Tak ada lagi Brennus yang berusaha melawan gejolak hasrat. Dia meladeni Dakota juga pada akhirnya. Tidak tahan rasanya dibuat meremang dan pusing kepala atas bawah. Toh wanita itu yang menyodorkan diri padanya. Jadi, lahap saja meski sempat kesulitan menerjang titik utama.
Brennus sempat mau berhenti saat tahu kalau Dakota masih tersegel rapat. Tapi, sayangnya bisikan setan lebih dominan. Ia memasuki kenikmatan dalam kesempitan. Pertama kali melihat seseorang kesakitan saat selaput tipis terobek oleh cacingnya yang kini mendapatkan julukan ular piton.
Awalnya Brennus frustasi karena ia paling anti menyetubuhi wanita suci. Mau bagaimana lagi? Berhenti di tengah jalan juga tanggung. Sudah sampai ke ubun-ubun gairahnya. Dakota juga ditanya pun katanya tidak akan menyesal. Sudahlah, lagi pula kalau memang harus tanggung jawab, akan dia lakukan.
Jepitan dari area yang sempit itu sangat memanjakan Brennus. Meski awalnya Dakota lebih banyak menggoda, tapi dalam permainan justru dirinya yang memimpin karena wanita itu sepertinya belum pernah sedikit pun.
Tak ada satu pakaian yang membungkus tubuh mereka. Seluruh kain berserakan di lantai. Terlalu menikmati dan mendalami suasana, sprei sampai berantakan bagai kamar yang baru saja dijajah oleh maling.
Suara dalam ruangan penuh oleh erotisme. Bibir mereka mengeluarkan bunyi yang menunjukkan betapa hebat permainan.
Saking terbuai dengan rasa kebas tapi nikmat, Brennus membiarkan cairannya keluar begitu saja di dalam. Sengaja, karena baru kali ini ia merasakan yang masih ranum belum tersentuh oleh siapa pun. Sayang juga kalau dilewatkan.
Ponsel Dakota sejak tadi masih merekam. Brennus tak menyadari itu.
Selesai mencapai titik puncak bersama, Brennus pun menggulingkan tubuh ke samping Dakota. Ia mengecup punggung yang mulus penuh peluh. “Terima kasih, kau memberiku sesuatu yang sangat berharga. Jangan khawatir, aku tak akan lari jika memang kau ingin pertanggungjawaban.”
Brennus lalu memejamkan mata karena sekujur tubuh masih lemas. Memeluk wanita tanpa busana hingga begitu cepat ia terbang ke alam yang berbeda.
Sedangkan Dakota, dia belum terlelap. Menyingkirkan tangan kekar agar tak merengkuh pinggul lagi. Turun dari ranjang, berjalan mendekati ponsel untuk mematikan rekaman.
“Bella, aku punya hadiah ulang tahun untukmu.” Dengan kesadaran setipis tisu, dia mengirimkan video pada Bella. Membaca tulisan kecil juga kabur, jadi entah benar terkirim ke kontak temannya atau tidak.
Dakota masih sempoyongan, lemas bercampur mengantuk. Dia kembali ke ranjang, lalu tidur di sana tanpa balutan selimut. Hangat dari tubuh polos yang merengkuhnya cukup menenangkan dan berhasil membuatnya terlelap.
...........
Kepala terasa sangat pusing, berat bagaikan ditimpa batu besar. Ada rasa perih juga di pangkal paha. Dakota mulai berdesis ketika terbangun dari tidurnya.
“Apa yang ku lakukan semalam? Sampai badan terasa remuk begini.” Dakota mengerjapkan mata, tidak ada siapa-siapa di dalam kamarnya.
Kening berkerut karena cahaya dari jendela menyilaukan mata. Dakota menyibakkan selimut saat teringat kalau hari ini masih harus berangkat kerja.
“Ke mana pakaianku?” gumam Dakota. Dia tidak mengingat apa pun. Seolah hilang ingatan tentang apa yang terjadi semalam.
Jam di kamar telah berbunyi terus, pertanda harus buru-buru bersiap ke kantor. Dakota memilih tak mengingat kejadian semalam. Ia berjalan ke arah kamar mandi, tapi rasanya perih dan tak nyaman saat melangkah.
“Entah apa yang terjadi saat aku mabuk. Tapi, sepertinya firasat mengatakan itu adalah sesuatu yang buruk,” gumam Dakota.
Rasanya ingin berendam air hangat agar tubuh sedikit relax. Sayangnya budak corporate seperti dirinya mana bisa bersantai lama. Jadilah hanya menggunakan shower.
Keluar dengan handuk melilit tubuh dan ada juga di kepala, mata kini mulai bisa melihat lebih jelas. Saat hendak mencari pakaian ganti, pandangan justru tertuju pada sebuah kertas dan botol kecil di atas meja rias.
Penasaran, Dakota memilih untuk melihat apa itu. Duduk dan meraih kertas dengan tulisan rapi hingga mudah dibaca. “Dakota, maaf, aku pergi dulu. Tidak bermaksud meninggalkanmu setelah mengambil virginity yang kau jaga selama ini. Aku bukan pria brengsek yang tak tahu terima kasih. Tapi, ada pekerjaan penting dan tidak bisa ditunda. Ku harap kau tidak marah atau tersinggung karena saat bangun sudah tak ada pria yang mengambil kesucianmu. Oh ini obat pengar, tadi ku beli sebelum pergi, diminum agar meredakan mabukmu.”
Dakota melongo. “Jadi, semalam aku ... bercinta dengan seseorang? Siapa?” Ia pukul kepala sendiri. “Sial! Kenapa tak ingat. Di sini juga tak tertera namanya.”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Neno Arya
breenus Dakota yg bercinta dgn mu...masak klo mabuk gk I ng at2 APA2 si
2024-04-28
0
Meriana Erna
duaaaaar🤣🤣🤣🤣
2023-12-30
0
Meriana Erna
oh astaga🤣🤣🤣🤦🏼♀️🤦🏼♀️🤦🏼♀️🤦🏼♀️
2023-12-30
0