"Benarkah? apa kamu tau aku begitu berterima kasih untuk hari ini." ucap Alza.
"Berterima kasih untuk apa Bang?" tanya Tiara bingung.
"Berterima kasih untuk semua yang telah terjadi hari ini, aku seperti dikasih kesampatan kedua sama Tuhan." jelas Alza.
"Kesempatan kedua, maksudnya bagaimana?" tanya Tiara semakin bingung.
"Kesempatan dimana aku bisa merasakan , di belahan bumi yang berbeda. Sebelumnya aku gak pernah merasakan hal seperti ini. Pagi hari dibangunkan kukuruyukkan ayam, menikmati pemandangan alam yang sangat alami, menghirup udara yang begitu segar. Kamu tahu Tiara aku memang masih bingung kenapa bisa ada ditempat ini? tapi jujur aku sangat berterima kasih sama Tuhan atas kesempatan ini. Terlebih lagi dipertemukan dengan keluarga sebaik kalian." jelas Alza.
"Ah Bang Alza bisa saja, bukankah kita diajarkan untuk selalu berbuat baik." ucap Tiara.
Mereka terus mengobrol sambil bekerja , sehingga tidak terasa cabai sudah selesai dipetik.
Hasil petikan cabai dimasukin dalam karung yang dibagi dua agar satunya bisa dibawa Pak Danu dan satunya lagi dibawa Alza, sedangkan Tiara sendiri entah apa itu yang dibawanya.
Begitu sampai dirumah hasil cabai langsung dipilah-pilih Tiara. Daun yang ngikut cabai dan yang busuk langsung dipisah. Alza ikut membantu apa yang dikerjakan Tiara, rasa keingintahuannya begitu besar. Alza menatap Tiara begitu dalam yang lagi fokus dengan kerjaannya.
Dia begitu rajin dan mandiri, tak pernah sekalipun aku melihatnya mengeluh. Dari bangun tidur tidak ada hentinya dia bekerja, apakah dia sudah memiliki pacar? apakah aku memiliki kesempatan untuk memilikinya? batin Alza.
Alza sepertinya mulai terpesona sama Tiara, yang seharian ini selalu bersamanya.
"Bang Alza, Bang!" panggil Tiara.
"Eh apa?" tanya Alza.
"Asik banget kayayaknya ngelamunnya, itu cabainya sudah?" tanya Tiara.
" sudah, he he ...." ucap Alza sedikit malu ketahuan ngelamun.
Semua cabai dimasukan dalam satu pelastik besar, biar gak kena potongan timbangan, lumayan kan uang satu kg cabai.
"Akan dijual dimana cabainya? apa kamu akan ke pasar? ini sudah mau sore." tanya Alza.
"Dijual di pasar Bang, tapi aku gak akan ke pasar. Cabainya aku titip saja sama mamanya Ari, dia juga ada barang dagangan jadi sekalian aja. Cabainya gak banyak ini, bisa rugi bandar nanti kalo aku ikut ke pasar, berat diongkos." jelas Tiara.
"Bisa begitu ya? apa dia gak akan keberatan?" tanya Alza merasa salut dengan orang-orang di kampung ini.
"Enggak udah biasa, sabentar ya aku pinjamkan gerobak sorong dulu." ucap
Tiara.
Tiara pergi ke rumah bibinya yang sebelah rumahnya untuk meminjam grobak sorong. Begitu kembali, Alza sedikit bingung untuk apa gerobak sorong itu?.
"Bang bantuin ngangkat!" pinta Tiara.
Setelahnya Tiara pamit dan langsung pergi membawa gerobak sorong beserta cabainya.
Alza menatap Tiara sampai tak terlihat lagi oleh pandangan matanya , dia begitu takjub melihat Tiara.
Bahkan dia kuat menjalankan grobak sorong itu, padahal badannya terbilang kecil. batin Alza sembari mengeleng-gelengkan kepalanya. Dia semakin kagum akan sosok Tiara.
Aku harus segera meminta izin sama Pak Danu agar diizinkan untuk menginap beberapa hari disini. Aku ingin memenangkan hatinya Tiara dan aku akan membawa mereka semua ke Jakarta, agar bisa mendapatkan kehidupan yang lebih layak. Kasian Tiara hidupnya begitu berat. batin Alza.
Sepulang menghantar cabainya Tiara langsung ke kebun belakang rumah. Tiara ingin mengambil beberapa sayurannya untuk dimasak. Karena hari belum terlalu sore jadi bisa sekalian membersihkan rumput yang tumbuh.
"Loh ... Bang Alza ngapain disini gak ikut Bapak ke warung kopi?" tanya Tiara begitu melihat Alza duduk sendirian di kursi kebun belakang.
Kebiasaan salah satu para laki-laki di kampung, suka nongkrong di warung kopi sepulang dari ladang.
"Enggak aku lebih suka disini Tiara, kamu mau ngapain lagi?" tanya Alza begitu melihat Tiara mencabut rumput sekitar tanaman sayurnya.
"Ini mau mengambil sayur bang untuk dimasak, sekalian mencabut rumput liarnya." jelas Tiara.
Alza langsung bangkit dari duduknya ikut membantu Tiara
"Aku bantu ya," ucap Alza langsung ikut mencabut rumputnya. "Sayurannya banyak jenisnya ya, ini sayur apa namanya?" Tanya alza menujuk sayur di depannya.
"Itu sawi pahit, itu sawi manis, itu bayam, itu terong, itu buncis, itu sawi putih, itu kacang kapri, yang dipinggiran buat pagar, itu labu. Sebelah sana itu bagian bumbu dapur, kalau yang menjalar ke pohon itu timun. Kenapa yang ditanam jenisnya banyak tapi cuma sedikit-sedikit? supaya bisa masak sayurnya berbeda-beda setiap hari agar kami sekeluarga sehat selalu." jelas Tiara.
Alza melongo mendengar penjelasan Tiara, tapi kenapa dia semakin terpesona pada gadis didepannya ini.
Ternyata dia juga begitu memperhatikan kebutuhan keluarganya. batin Alza saat melihat Tiara yang sedang menggunting kacang kapri.
Semua keluarga Tiara sudah berkumpul.
Tiara sibuk menyiapkan makan malam. Ridho mencuci piring. Riski menyiapkan kayu bakar untuk masak, karena disini memasak masih menggunakan kayu bakar.
Sementara Alza yang lagi ngobrol dengan Pak Danu sambil memberi makan ayam. Terlihat wajah Alza begitu berseri karena diijinkan sementara tinggal disini.
Alza sangat tahu keluarganya pasti mengkhawatirkannya dan perusahaannya juga sangat membutuhkannya. Masalah perusahaan dia yakin omnya pasti bisa menghendel semuanya. Anggap saja Alza lagi cuti panjang itulah
yang dipikirkannya.
Selama ini Alza gak pernah berhenti bekerja. Bahkan dari SD dia sudah di didik keras untuk belajar dan belajar. Sedihnya lagi papanya meninggal saat dia masih SMP karena serangan jantung.
Mulai dari saat itulah dunia Alza hanya untuk belajar dan belajar, karena dialah yang diamanatkan papanya untuk menggantikannya meminpin perusahaannya.
Awalnya Alza sempat protes kenapa bukan kakaknya Axel, dia kan anak tertua di keluarga Wijaya. namun papanya hanya senyum menanggapinya saat itu. Terlebih lagi Axel adalah penyuka kebebasan dia gak begitu tertarik dengan perusahaan.
Karena Alza adalah anak yang berbakti pada orang tuanya dan rasa tanggung jawab yang besar dalam dirinya. Dia akhirnya menyanggupi amanat ayahnya.
Banyak belajar ini dan itu menyita semua waktu Alza. Dia bahkan gak pernah menikmati masa remajanya. Banyaknya hal yang harus dipelajari tentang perusahaan membuatnya gak punya waktu untuk tahu dunia luar.
Alza tidak mau ayahnya kecewa karena tidak bisa menjalankan amanatnya. Dan karena hal itu jugalah yang membuatnya tidak pernah punya waktu untuk memikirkan tentang cinta.
Banyak wanita yang menawarkan cinta untuknya tapi tak pernah ada satu pun yang bisa menarik perhatiannya. Siapa yang tidak mau sama presdir perusahaan besar. Bisnis hotel ,perumahan, perdagangan, properti miliknya sangat sukses.
Masalah rupa Tidak perlu diragukan lagi, gantengnya diatas rata-rata. Ingat kata Riski dan Ridho seperti sosok malaikat.
***
Setelah makan malam, mereka mengobrol. Di rumah ini tidak ada TV hanya ada bunyi radio yang ikut meramaikan suara mereka.
"Bang apa rencana Abang selama tinggal disini? apa abang mau mencari kerja dulu disini? Abang kan, harus ngumpulin uang, untuk ongkos ke Jakarta." Tanya Ridho iseng, disela-sela dia mengerjakan pekerjaan rumah sekolahnya.
"Rencana?" Alza terlihat seperti berpikir. Benar juga dia harus melakukan sesuatu hal disini, tapi mulai dari mana? apa yang akan dilakukannya? saat Alza berpikir mereka dikejutkan sama teriakan anak kecil.
"Kak Tiaraaa ... Bang Riski Ridhooo ...," teriak Ari seperti orang bernyanyi.
Dari suaranya saja mereka sudah tahu itu anak siapa.
"Kenapa Ri?" tanya Tiara saat melihat Ari sudah masuk aja tanpa susah-susah buka pintu. Pintu rumah ini selalu terbuka kalau orangnya di rumah, kecuali saat mau tidur baru ditutup.
"Ni ada surat cinta dari mamak kak." ucap Ari sambil memberi selembar kertas beserta uang .
"Makasih Ari, nih buat jajan." ucap Tiara sambil memberi uang 10.000 pada pada Ari.
"Makasih juga kakak Tiara cantik, aku langsung pulang ya dah semuanyaaa..." pamit Ari.
Tiara langsung membuka catatan kertasnya, itu adalah uang hasil penjualan cabai tadi. Ternyata uangnya ada 400.000. Tiara mengambil selembar 50.000 dan memberinya pada Pak Danu, lalu selembar 50.000 lagi dan memberinya pada Alza.
" Loh kenapa uangnya dikasih ke aku?" Tanya Alza terkejut sekaligus bingung.
"Itu upah Abang memetik cabai tadi," jelas Tiara.
"Hah ... memetik cabe!" Alza seakan baru teringat yang dikerjakannya tadi di ladang. "Tidak perlu Tiara, simpan saja uangnya kamu pasti jauh lebih membutuhkannya." ucap Alza langsung menolak pemberian Tiara.
Bahkan uangnya cuma segitu, gimana caranya dia mengatur uang itu? untuk keperluan sehari-hari dan juga untuk ongkos Riski, Ridho ke sekolah. batin Alza begitu iba melihat Tiara dan keluarganya.
Alza semakin mantap hatinya untuk tinggal sementara disini. Dia harus berbuat sesuatu untuk membantu keluarga Tiara. Alza harus membalas semua kebaikan keluarga Tiara terlebih lagi nyawanya yang sudah diselamatkan keluarga ini. Kalau bukan karena mereka mungkin, dia hanya tinggal nama saja sekarang, pikir Alza.
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
IntanhayadiPutri
Aku mampir nih kak, udah 5 like dan 5 rate juga.. jangan lupa mampir ya ke ceritaku
TERJEBAK PERNIKAHAN SMA
makasih 🙏🙏
2020-12-03
0
NaEm_FN
like 5 mendarat untukmu kak...dari karya menikahi 3 pria hidung belang.💥🤗
2020-09-01
0
HANA
semangaaat
2020-08-29
1