, ia butuh sosok yang di cintai dan mencintainya," jelas Fajar tetap memberi pengertian.
Perlahan, Papa Gunawan pun tenang hingga akhirnya Fajar pamit karna ia sedang ingin menepati satu janjinya yang lain.
Tapi, baru saja ia berjalan beberapa langkah. Namanya di panggil oleh suara pria yang tak pernah ia dengar sebelumnya tapi ia justru bisa menebak siapa orang tersebut.
"Ada apa?" tanya Fajar saat ia sudah berhasil membalikkan tubuhnya dan kini sedang berhadapan dengan Tom.
Bohong rasanya jika Fajar tak kesal, ia tetap kecewa pada Alina yang sudah main belakang selama mereka bersama, sedang kan saat itu ia justru sedang mati matian untuk belajar mencitai calon istrinya tersebut. Beruntungnya niat itu belum sampai di hatinya hingga cukup rasa kasihan dan juga sayang karna bagaiamana pun mereka berteman cukup lama.
"Terimakasih," ucap Tom dengan senyum kecil di ujung bibirnya, entah tulus atau tidak Fajar pun tak perduli.
"Untuk apa?" tanya Fajar dengan nada bicara santai padahal tangannya sudah gatal ingin menghabisi pria di depannya sebab jika benar cinta ia tak akan merusak apa yang ada dalam pelukannya.
"Untuk semua, termasuk tentang Alina. Sorry kalau lo kecewa tapi Alina milik gue!" tegasnya yang hanya di jawab anggukan kepala, Fajar tak kuat dengan bau rokok dari mulut Tom.
"Hem, saya tahu itu, karna sejatinya Jodoh itu cerminan diri sendiri."
Tak ingin berlama-lama, Fajar pun langsung pergi begitu saja meninggalkan rumah sakit, harapan, kecewa dan rencana pernikahannya.
.
.
.
Jika jalan menuju rumah utama ia harus belok kanan saat di pertigaan lampu merah nanti, tapi tidak dengan rumah Abi yang tetap lurus dan Fajar tetap menekan pedal gasnya tanpa membelokkan setir mobil yang artinya ia akan kerumah pria kesayangannya tersebut.
Perjalanan memang terasa lebih jauh, tapi itu tak masalah karena ada sesuatu yang harus ia temui kecuali Abah dan Enin yang pastinya itu adalah Senandung.
"Namanya lucu, apa pas lahir dia gak nangis tapi justru nyanyi ya? sampe di kasih nama itu?" gumam Fajar dengan kekehan kecilnya, hatinya semakin senang saat mobil mewahnya sudah memasuki area perumahan tempat tinggal orang tua angkat Ayah keanu.
Setelah mobil masuk garasi, dan ia turun dari dalamnya kini Fajar tinggal melangkah masuk kedalam rumah berlantai dua tersebut. Jika dulu saja Abah tak ingin pindah karna masa kecil anaknya disana, apalagi sekarang setelah ada cucu-cucunya tersebut.
"Assalamu'alaikum, Bah--, Enin, Shena," panggil Fajar ketika ia sudah berhasil membuka pintu utama dan ada di ruang tamu.
"Waalaikum salam, Aa'," jawab Shena yang keluar dari arah dapur.
"Kok sepi? pada kemana?" tanya Fajar bingung.
"Abah sama Enin barusan banget pergi. Katanya udah bilang." Shena meraih tangan Fajar untuk ia cium dan itu sontak membuat pria di depannya kaget.
"Masa? Aa gak tahu," sahut Fajar yang mulai salah tingkah dan membuang pandangan agar Shena tak melihat senyum yang tak bisa di tahannya itu.
"Coba cek ponselnya," titah Shena yang di balas anggukan kepala saja, Fajar lalu meraih Si benda pipih itu dari saku celana yang ternyata tersilent jadilah ia tak tahu saat ada pesan dan telepon masuk.
"Ya sudah, kalau mereka pergi kita juga pergi, gimana?" tawar Fajar, hal yang berulang kali tertunda karna permasalahannya dengan Alina.
"Hem, kemana?" tanya Shena malu malu tapi yang pasti ia sepertinya mau.
"Beli perlengkapanmu, semua kebutuhanmu, ayo."
"Ke pasar?"
Tawa Fajar pun pecah dengan tiba tiba, ia tangkup wajah mungil Shena dengan kedua tangannya yang lembut.
"Bukan, kita Mall aja ya," jawab Fajar.
Kedua mata Shena bulat sempurna, ia yang jarang sekali menginjakkan kaki di pusat perbelanjaan tak menolak ajakan itu, malah langsung mengangguk setuju.
"Tapi--, aku gak punya baju buat kesana," ucapnya yang mendadak sedih sambil melihat ke dirinya sendiri, sehari-hari ia memakai baju milik Enin yang masih tersimpan rapih, untungnya saja tubuh mereka sama-sama mungil sampai rasanya gemas saat di peluk.
"Nanti cari di kamar Abang, mungkin ada baju Bintang disana," jawab Fajar yang langsung meraih tangan Shena ke salah satu kamar ya g bersebelahan dengan kamarnya juga.
Ceklek
Meski tak di isi, tapi ruang istirahat itu tak pernah di kunci karna akan di bersihkan setiap hari sebab para keturunan Kadal Jantan sering datang mendadak.
"Ini kamar Abang?" tanya Shena saat masuk.
"Iya, kamu belum pernah masuk kemari?" tanya balik Fajar saat ia melangkah kearah lemari samping kaca.
Tangan kiri menggenggam tangan Shena sedangkan tangan kanan untuk membuka pintu lemari, dan betapa kagetnya pria dewasa itu saat melihat isinya di dalamnya.
"Ada gak A'? kok bajunya warna-warni?" tanya Shena yang ikut mengintip.
"Hem, gak ada," jawab Fajar yang langsung menutup pintu lemari lalu menatap lekat wajah polos cantik Shena.
"Ada apa? bukannya tadi banyak? itu yang tadi warna merah, hitam, ungu, merah muda apa?" tanya Shena, ia ingat dan sudah terlanjur melihat.
.
.
.
Hem itu -- itu tuh baju untuk menaklukan BUAYA...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 157 Episodes
Comments
Ragil Saputri
TOM gk pake PEL 🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-11-02
1
Efrida
betul....sampah ya jodoh nya sm tong nya
2023-09-18
1
Efrida
enak aja anak lo dah bonyok
2023-09-18
1