Pagi hari tiba, ayam-ayam di kebun belakang sudah pada sahut-sahutan dari tadi.
"Kukuruyukkkkkk ... kukuruyukkkk ...."
Para ayam berlomba menunjukkan suara jantannya.
Tiara lagi sibuk memasak untuk sarapan dan bekal untuk Riski dan Ridho. Riski dan Ridho memang selalu membawa bekal ke sekolah. Sementara uang yang diberi Tiara masing-masing cuma 15.000 sehari dan itu cuma cukup untuk ongkos. Jarak dari rumah mereka ke sekolah sangatlah jauh, harus 2 kali nyambung angkot.
Mereka sekolah di sekolah Negeri, yang uang sekolah pun mereka gratis dan untuk membayar yang lainnya di sekolah, juga dapat bantuan dari pemerintah dan sekolah. Riski dan Ridho sangat bersyukur walau mereka laki-laki dan selalu bawa bekal ke sekolah mereka tidak pernah dibully, bahkan selalu suka ada teman-temannya yang ikut-ikutan membawa bekal dan mereka akan makan bersama.
***
Riski dan Ridho sudah berangkat ke sekolah. Pak Danu sibuk memberi makan ayam-ayamnya sementara Alza lagi duduk santai didekat kandang ayam sambil memperhatikan sekelilingnya. Kebun belakang rumah Tiara lumayan luas ada banyak sayur-sayuran yang ditanam. Ada kursi meja tempat mereka bersantai , bahkan ada ayunan yang diikatkan pada pohon. Sedangkan Tiara lagi mencuci baju bekas mereka semalam.
Sambil menghirup udara segar di pagi hari, Alza berusaha mengingat kembali, kenapa bisa dia ada disini. Ini seperti mimpi bahkan di mimpi pun gak pernah ada bayangan seperti ini. Hidupnya dikota begitu mewah sedangkan ini, apa ini? bahkan baju yang dipakainya saat ini pun, mungkin lebih bagus baju tukang kebun dirumahnya. Seingatnya dia lagi dikantor memeriksa laporan di perusahaannya. Tapi sekarang kenapa ada disini? Alza semakin bingung saja kalau memikirkannya dan kepalanya terasa sakit.
Aku harus menghubungi keluargaku di Jakarta. Mama pasti sangat khawatir aku gak pulang-pulang, aku yakin Om Indra dan Kak Axel pasti lagi sibuk ini mencariku. Tapi aku begitu penasaran, haruskah aku bertahan untuk sementara disini, untuk mencari tau apa yang sebenarnya terjadi? batin Alza.
***
Kediaman Wijaya.
Rumah yang begitu besar dan mewah.
"Ana, apa mama masih tidur?" tanya Axel yang baru pulang pagi hari entah dari mana dia.
Axel adalah kakak tiri Alza , mereka satu Ibu tapi beda Ayah. Andy Bram Wijaya adalah ayah kandung Alza. Dia merupakan pengusaha yang sangat sukses, banyak bisnisnya yang berhasil dan berkembang pesat. Dari usaha properti juga usaha perdagangan dan semenjak dipimpin Alza usahanya bahkan merambat ke usaha perhotelan dan juga perumahan. Dan hampir semua itu diwariskannya kepada anak kandungnya Alza Angga Wijaya.
Ana adalah salah satu pembantu dirumah ini.
"Belum Den, Nyonya besar masih di kamar, belum ada keluar dari tadi." jawab Ana.
Begitu mendengar jawaban ana , Axel langsung pergi tanpa pamit.
" Dasar Tuan muda Axel gak ada permisi-permisinya gitu, kayak jelangkung saja pergi malam pulang pagi. Beda banget sama Tuan muda Alza yang selalu ramah, mana ganteng lagi ... ohhh Tuan muda Alza dimanakah engkau berada? adinda kangen. Ehh apa yang aku lakukan? kerja ... kerja." Ana ngedumel sendiri.
Sementara itu Axel berdiri di pintu kamar utama rumah ini. Dia berusaha membuka pintu, ternyata tidak di kunci. Axel membuka sedikit pintu mengintip untuk memastikan tidak ada orang didalam.
Aman, batin Axel.
Axel masuk kedalam kamar. Axel mengeluarkan sesuatu dari dalam tasnya lalu membuka salah satu laci dan memasukkannya kedalam laci itu.
Bagus Axel ... rencanamu sungguh sempurna, kamar utama ini akan menjadi milikmu dan seharusnya ini memang milikmu. batin Axel.
Setelahnya Axel langsung buru-buru keluar dari kamar itu takut ada yang memergokinya dan langsung pergi menuju kamarnya.
Saat hendak membuka kamarnya Axel dikejutkan dengan suara di belakangnya.
"Axel kamu sudah pulang nak, apa kamu sudah ada mendapat kabar tentang adikmu?" tanya Mama Ike tidak sabaran.
"Belum Ma, beberapa kantor polisi yang Axel datangi belum ada yang memberi kabar tentang Alza. Semua kantor cabang juga sudah aku tanyakan tapi mereka belum ada yang bertemu dengan Alza. Mama tanya Om Indra, siapa tau dia ada mendapat kabar tentang Alza. Aku langsung istirahat yaa Ma! aku capek banget habis dari luar kota." jelas Axel.
"Baiklah," ucap mama Ike.
Begitu mamanya pergi Axel langsung masuk kamarnya dan menguncinya.
"Mencari apaan aku bahkan asik bersenang-sanang di club semalaman. Anak kesayangan mama itu bahkan sudah menyatu dengan tanah sekarang. Hahaha, sebentar lagi akulah yang berkuasa di rumah ini." gumam Axel pada dirinya sendiri.
Dia begitu bahagia saat ini. Kerja keras yang sudah direncanakannya dari jauh-jauh hari, berjalan dengan mulus dan sebentar lagi dia akan menikmati hasilnya.
Mama Ike berusaha menghubungi adiknya.
"Indra , apa kamu bisa kerumah?" tanya Mama Ike begitu sambungangan teleponnya terhubung
"Untuk saat ini, aku gak bisa Mbak, aku usahakan nanti malam. Saat ini begitu banyak laporan yang harus aku periksa, sebentar lagi akan ada miting. Aku harus menggantikan Alza untuk menghendel semuanya." ucap Om Indra.
Om indra adalah adik kandungnya mama Ike , dialah yang selama ini menjadi tangan kanannya Alza. Dia membantu semua pekerjaan Alza dan yang tau semua tentang Alza.
" Ya sudah, Mbak tunggu ya!" sedih Mama Ike dia begitu khawatir dengan keadaan Alza.
***
Alza sudah ada di ladang bersama Tiara dan juga Pak Danu. Hari ini jadwal pemetikan cabai. Alza memutuskan sementara waktu ingin ada ditempat ini. Alza berharap bisa mengingat bagaimana dia bisa ada disini ditempat yang sangat terasa asing baginya.
Tiara mengerjakan bagian baris cabainya begitupun dengan Pak Danu. Sementara Alza juga sepertinya tidak mau ketinggalan mengerjakan bagian cabainya.
Alza memperhatikan cara Tiara memetik cabai, Gampang ternyata tinggal dipilih yang merah-merahnya terus ditarik deh ... yaahh kok batangnya patah ? batin Alza.
Alza langsung menoleh ke Tiara takut diomelin. Niat Alza kan cuma mau membantu bukan mau merugikan Tiara. Ternyata Tiara juga sedang memperhatikannya, ketahuan kan cabai Tiara sudah dipatahin sama Alza.
"Maaf Tiara gak sengaja, niatku cuma mau narik cabainya tapi batangnya malah patah." jelas Alza merasa gak enak pada Tiara.
Melihat wajah memelas Alza, Tiara merasa kasian. Tiara tidak ada maksud mamarahinya hanya mau mengajarinya saja.
"Tidak apa-apa Bang Alza, biar aku ajarin. ini cara metiknya gampang saja. Cabai agak diangkat sedikit keatas trus ditarik deh," jelas Tiara sambil meperaktekkannya.
Alza mengikuti seperti yang diajarkan Tiara dangan gerakan tangan yang sangat kaku.
"Iya jadi lebih gampang ternyata, batangnya gak ikut ketarik." ucap Alza senang.
"Gampang kan? sekarang Bang Alza metiknya ditengah baris aku dan Bapak saja. Bang Alza terserah mau bantuin yang mana saja ok, selamat bekerja Bang Alza." ucap Tiara sembari berjajan ke barisan cabainya kembali.
Alza begitu fokus dan berhati-hati saat memetik cabai, takut batangnya patah lagi.
Ternyata batang cabe ini sangat lah rapuh, bahkan harus ditopang bambu ini biar gak patah saat ditiup angin. Padahal menghasilkan buah yang begitu dibutuhkan dan dicari semua orang. Dan juga bisa memberi rasa bahagia bagi sebagian orang saat menikmati sensasi pedasnya. Apa aku bisa seperti cebe ini dibutuhkan semua orang? tapi tidak-tidak aku tidak mau serapuh cabe. batin Alza yang tanpa ia sadari ia mengeleng-gelengkan kepalanya .
" Kenapa Bang Alza, apa kepalanya pusing?" tanya Tiara khawatir saat melihat Alza menggeleng-gelengka kepalanya, padahal matanya begitu fokus pada cabe-cabe yang dipetiknya.
" Enggak ... enggak, aku hanya sedang menikmatinya saja." ucap Alza.
Tiara jadi bingung menikmati apaan? menikmati memetik cabai gitu? ada-ada aja ini orang yang ngakunya dari Jakarta. batin Tiara.
"Apakah rasanya nikmat? apa abang tidak pernah bekerja separti ini? tangan abang kaku sekali ha ha ha ha ...." tawa Tiara akhirnya pecah juga, sebenarnya dari tadi dia udah nahan tawa melihat Alza yang sangat lah kaku. Seperti tidak pernah bekerja saja.
"Apa yang lucu? perasaan Abang gak ngelucu deh kok Tiara ketawa?" tanya Alza bingung.
"Cara Abang memetik cabe yang terlihat lucu, cebenya seperti barang yang begitu berharga." ucap Tiara.
"Benarkah, apa kamu tau aku begitu merasa berterima kasih untuk hari ini." ucap Alza.
berterima kasih?
Berterima kasih untuk apakah Alza gerangan? Terima kasih untuk Tiara dan keluarga kah? atau untuk si cabai?
bersambung ....
Selalu menanti vote, like, keritik dan saran kalian teman-teman.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 70 Episodes
Comments
Elis
Lanjutt like sama bacanya kak🤗🤗
2020-11-04
0
FauLia
like teyuuusss
2020-09-04
0
NaEm_FN
like 4
2020-09-01
0