"Apa kabarmu, Lisa kecil?" sapa ayahnya tak bergairah.
Kakek Bae berdiri lalu berjalan ke jendela, memperhatikan dengan alis mata bertaut ketika pria London yang tampan itu membantu putrinya naik ke kereta kuda yang cantik. Kereta cantik, pakaian cantik, tapi sifatnya sama sekali tidak cantik, pikir Kakek Bae dengan marah, teringat bagaimana putrinya, Irene, dibutakan oleh ketampanan dan bujuk rayu pria itu sejak pria itu datang ke pondoknya suatu hari silam, ketika kereta pria itu patah di tengah jalan. Kakek Bae menawarkan pria itu untuk bermalam di tempatnya, dan pada sore hari, berlawanan dengan kata hatinya, ia menuruti permintaan putrinya dan memperbolehkannya berjalan-jalan denganpria itu supaya Irene bisa 'menunjukkan pemandangan indah dari bukit di atas sungai."
Ketika hari telah gelap dan mereka belum kembali, kakek Bae bergegas mencari mereka. Ia dengan mudah dapat melihat jalan karena bulan sedang purnama. Ia menemukan mereka di kaki bukit, di tepi sungai, berpelukan tanpa busana. Hanya perlu waktu kurang dari satu jam bagi Taehyung Bruschweiler untuk meyakinkan Irene agar melupakan prinsip-prinsip yang diajarkan selama ini dan merayunya.
Dengan amat murka dan tanpa bersuara, Kakek Bae meninggalkan tempat itu. Ketika ia kembali ke pondok dua jam kemudian, ia telah ditemani dengan sahabat baiknya, seorang pendeta desa. Pendeta itu membawa buku untuk membacakan sumpah pernikahan.
Kakek Bae membawa senapan untuk memastikan perayu putrinya berpartisipasi dalam pernikahan itu. Itulah pertama kali dalam hidupnya ia membawa senjata.
Dan apa yang diberikan si bedebah itu kepada Irene? Pertanyaan itu membuat wajah Kakek Bae berubah muram. Taehyung Bruschweiler membelikan Irene sebuah rumah reyot yang besar, yang telah kosong puluhan tahun, melengkapinya dengan pelayan, dan selama sembilan bulan setelah menikah, dengan berat hati ia tinggal bersama Irene di dusun terpencil tanah kelahiran Irene. Tak lama setelah Lisa lahir, Taehyung kembali ke London, dan tinggal di sana, kembali ke Morsham hanya dua kali setahun selama dua atau tiga minggu.
"Dia mencari nafkah dengan cara yang ia ketahui," Irene menjelaskan kepada kakek Bae, tampak jelas mengulangi apa yang dikatakan suaminya. "Dia seorang gentleman dengan demikian kau tidak bisa mengharapkan dia mencari nafkah seperti orang biasa. Di London, dengan garis keturunan dan koneksinya, dia bisa bergaul dengan orang-orang yang tepat, dan dari mereka dia bisa sekali-kali mendapat masukan mengenai kapan dan dimana harus menginvestasikan uangnya dan di kuda yang mana sebaiknya meletakkan taruhan. Itu satu-satunya cara yang dia ketahui untuk menafkahi kami. Tentu saja, dia ingin kami tinggal bersamanya di London, tapi biaya hidup di kota sangat tinggi, dan dia sama sekali tidak ingin membuat kami terpaksa tinggal di penginapan kumuh dan lembab seperti yang ditempatinya. Dia akan datang mengunjungi kami sesering mungkin."
Kakek Bae tidak percaya pada alasan Taehyung untuk tetap tinggal di London, tapi ia percaya pria itu akan kembali ke Morsham dua kali dalam setahun. Pria itu pasti melakukannya karena Kakek Bae berjanji akan mencarinya ke London sambil membawa senjata pinjaman, jika dia tidak kembali stidaknya dua kali dalam setahun untuk menemui istri dan putrinya. Meskipun demikian, tak ada gunanya membuat Irene bersedih hati mendengar kenyataan itu, karena wanita itu tampak begitu bahagia. Tak seperti wanita lain di dusun kecil itu, Irene menikah dengan 'pria sejati' dan itu saja sudah memenuhi harapan konyolnya. Pernikahan itu memberinya status, dan membuatnya dikagumi para tetangga.
Sebagaimana Irene, Lisa juga memuja Taehyung, dan selama kunjungan singkatnya pria itu juga menikmati kekaguman mereka. Irene akan sibuk melayaninya, dan Lisa akan berusaha keras menjadi anak laki-laki sekaligus anak perempuan baginya, karena cemas tidak memiliki sifat feminim yang cantik ia memakai celana selutut dan belajar bermain anggar agar bisa bermain dengan ayahnya jika pria itu datang.
Berdiri di depan jendela, Kakek Bae menatap tak senang pada kendaraan mengilat yang ditarik empat kuda gagah. Untuk seorang pria yang hanya dapat memberi sedikit uang bagi istri dan anaknya, Taehyung mengendarai kereta yang ditarik sekelompok kuda yang sangat mahal.
"Berapa lama kau kan tinggal kali ini, Papa?" tanya Lisa, belum apa-apa sudah mencemaskan saat perpisahan dengan ayahnya.
"Hanya seminggu. Aku akan pergi ke suatu tempat di daerah Kent."
"Mengapa kau harus sering bepergian?" tanya Lisa, tak mampu menyembunyikan rasa kecewanya meskipun ia tahu ayahnya, pun, tidak suka harus berpisah dengan ia dan ibunya.
"Karena harus," jawab ayahnya, dan ketika Lisa akan memprotes, pria itu menggeleng lalu memasukkan tangan ke kantong dan mengeluarkan sebuah kotak kecil. "Ini, aku membawakan sebuah hadiah mungil untuk ulang tahunmu, Lisa."
Lisa menatap ayahnya dengan penuh kagum dan senang, meskipun sebenarnya ulang tahunnya sudah lewat berbulan-bulan yang lalu, tanpa sepucuk surat pun adri ayahnya. Matanya yang berwarna hazel berbinar-binar ketika ia membuka kotak itu dan mengeluarkan liontin mungil berwarna keperakan berbentuk hati. Meskipun liontin itu terbuat dari timah dan sama sekali tidak indah, ia menggenggamnya erat-erat, seolah-olah liontin itu sangat berharga. "Aku akan memakainya setiap hari seumur hidupku, Papa," ujarnya lirih, lalu ia melingkarkan tangan ke tubuh ayahnya dan memeluknya erat-erat. "Aku sangat sayang padamu."
Ketika mereka melewati dusun kecil yang tenang itu dan kuda-kuda penarik kereta menerbangkan debu ke udara, Lisa melambaikan tangan ke arah orang-orang yang melihatnya, ingin sekali mereka tahu bahwa Papanya yang hebat dan tampan sudah kembali.
Ia tidak perlu bersusah payah menarik perhatian mereka kepada ayahnya. Menjelang malam, semua orang di dusun itu bukan saja membicarakan kepulangan Taehyung, tapi juga warna mantelnya, dan lusinan detail lain, karena memang seperti itulah dusun Morsham selama ratusan tahun, tenang, tak ada gangguan, terlupakan di lembahnya yang terpencil. Para penghuninya adalah orang-orang yang sederhana, tidak punya imajinasi, pekerja keras yang amat senang mengingat-ingat setiap peristiwa kecil yang bisa menyemarakkan kehidupan monoton mereka dari hari ke hari. Mereka terus membicarakan kejadian tiga bulan yang lalu, ketika sebuah kereta melewati desa itu membawa orang kota yang mengenakan mantel, yang bukan hanya memiliki satu tudung melainkan delapan. Sekarang mereka akan membicarakan kereta luar biasa Taehyung beserta kuda-kudanya selama enam bulan ke depan.
Bagi orang luar, Morsham mungkin tampak seperti tempat yang membosankan yang dihuni oleh para petani yang suka bergunjing, tapi bagi Lisa yang berusia tiga belas tahun, dusun itu berikut para penduduknya begitu indah.
Pada usia tiga belas tahun ia percaya semua mahluk ciptaan Tuhan memiliki sifat baik dan ia percaya semua orang memiliki kejujuran, integritas, dan kegembiraan. Ia berhati lembut, riang dan sangat optimis.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments