Menolak Tes DNA

Suasana makan malam di rumah Dewi terasa canggung kala itu, semua karena ucapan Devan yang kembali mengungkit Tiara.

"Tiara hamil, dan Pak Seno marah besar. Haruskah kita ikut-ikutan menyudutkan Tiara?"

"Untuk apa kita peduli? Seharusnya kita malah lebih marah dibanding Seno, karena yang dikandung Tiara ... bukan anaknya Shaka!"

Alina, Sherin, dan Karel, tidak ada yang berani menyahut. Ketiganya memilih diam dan tak ikut campur, setidaknya untuk saat itu. Emosi Dewi yang sejak tadi sulit dikontrol membuat anak-anaknya memilih mengalah, kecuali Devan. Dia bertekad untuk melindungi, karena bagaimanapun juga, wanita itu adalah calon istri dari mendiang adiknya.

"Kamu itu anak Mama, Devan. Paham kan bagaimana Mama mendidik kalian? Menurutmu ... apa mungkin Shaka melakukan itu pada Tiara?" Dewi meletakkan sendoknya dengan kasar, lantas menatap tajam ke arah Devan.

Sementara yang dipandang hanya mengembuskan napas panjang, kemudian membuka suara setelah beberapa detik berlalu.

"Aku tahu didikan Mama dan Papa sangat luar biasa, tapi hati orang siapa yang tahu? Shaka udah dewasa, Ma, kita nggak tahu apa aja yang ada di pikiran dia. Mungkin ... ada pengaruh dari luar yang membuatnya khilaf dan melakukan kita, kita juga nggak mengawasi dia dua puluh empat jam, kan?" Devan menjeda ucapannya sejenak.

"Aku begini cuma kasihan sama Tiara. Kita bayangin gimana perasaan dia, calon suami udah nggak ada, menanggung kehamilan sendirian, dan kita yang seharusnya menjadi keluarga ... ikut-ikutan menyudutkan. Apa itu adil untuk dia, Ma?" sambung Devan, tak mau menyerah dalam membujuk ibunya.

Alih-alih memahami ucapan Devan, Dewi malah beranjak dengan kasar. Lantas sebelum pergi, ia melayangkan tatapan yang lebih tajam.

"Baik, nanti aku akan menyuruhnya tes DNA. Jika anak yang dikandung itu benar darah dagingnya Shaka, aku akan menerimanya. Tapi jika sebaliknya, kamu jangan pernah mengungkit nama itu lagi di rumah ini!"

Ucapan Dewi yang tegas, terdengar menggema memenuhi ruang makan.

Sherin dan Karel saling memandang. Keduanya tahu jika Dewi sedang ada di puncak kemarahan. Namun, mereka juga tak berani menyalahkan Devan, karena apa yang dikatakan lelaki itu sedikit banyak ada benarnya. Alhasil, Sherin dan Karel memilih undur diri dan kembali ke kamar.

Kini, tinggallah Devan dan Alina yang masih sama-sama diam. Sepasang suami istri yang niatnya akan pulang setelah tujuh hari kepergian Shaka—tepatnya malam ini, terpaksa tertunda karena Devan masih ingin membujuk Dewi. Sang istri pun tak menolak. Ia mengalah dan bersedia tinggal di rumah mertua sampai beberapa saat ke depan.

"Mas, Mama yakin banget kalau itu bukan anaknya Shaka. Menurutmu ... gimana?" tanya Alina.

Devan membuang napas kasar, "Shaka juga manusia, mungkin dia pernah khilaf. Karena jika kita hanya melihat dari akhlak luar, Tiara juga gadis yang baik. Kayak nggak mungkin kan kalau dia selingkuh? Apalagi saat pernikahannya dengan Shaka udah di depan mata."

Alina mengangguk pelan, setuju dengan omongan suaminya meski agak ragu.

"Aku bersikap seperti ini bukan hanya karena Tiara, melainkan juga bayinya. Aku hanya nggak mau ada anak yang terlantar, apalagi yang masih berhubungan dengan keluarga kita," sambung Devan, memberikan penjelasan agar istrinya tidak cemburu.

Namun, tanpa Devan sadari, Alina malah berpikir lain.

"Aku paham, Mas. Maafin aku ya ... nggak bisa ngasih keturunan untuk kamu," ucap Alina sambil menunduk.

Enam tahun pernikahan, bukan waktu yang sebentar. Akan tetapi, Tuhan belum mempercayakan buah hati pada mereka. Sampai akhirnya enam bulan yang lalu, mereka periksa ke dokter dan hasilnya sungguh mengejutkan. Alina dinyatakan mandul.

Meski Devan tidak pernah mengungkit hal itu, tapi Alina sering pesimis sendiri. Dia tahu bahwa sang suami itu juga mengharapkan anak, hanya saja menjaga perasaan, jadi tidak pernah mempermasalahkan kekurangannya.

"Sayang, jangan mengatakan maaf atau apa pun terkait hal itu. Aku mencintai kamu, menikahi kamu, bukan hanya untuk melahirkan anak. Tapi, aku memang ingin hidup bersama kamu, sampai Tuhan berkata pulang." Devan menangkup pipi Alina dengan mesra, berharap sang istri tidak salah paham dengan apa yang ia lakukan.

"Aku hanya___"

"Udah, jangan diteruskan! Aku mencintai kamu, apa pun keadaannya." Devan memungkas ucapan Alina sembari memberikan pelukan erat, hingga sang istri tenang dan tidak sedih lagi.

________

Setelah genap sepuluh hari dirawat di rumah sakit, kondisi Tiara sudah pulih dan ia diizinkan pulang. Namun, kabar melegakan itu justru menjadi beban tersendiri bagi Tiara. Bagaimana tidak, keluar dari rumah sakit sama dengan pergi dari rumah paman dan bibinya.

"Bibi tidak bisa menolong banyak. Hanya ini yang bisa Bibi kasih, mudah-mudahan cukup untuk menyewa tempat tinggal dan makan dalam beberapa hari ke depan."

Yanti menyerahkan sepuluh lembar uang ratusan ribu kepada Tiara, dengan raut sedih tentunya.

"Terima kasih banyak, Bi." Tiara menggenggam erat uang itu. Dalam hati ia berjanji, kelak akan membalas semua kebaikan bibinya.

"Semalam ... Bibi sudah membantu pamanmu berkemas. Nanti, kamu tinggal ambil saja. Maafkan Bibi, tidak bisa menentang keputusan Mas Seno."

"Nggak apa-apa, Bi, memang aku yang salah. Nanti ... aku juga akan meminta maaf sama Paman."

Belum tuntas perbincangan di antara mereka, pintu ruangan terbuka dari luar, rupanya Dewi yang datang. Dengan penampilannya yang elegan, dia melangkah ke tempat Tiara.

"Berapa usia kandungan kamu?" tanya Dewi, tanpa basa-basi.

"Dua bulan, Tante," jawab Tiara.

Dewi melipat tangan di dada, "Bulan depan kita lakukan tes DNA! Jika terbukti bayi itu anaknya Shaka, aku akan bertanggung jawab penuh. Tapi jika sebaliknya, jangan harap kamu bisa muncul lagi di hadapan keluargaku!"

Tiara terdiam.

"Soal biaya, kamu tidak usah khawatir. Aku yang akan membayar," sambung Dewi.

Tiara menunduk sambil mendekap perutnya.

"Jika Tante memang ragu, lupakan saja! Aku tidak keberatan merawat dia sendirian."

Jawaban Tiara membuat Yanti terkejut. Tes DNA adalah satu-satunya cara untuk membungkam keangkuhan Dewi, tapi ... mengapa malah ditolak?

Apakah ada hal lain yang luput dari pengetahuannya?

Bersambung...

Terpopuler

Comments

ria

ria

semangat kuat tiara..

2023-07-18

1

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

Ucapanmu begitu menyakitkan gendang telinga ibu Dewi... seburuk itukah penilaian mu kepada Tiara.

2023-06-16

0

Rhina sri

Rhina sri

devan ternyata ksian sm bayi yg di kandung tiara

2023-06-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!