Bab - 11

Jantung Lisa mencelos ketika melihat kereta mengilat milik tuan tanah dan kuda betinanya yang gagah masih diikat di dekat pintu depan. tadinya ia berharap saat ini mereka sudah pulang.

Kusir Mingyu membukakan pintu lalu menurunkan tangga, tapi ketika Lisa mencoba mengikuti Minyu keluar dari keretea, pria itu mengulurkan tangan lalu menggendongnya. "Aku yakin aku bisa berjalan," protes Lisa.

Senyum malas dan menggoda yang disunggingkan Mingyu membuat Lisa terkesiap lalu pria itu berkata, "Sungguh sesuatu yang memalukan jika pria yang punya kedudukan seperti aku diselamatkan oleh seorang gadis, meskipun gadis itu memakai baju zirah. Jadi demi harga diriku yang terluka, kau harus mengizinkan aku untuk bersikap gentleman sekarang."

"Baiklah," Lisa setuju sambil sedikit terkekeh. "Siapalah diriku sehingga berani-beraninya menghancurkan harga diri seorang bangsawan berkedudukan tinggi sepertimu?"

Mingyu nyaris tak mendengar kata-kata Lisa karena matanya sedang mengamati halaman penuh semak yang mengelilingi rumah itu, daun jendela lepas tergantung miring di kusennya, dan semua itu menandakan rumah tersebut sangat memerlukan perbaikan. Ini bukan pondok sederhana seperti yang diperkirakannya, alih-alih sebuah tempat yang tua, menyeramkan, dan terbengkalai, yang penghuninya tampak jelas tak punya uang untuk merawatnya. Memindahkan berat tubuh Lisa ke tangan dan kaki kirinya, Mingyu mengangkat tangan kanannya untuk mengetuk pintu, dan melihat cat pintunya sudah mengelupas.

Ketika tak ada yang menjawab, Lisa memberanikan diri berkata, "Tampaknya kau harus mengetuk lebih keras lagi. Soalnya Boo itu agak tuli, meskipun dia terlalu angkuh untuk mengakuinya."

"Siapa," tanya Mingyu, sambil mengetuk pintu tebal itu lebih keras lagi, "Itu boo?"

"Kepala pelayan kami. Waktu Papa meninggal, aku terpaksa memberhentikan para pelayan, tapi Boo dan istrinya sudah terlalu tua dan tak kuat lagi mencari kerja di tempat lain. Mereka tak tahu harus pergi kemana, jadi mereka tetap tinggal di sini dan setuju untuk tetap bekerja padaku dengan imbalan mendapat tempat tinggal dan makanan. Istrinya juga memasak dan membantu membersihkan rumah."

"Aneh sekali," gumam Mingyu keras-keras, menunggu pintu itu dibukakan.

Di bawah cahaya lampu yang tergantung di atas pintu, wajah mungil Lisa menegadah menatapnya sambil tertawa bingung. "Apa yang aneh?"

"Membayangkan kepala pelayan yang tuli."

"Kalau begitu kau pasti merasa istrinya lebih aneh lagi."

"Kenapa?"

"Dia rabun," jawab Lisa apa adanya. "Bahkan baru minggu lalu dia mengira dinding adalah pintu dan langsung menabraknya."

Dengan terkejut Mingyu menyadari dirinya ingin tertawa. Berusaha menjaga perasaan Lisa, dengan sikap seserius mungkin ia berkata, "Tuli, rabun... Ah benar-benar... sangat tidak biasa.'

"Ya, benar," Lisa mengiyakan, nyaris terdengar bangga. "Lagi pula, aku tidak suka yang biasa-biasa saja." sambil tersenyum jenaka, ia mengutip, "Sikap konvensional adalah tempat berlindungnya pikiran yang kolot."

Mingyu mengangkat tangan lalu mengetuk pintu sekeras mungkin sehingga Lisa bisa mendengar gemuruh suaranya membahana ke dalam rumah, tapi tatapan bingung Mingyu terarah ke wajahnya yang tertawa. "Siapa yang mengatakannya?" tanya Mingyu bingung.

"Aku," aku Lisa dengan berani. "Aku yang mengarang kalimat itu."

"Wah, kau benar-benar bocah nakal," kata Mingyu sambil tersenyum lebar, dan sebelum menyadari apa yang sedang dilakukannya, ia mulai mendaratkan ciuman sayang, seperti orang tua terhadap anak, di dahi Lisa. Ia merasakan denyut nadi gadis itu bertambah cepat ketika pintu tiba-tiba dibuka oleh Boo yang berambut putih, yang mendelik angkuh kepada Mingyu dan berkata, "Tak perlu menggedor pintu seperti mau membangunkan orang mati, Sir! Di rumah ini tidak ada yang tuli!"

Terpana karena dibentak seperti itu oleh seorang kepala pelayan dan, terlebih lagi, kepala pelayan yang warna baju seragamnya sudah pudar dan usang, Mingyu membuka mulut untuk memperingatkan pelayan yang tampaknya benar-benar patut dimarahi itu akan kedudukannya, namun pria tua itu baru saja menyadari bahwa Lisa-lah yang berada dalam gendongan Mingyu dan rahangnya tampak sedikit terluka. "Apa yang telah Anda lakukan pada Nona Lisa?!" tuntut pelayan itu sambil mendesis marah, lalu mengulurkan tangannya yang gemetar, sepertinya ingin menarik Lisa dari pelukan Mingyu.

"Bawa aku menemui Nyonya Bruschweiler," perintah Mingyu dengan tegas, tak menghiraukan gerakan kepala pelayan itu. "Kubilang," Mingyu bersiap untuk berbicara lebih keras ketika dilihatnya pelayan itu sepertinya tidak mendengar, "bawa kami menemui Nyonya Bruschweiler sekarang juga."

Boo melotot. "Dari tadi juga aku sudah dengar," protesnya dengan marah, lalu membalikkan badan untuk melakukan apa yang diperintahkan kepadanya. "Orang mati pun bisa mendengar suaramu..." gerutu pria itu sambil berjalan pergi.

Ekspresi wajah-wajah yang menoleh menatap mereka di ruang duduk jauh lebih buruk dari pada perkiraan Lisa. Ibunya terlonjak sambil menjerit kaget. Tuan tanah yang gempal  serta istrinya yang lebih gempal lagi mencondongkan tubuh ke depan di tempat duduk mereka, dengan penuh perhatian, dan curiga menatap kemeja Lisa, yang terbuka nyaris ke dada.

"Apa yang terjadi?" Nyonya Bruschweiler bertanya. "Lisa, wajahmu, Ya Tuhan, Apa yang terjadi?"

"Putri Anda menyelamatkan nyawa saya, Nyonya Bruschweiler, tapi dalam peristiwa itu, wajahnya terluka. Saya berani menjamin lukanya tidak separah yang terlihat."

"Tolong turunkan aku," desak Lisa, karena ibunya tampaknya sudah mau pingsan. Ketika Mingyu menuruti, ia memutuskan, walaupun terlambat, untuk memperkenalkan sang bangsawan dan dengan demikian mengatasi kekacauan ini. "Mama," ujarnya dengan nada suara tenang dan meyakinkan, "Kenalkan ini Kim Mingyu dari Kim Group, bangsawan tinggi Hawthrone." Meskipun ibunya terkesiap, Lisa tetap melanjutkan dengan nada suara sopan dan apa adanya, "Aku bertemu dengannya ketika dia dan kusir keretanya dirampok dan aku, aku menembak salah satu dari mereka." sambil menoleh pada Mingyu, ia berkata, "Youe Grace, kenalkan ini ibuku, Nyonya Bruschweiler."

Sunyi senyap. Nyonya Bruschweiler sepertinya tiba-tiba menjadi bodoh dan sang tuan tanah beserta istrinya terus melongo. Jengah melihat kesunyian di dalam ruangan, Lisa menoleh lega ketika Paman Monty tertatih-tatih masuk ke ruangan, sedikit terhuyung-huyung, matanya yang berkaca-kaca menjadi saksi bahwa pria itu diam-diam menghabiskan waktu dengan minum beer yang terlarang. "Paman Monty," sapa Lisa agak putus asa, "Aku membawa tamu ke rumah. Ini Kim Mingyu."

Paman Monty bersandar pada tongkat bergagang gadingnya lalu mengedipkan mata dua kali, berusaha memfokuskan tatapannya pada wajah tamu mereka. "Demi Tuhan!" serunya dengan terkejut. "Benar ini Kim, demi Tuhan! Benar- benar dia." Terlambat untuk bertindak sopan, ia membungkukkan badan dengan kikuk serta berbicara dengan penuh semangat dan ramah, "Saya Bruschweiler, Your Grace, siap melayani Anda."

Lisa yang jengah terhadap suasana canggung yang menyertai kesunyian itu dan bukan karena ia memiliki rumah yang bobrok, pelayan tua, atau kerabat yang bertingkah aneh, tersenyum lebar ke arah Mingyu, lalu memiringkan kepalanya ke arah istri Boo yang tertatih-tatih masuk ke ruangan sambil membawa nampan yang berisi teh. Tak mempedulikan kenyataan bahwa dirinya mungkin menyalahi tata krama dengan memperkenalkan pelayan seorang bangsawan kepada seorang pelayan, dengan manis ia berkata, "Dan ini istri Boo, yang mengurus segala sesuatu yang tak bisa Boo kerjakan. Boo, ini tuan Kim dari Hawthrone."

Boo menegadah dari kegiatannya meletakkan nampan teh di atas meja lalu menyipitkan matanya yang rabun lewat atas bahunya ke arah Paman Monty. "Apa kabar," sapanya kepada pria yang salah dan Lisa melihat bibir Mingyu berkedut, sangat berusaha kuat untuk menahan tawanya.

"Maukah kau tinggal sebentar untuk minum teh?" tanyanya kepada Mingyu, memperhatikan mata pria itu berkilat geli.

Pria itu tersenyum, tapi dia menggeleng tanpa terlihat menyesal. "Aku tidak bisa, Nak, perjalananku masih panjang dan sebelum memulai kembali perjalananku itu, aku harus kembali ke penginapan untuk menemui yang berwajib. Mereka akan meminta penjelasan mengenai kericuhan yang terjadi malam ini." Sambil menganggukkan salam perpisahan kepada para penontonnya, Mingyu menunduk menatap wajah polos yang menegadah ke arahnya. "Maukah kau mengantarku keluar?" ajaknya.

Lisa mengangguk dan memimpin jalan menuju pintu depan, tak menghiraukan suara orang-orang di ruang duduk di belakang mereka, tempat sang tuan tanah dan istrinya berbicara dengan suara melengking, "Apa yang dia maksud dengan 'kembali ke penginapan' Tentunya, Nyonya Bruschweiler, dia tidak mungkin bermaksud  Lisa berada di sana bersama,"

Di lorong, Mingyu berhenti sebentar lalu menunduk untuk melihat Lisa dengan mata kelabunya yang hangat, yang membuat seluruh tubuh Lisa terasa panas. Dan ketika pria itu mengangkat tangan dan meletakkannya dengan lembut pada rahangnya yang terluka, detak jantung Lisa seakan melompat ke tenggorokan. "Kemana kau mau bepergian?" tanyanya, berusaha menunda kepergian pria itu.

"Ke Rosemeade."

"Apa itu?"

"Estat kecil milik nenekku di pedesaan. Beliau lebih suka menghabiskan sebagian besar waktunya di sana karena dia merasa rumah itu nyaman."

"Oh," kata Lisa, merasa sulit berbicara atau bernapas karena ujung jemari pria itu sekarang dengan lembut bergeser ke pipinya, dan pria itu menatapnya dengan cara yang menurutnya agak tidak sopan.

"Aku tak kan melupakanmu, gadis kecil," ujar pria itu, suaranya rendah dan parau ketika menundukkan kepala lalu mendaratkan bibirnya yang hangat ke dahi Lisa. "Jangan biarkan orang lain mengubahmu. Tetaplah menjadi dirimu yang sekarang."

Ketika pria itu telah pergi, Lisa menjadi terpaku, mengenang kembali ciuman yang seakan terpatri di dahinya. Sama sekali tak terpikir olehnya bahwa ia baru saja terjerat mantra pria yang bisa secara otomatis menggunakan suara dan senyumnya untuk memikat dan meluluhkan hati wanita. Ia sama sekali tidak berpengalaman menghadapi perayu ulung.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!