Perkara video, membuat Dakota harus mengecek satu persatu pesan yang masuk dan belum terbaca. Entah ke mana pula ia mengirim rekaman tidak senonoh itu.
Berharap semoga saja hanya halusinasi, ingatan palsu saat mabuk. Semoga juga ia tak benar-benar merekam dan mengirim pada seseorang. Bisa runyam urusan dan predikat sekretaris dengan hidup baik-baik. Iya kalau yang menerima adalah orang terpercaya dan tidak mungkin menyebar luaskan. Jika sebaliknya? Bisa-bisa ia dimanfaatkan.
Sumpah demi apa pun, Dakota nyaris gila memikirkan itu. Tiba di pesan masuk urutan ke sepuluh, tubuhnya seketika lemas saat melihat semalam ia mengirimkan sebuah video ke nomor tersebut.
Belum melihat rekamannya, tapi saat membaca nama yang tertera di sana, Dakota langsung ingin menangis, tapi tak ada air mata yang bisa dikeluarkan.
“Argh ... kenapa harus ke dia?” Memukul kepala sendiri, merutuki kebodohan. “Habis sudah gajiku, pasti dia akan memoroti dan menggunakan itu sebagai ancaman.”
Dakota mengirimkan video tak senonoh itu pada seorang pria yang pernah dekat dengannya. Hanya saja ia tidak suka karena bukannya mendapatkan pria kaya yang loyal, tapi justru dirinya yang sering mengeluarkan uang. Jadilah tak dilanjutkan pendekatannya. Namun, orang itu masih sering menghubungi, ia sering abaikan. Sepertinya semalam mengirimkan pesan padanya, jadi naik ke atas dan tak sadar terkirim ke sana.
Dakota sampai menyandarkan punggung karena terlalu pusing memikirkan rekaman itu. Belum diputar, dari luar saja sudah terlihat wajahnya yang kacau. Ia tidak kuat untuk menyaksikan adegan tak senonoh diri sendiri.
Dakota hendak menghapus video itu, tapi sayangnya sudah terlambat, pasti orang itu telah menyimpan. Buktinya pesan yang dikirimkan sangat mengesalkan. ‘Kirim uang atau aku sebar videonya?’
Lihat, kan? Betapa benalunya pria itu. Wajar saja kalau Dakota memilih meninggalkan.
“Oke, Dakota. Mari berpikir, mencari cara supaya dia menghapus video itu dan tak akan disebarkan pada siapa pun.” Perkara mabuk, runyam semua urusan hidupnya. Alkohol merusak segalanya.
Memilih untuk menyelesaikan dengan menghubungi secara langsung. Dakota menelepon pria bernama Edmud.
“Hi, Honey, akhirnya kau mau menghubungiku juga. Ternyata ganas juga, ya ... boleh sesekali ku puaskan? Tapi dibayar, ya? Milikku pasti tak kalah nikmat.”
Dakota mengepalkan tangan, mencengkeram ponsel juga saat mendengar suara sialan. Wanita sekali terkena skandal berbau peranjangan dan hal-hal negatif, pasti langsung dicap murahan. Padahal dia tidak mungkin melakukan hal gila seandainya dalam kondisi normal dan bisa berpikir rasional.
“Hapus video itu! Aku tahu kau pasti sudah menyimpannya, kan?” Dibanding menanggapi ajakan tak mermoral, lebih baik Dakota minta pada intinya saja. Malas juga basa-basi.
“Jual mahal. Kalau dengan CEO langsung beri harga murah, ya? Atau justru diberi secara cuma-cuma? Buktinya kau membuka lebar paha dengan sendirinya tanpa perlu dipaksa.”
“Aku tak ada waktu untuk meladenimu. Sekarang katakan, mau berapa?” Sudahlah, Dakota tahu kalau ujung-ujungnya pasti uang.
“Nah ... aku suka mendengar tawaran itu. Lima puluh ribu euro sepertinya cukup, atau seratus ribu, ya? Hm ... sepertinya di sini ada nama baik CEO dari keluarga terpandang juga yang harus dijaga.”
“Sial! Kau memerasku!” umpat Dakota. Kenapa juga dia pernah dekat dengan pria seperti itu. Menyusahkan saja. “Ok, tapi aku mau kau menghapus di depan mataku, bahkan salinannya juga.”
“Seratus ribu euro, maka ku hapus dan tidak mungkin ku salin.”
“Ok, kita ketemu sekarang!”
“Uh ... tidak sabar mau bertemu denganku, ya? Rindu sekali?”
Rasanya ingin Dakota tonjok wajah Edmud. Tapi, daripada membuang waktu, lebih baik beri tahu lokasi ketemuannya saja. “Ravintola Vinkkeli, kita bertemu di sana.” Lalu panggilan pun ia putus sepihak.
“Sial! Gaji dua minggu ludes untuk membungkam orang.” Dakota melempar ponsel ke atas meja.
Sebelum pergi menemui Edmud, menetralkan dahulu rasa kesalnya. Menarik dan menghembuskan napas agar lebih relax.
“CEO? Pantas saja memberiku parfum mahal. Siapa pria beruntung yang mendapatkan virginku?” gumam Dakota.
Dia memang tak mengharapkan tanggung jawab. Terkesan santai walau sudah kehilangan sesuatu yang telah dijaga selama dua puluh enam tahun. Memang mau bagaimana? Dakota yang salah karena mabuk.
Namun, rasa penasaran mencuat. Dia hanya ingin tahu orangnya. Dakota meraih ponselnya lagi, lalu membuka galeri. Tidak memutar dari awal, terlalu lama. Langsung digeser pada menit-menit yang memperlihatkan wajah pria itu secara jelas.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Neno Arya
di poroti Kay Dakota..maka nya jgn ceroboh..Kay akan kaget siapa laki2 yg kau paksa untuk bercinta dgnmu
2024-04-28
0
Deasy Dahlan
Lnjuutt
2023-12-28
0
Puji Rahayu
kek pernh denger nm ravintola dehh...
lupa@2 igt...😄😄😄
2023-12-20
2