Pagi ini semua keluarga Tiara kembali beraktivitas seperti biasa.
"Bang Alza mau ngapanin?" tanya Tiara terkejut saat melihat Alza menghampirinya di dapur sambil memegang pisau.
"Mau membantu kamu, yang mana yang perlu dipotong-potong?" tanya Alza semangat.
Alza sudah memikirkannya semalaman dan dia sudah tahu apa yang harus dilakukannya hari ini.
"Tidak usah Bang, aku bisa sendiri. Abang duduk saja disitu! atau kalau tidak bantuin Bapak tuh memberi makan ayam." ucap Tiara.
" Tapi aku lebih suka membantu cewek bau asap dari pada membantu bapak-bapak bau kotoran ayam." ucap Alza mulai bercanda. Alza sudah mulai berani iseng setelah tau karakter keluarga Tiara , mereka tarnyata suka becanda. Apalagi Riski dan Ridho ada saja candaan mereka.
"Bang Alza ngatain aku bau asep, terus Bapak bau kotoran ayam gitu sembarangann..." jutek Tiara.
"100 buat kamu, kita harus berbicara sesuai fakta Tiara, kalau bohong kan dosa." Alza menggoda Tiara.
"Terserah Abang lah, sebahagiamu saja."jawap Tiara pura-pura kesal.
"Jadi aku harus bantuin apa ini?" tanya Alza.
"Tuh jagain apinya saja biar tidak mati!" suruh Tiara yang lagi sibuk ngulek cabe.
"Ok siap laksanakan." ucap Alza langsung pindah ke depan perapian tempat memasak.
"Uhuk uhuk uhuk uhuk ...."
Suara batuk Alza semakin parah saat tidak kuat manahan asap dari perapian yang mati karena ulah Alza, asapnya banyak sekali. Bagaimana apinya tidak mati ranting kayu yang dimasukkan ke perapian terlalu banyak. Kalo rantingnya banyak, apinya akan membesar dan masakkannya akan cepat matang bagitulah yang dipikiran Alza.
"Hhuk ... uhukk ...."
Tiara juga ikuttan tebatuk-batuk dan langsung ke perapian, Tiara minta Alza pindah.
"Bang Alza bagaimana sih? kalau tidak mengerti caranya nanya dong bang, kalau begini kan masakannya bisa bau asep nanti." ucap Tiara jadi tambah repot karena ulah Alza. Mau marah Alzanya mukanya melas begitu gak tega kan Tiara jadinya.
"Maaf," ucap Alza tidak enak sama Tiara karena ulahnya Tiara jadi tambah repot.
"Tidak apa-apa, sini aku ajarin!" ucap Tiara. "Nih yang ranting kayunya agak besar 1 saja terus yang kecil 4 atau 5, ditumpuknya diberi rongga sedikit untuk api. Terus ranting yang sudah habis terbakar dimasukin satu-satu Ok. Semangat ... Bang Alza pasti bisa." jelas Tiara.
"Ok ,"ucap Alza . Alza melakukan seperti yang diajarkan Tiara. Gampang ternyata , tapi tunggu dulu kenapa ini panas sekali batin Alza . Tidak semudah itu Ferguso. Keringatnya sampai bercucuran kemana-mana.
Tiara yang melihat Alza kegerahan, menahan tawa. Sebegitu tidak mengertinya kah dia? Tiara jadi teringat saat panen cabe kemarin, saat Tiara mengajarinya dan gerakan tangannya yang luar biasa kaku.
"Bang Alzanya agak munduran sedikit, jangan terlalu dekat ke apinya, nanti gosong." suruh Tiara.
" Oh iya...ya, he he."ucap Alza sedikit malu, merasa dirinya sangat bodoh setiap kali bersama Tiara. Bagaimana tidak merasa bodoh seumur hidupnya belum pernah melakukannya. Biasanya masuk dapur hanya jika mau minum itu pun jarang sekali.
"Tiara." panggil Alza.
"Iya, ada apa?" jawab Tiara.
"Aku bisa minta tolong?" tanya Alza.
"Minta tolong apa?" tanya Tiara.
"Menemani aku menjual jam ini?" tanya Alza. Alza sudah berpikir keras semalaman. Awalnya ingin menelpon omnya terlebih dahulu untuk minta teransferan uang , tetapi HP tidak ada disini. Keluarga Tiara tidak ada yang memiliki HP dan tidak sengaja matanya melihat jam dipergelangan tangannya, jam yang di belinya saat perjalanan bisnis keluar negeri. Jam seharga 150 jutaan itu masih begitu mulus karena baru beberapa kali dipakai . Alza yakin pasti laku jika dijual.
"Jual jam?" Tiara langsung melihat jam dipergelangan tangan Alza. "kenapa harus dijual?" tanya Tiara.
"Ya karena aku butuh uang Tiara dan hanya dengan menjual jam ini aku bisa mendapatkan uang." jelas Alza
"Kalau Abang butuh uang, Abang bisa pinjam pada aku, aku ada pegangan uang 500 ribuan nih, memangnya Abang butuh berapa?" tanya Tiara
Alza jadi bingung, Uang 500.000 cukup untuk apa?aku kan ingin membeli baju, tidak mungkin kan aku memakai baju bapaknya Tiara terus menerus. batin Alza.
"Tidak usah Tiara, aku tidak mungkin meminjam uang kamu, kebutuhan kamu saja banyak banget. Mulai dari keperluan dapur sampai ongkos sekolah Riski dan Ridho, bantu jual jam ini saja yaa..." pinta Alza.
Melihat muka penuh harap Alza Tiara langsung luluh.
"Ok lah," ucap Tiara.
***
Tiara dan Alza sudah bersiap ke pasar untuk menjual jam. Penampilan Tiara sangat simple, rambutnya dicepol begitu saja, pakai baju kaos dan celan jeans serta sepatu flat shoesnya. Tidak dandan, hanya pakai bedak dan lipgloss saja. Sementara Alza terlihat keren karena memakai baju kemaren saat dia ditemukan. Setelan baju kemeja dan celana bahan yang terlihat mahal bagi yang mengerti harga dan kualitas, tapi terlihat sangat tidak serasi dengan sandal jepitnya.
Setelah pamit pada Pak Danu mereka langsung jalan. Saat jalan Tiara selalu curi-curi pandang pada Alza.
"Jangan dilihatin terus nanti naksir!" goda Alza saat mendapati Tiara yang lagi memandangnya. Alza sandiri sebenarnya juga semakin terpesona sama Tiara. Walaupun penampilan terlihat biasa tapi auranya tidak bisa bohong dimata Alza. Badannya terbilang bagus dengan tinggi badan 169 cm. Berat badan yang ideal padahal tidak pernah olahraga, tapi karena kerja keras sepanjang hari mungkin membantu pembentukkan badannya. Sedikit lagi tingginya sudah seperti badan para model diluar negeri sana.
Padahal tidak dandan dan penampilannya juga sangat sederhana, tapi kenapa wanita ini semakin menggemaskan. batin Alza.
"Bukan naksir Bang tapi rasanya aku kayak kurang pantes jalan sebelah Abang , jangan-jangan Abang ini orang kaya ya di Jakarta sana?" tanya Tiara.
"Tahu dari mana kamu?" tanya Alza.
"Ya dilihat dari badan Abang yang bagus, trus kulitnya juga bersih, sama ini pakaiannya terlihat pas gitu , walau cuma pake sendal jepit, kalau boleh tahu kerja apa Abang di Jakarta?" tanya Tiara.
"Aku kerjanya hanya baca laporan terus tanda tangan." jawab Alza yang tidak mau menceritakan tentang dirinya yang sebenarnya. "Eh kita jalan terus ini, dari tadi belum ada angkot juga?" tanya Alza.
"Kalau masih jam 9 begini memang tidak ada angkot langsung dari kampung kami Bang, kecuali jam 6 pagi bareng anak sekolah atau nanti nunggu siang bareng pulang anak sekolah." Jelas Tiara.
"Terus kita harus jalan sampai pasar gitu?" Alza syok.
"Enggak kita jalan sekitar 700 meteran ke persimpangan jalan di depan sana, nanti akan ada angkot dari kampung lain." jelas Tiara.
"Kenapa begitu?" tanya Alza . Dia baru menyadari kenapa hidup di kampung susah sekali, apa ini yang menyebabkan kebanyakan dari mereka pergi merantau, pantas saja. pikir Alza.
"Ya kalo ada angkot juga penumpangnya bakal jarang Bang, kan mayoritas penduduknya kerja di ladang , da...." saat mau menjelaskan Tiara mendengar ada yang memanggil namanya.
"Tiara ... Tiara ...,"
Begitu mendengar nanya dipanggil, Tiara langsung menoleh dan Tiara mengenal orang itu.
"Eh bibik, mau kemana?" tanya tiara tanpa basa basi begitu melihat yang mamanggilnya ternyata saudaranya yang tinggal satu kampung dengannya.
"Mau ke pasar, kamu?" tanya bibi itu.
"Ke pasar juga, numpang ya bik?" tanya tiara.
"Naiklah!" ucap bibik menyuruh Tiara naik ke mobilnya.
"Ayo Bang naik!" ajak Tiara pada Alza, Tiara sudah naik mobil bagian belakang.
"Naik mobil ini?" tanya Alza memastikan . Alza semakin bingung, banyak sekali kejadian yang dialaminya sekarang ini, tak pernah sekalipun terlintas dalam benaknya.
bersambung ....
Selalu setia menanti, vote, like dan komen kalian teman-teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Elis
Suka ceritanya🤗🤗
2020-11-04
0
San Si
lnjut
2020-09-21
0
HANA
syukaaaa ceritanya
2020-08-29
1