Part 17

Dakota akui kalau dahulu pernah dan sempat tertarik dengan bosnya. Tapi, itu dulu, sebelum ia tahu kalau keluarga Dominique itu memiliki sifat pemaksa dan pengancam. Tak ada letak sisi baiknya.

Oh ... ralat, masih ada. Loyal.

Tapi, itu tidak membuatnya menjadi tergila-gila.

Sekarang? Justru rasa ingin menghindar. Tak terbayangkan jika harus hidup dengan manusia pemaksa dan pengancam begitu. Pasti maunya menang terus.

Lihat saja. Berkali-kali diusir, tapi tetap tak menurut. Dakota hanya minta Brennus membiarkannya makan siang sendiri dengan tenang. Eh ... pria itu malah duduk di hadapannya.

Sepertinya menyingkirkan pria itu agar menjauh tidaklah semudah menjentikkan jari. Padahal ia tidak salah apa pun dengan Brennus. Kini seperti dikejar-kejar debt collector saja.

Jika sekadar mengusir menggunakan suara tidak mempan, maka Dakota akan mencoba melewati jalur lain. Membuat ilfeel.

“Pesanlah, kau mau makan apa?” Brennus mendorong sebuah menu ke hadapan Dakota.

Wanita itu menyeringai tipis. Kesempatan bagus. Saatnya dia menunjukkan betapa rakus dirinya.

“Aku mau ini, ini, ini—” Banyak sekali menu yang ditunjuk oleh jemari lentik itu. Mungkin sekitar sepuluh hidangan pun ada.

Dakota lalu melirik Brennus, melihat bagaimana reaksi pria itu. Menunggu kesan menghujat atau setidaknya wajah jijik. Namun, belum ada guratan seperti itu. Membuatnya berdecak dalam hati.

“Aku steak saja, medium well. Jangan yang terlalu mentah sekali karena aku tak suka.” Brennus mengembalikan menu pada pelayan. “Daging mentah yang ku suka hanya Dakota,” imbuhnya. Masih sempat saja ia berkelakar.

Maksud hati ingin membuat wanita itu tersipu oleh godaan-godaannya. Tapi, yang didapat justru cebikan bibir malas.

“Cemberut terus, kau itu seharusnya senang ditemani makan oleh pria tampan sepertiku.” Brennus menoel dagu, mengarahkan Dakota supaya tidak melengos terus.

Oke, Dakota melupakan satu hal lagi tentang keluarga Dominique. Narsisnya minta ampun ... tingkat kepercayaan diri setinggi langit hingga menembus ke angkasa dan sepertinya sampai menabrak rasi-rasi bintang atau bahkan planet lain.

“Aku lebih suka makan sendiri.” Dakota menepis tangan pria itu.

“Kalau aku sukanya denganmu.” Brennus ini jelas sekali keturunan Dominique sejati. Maju terus pantang mundur. Dagu tak boleh disentuh, maka sekarang hidung mancung Dakota yang ia cubit sedikit.

Tarik napas dalam-dalam, hembuskan perlahan. Dakota berusaha menguatkan dirinya karena lebah itu tidak mau pergi juga. Sesusah itu memang menyingkirkan penyengat.

Sembari menunggu makanan datang, Dakota lebih banyak diam. Brennus dominan berbicara di sana. Padahal jelas-jelas dicueki, tapi tetap gas terus.

Akhirnya satu persatu pesanan pun tersaji di meja juga. Penuh sekali karena Dakota yang banyak memesan di sana.

“Habis?” tanya Brennus memastikan.

“Oh ... jelas. Aku ‘kan rakus.” Sebenarnya tidak, porsi makan Dakota sedikit. Tapi, berhubung mau membuat ilfeel, paksakan saja makan banyak.

“Baguslah, habiskan tanpa sisa.” Brennus mulai memotong steak pesanannya.

Sementara Dakota tidak melihat raut risih sedikit pun. Membuatnya harus berpikir cara yang lebih lagi.

Nampaknya rakus tidak mempan. Ia pun makan menggunakan tangan saja, padahal jelas-jelas di sana ada sendok, garpu, dan pisau.

Risih-risih kau, Brennus. Memangnya siapa yang suka dengan wanita rakus ditambah tidak memiliki etika saat makan? Tidak ada, hanya orang gila saja yang mau. Dakota tersenyum miring tipis setelah bergumam dalam hati.

“Memangnya enak makan pakai tangan? Kau juga belum mencuci tanganmu, kan? Kalau ada kuman dan bakteri terbawa masuk ke dalam, bagaimana?” Brennus menaikkan sebelah alis.

“Oh, baguslah, anggap saja tambah gizi,” kelakar Dakota. Menjawab Brennus itu selalu dengan hal-hal yang asal ceplos tanpa dipikir.

“Begitu, ya? Ku coba juga.” Brennus meletakkan garpu dan pisau. Dia memegang daging sapi panggang itu menggunakan tangan, dan langsung menggigit.

Dakota sampai dibuat melongo. Pria itu kenapa jadi ikut-ikutan, bukannya ilfeel dengan kelakuannya.

“Kau tidak risih?” tanya Dakota.

“Tidak.” Brennus tersenyum, lalu menyentakkan kedua alis. Kau pikir aku tidak bisa membaca gerak gerikmu? Mau membuatku ilfeel, kan? Tidak semudah itu.

Terpopuler

Comments

Neno Arya

Neno Arya

apapon yg di lakukan Dakota tuk hindari brenus pastinya ..bre be mmembacanya..jd hrs gmn dong Dakota agar Kao bs Lepas dr bre../Smile//Smile/

2024-04-29

0

istrinya Dori sakurada EXO-l

istrinya Dori sakurada EXO-l

tor kamu jenius bgt sih.bisa kepikiran bikin karakter lucu kek gini 🤣🤣🤣

2024-02-26

0

Fatma Kodja

Fatma Kodja

akhirnya Dakota terjebak dengan ulahnya sendiri, pengin buat Stefanus ilfil nyatanya sudah terbaca duluan oleh Stefanus 🤣🤣

2023-12-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!