Hamil?

Hari pernikahan yang digadang-gadang menjadi hari paling bahagia, nyatanya menjadi luka paling menganga dalam hidup Tiara. 

Kebaya dan bunga melati yang seharusnya menjadi saksi janji suci, nyatanya menjadi saksi air mata yang tak berhenti menetes. 

"Jangan tinggalkan aku, Mas! Kita akan menikah, kamu harus bangun, Mas!"  Teriakan yang berulang kali keluar dari bibir Tiara, sebuah suara yang menambah kesedihan mereka yang mendengar, hingga tanpa dijelaskan pun semua tahu betapa terpukulnya hati Tiara atas kematian Shaka. 

Namun, sesakit-sakitnya hati Tiara kala itu, masih ada yang lebih sakit lagi. Mereka adalah Dewi Rahmawati—ibu kandung Shaka, Devano Reynandar—kakak kandung Shaka, dan Sherina Anjani—adik kandung Shaka. Dalam waktu yang bersamaan, mereka kehilangan dua keluarga terdekat, yaitu Shaka dan ayahnya—Hilman Sugia. 

Sherin dan Devan sangat kalut, tetapi tak sampai kehilangan kesadaran. Berbeda dengan Dewi, wanita paruh baya itu berulang kali pingsan sejak tahu bahwa mobil yang dikendarai anak dan suaminya tabrakan dengan truk. Kini kondisi Dewi masih buruk, hingga tak bisa menghadiri pemakaman karena harus dirawat di rumah sakit. 

"Papa, Mas Shaka, kenapa mereka pergi secepat ini?" ratap Sherin sambil menutup wajahnya, tak sanggup lagi menatap dua jenazah yang kini sudah ada di rumah dan sebentar lagi akan dibawa ke pemakaman. 

"Ikhlaskan mereka, Sayang. Kita doakan semoga mendapat tempat yang indah di sisi-Nya," jawab Karrel Adiguna—suami Sherin. Direngkuhnya tubuh sang istri yang kala itu sedang hamil tua. 

"Aku nggak bisa, Mas. Ini terlalu cepat, bahkan mereka belum sempat melihat anak kita. Kenapa harus mereka yang mengalami semua ini, Mas?" Sherin makin terisak-isak, perut buncitnya sampai ikut naik turun. 

Dengan lembut Karrel mengusapnya, seakan menenangkan bayi di dalam sana agar tidak merasakan kesedihan ibunya. 

"Aku ngerti bagaimana perasaan kamu. Menangislah jika itu bisa meredakan sakitmu, aku selalu siap menjadi sandaranmu, Sayang," bisik Karrel sembari menciumi puncak kepala Sherin. Ia curahkah semua kasih sayang demi menenangkan sang istri. 

Menurutnya wajar Sherin bersikap demikian. Dia saja yang asalnya orang lain, juga ikut hancur menyaksikan  kematian mertua dan iparnya. 

Memang, kecelakaan yang melibatkan mereka sangat tragis. Kini sudah tercatat semua korban yang berjumlah lima orang meninggal semua. Dua di antaranya pengemudi truk, sedangkan seorang lagi adalah sopir pribadi Hilman, yang saat ini sudah disemayamkan di rumahnya sendiri. 

Akhirnya sore itu, sekitar jam setengah empat,  jenazah Hilman dan Shaka dibawa pergi dari rumah duka. Mereka akan dikebumikan di TPU Kota Surabaya. Dengan beriring tangis dari hampir semua orang yang hadir, keduanya diistirahatkan di tempat terakhir.

Sherin dan Tiara jatuh pingsan ketika tubuh Shaka sudah berubah menjadi gundukan tanah. 

"Kita bawa mereka ke rumah sakit!" ujar Karrel, yang kemudian disetujui oleh Devan. 

Lelaki yang sejak tiba di pemakaman diam membisu karena menahan tangis, kini runtuh sudah pertahanannya. Melihat adik perempuan dan calon adik iparnya pingsan, pikiran Devan kian kalut. Apalagi jika ingat dengan kondisi ibunya yang masih terbaring lemah di rumah sakit sana, rasanya Devan ingin ikut mati saja. 

__________

"Pasien mengalami goncangan mental yang cukup parah, sangat beruntung segera dibawa kemari. Karena jika tidak, akibatnya bisa fatal, baik untuk pasien sendiri maupun janin yang dikandungnya."

Yanti sangat terkejut ketika mendengar penjelasan dokter terkait kondisi Tiara saat ini. Saking terkejutnya, ia sampai membelalak dan menganga. 

Hamil? 

Satu hal yang sama sekali tak pernah ia bayangkan, karena selama ini Tiara adalah gadis yang baik dan tidak pernah macam-macam. Pun dengan Shaka, lelaki itu tak pernah meninggalkan citra buruk. 

"Ternyata ... yang terlihat baik belum tentu baik. Shaka ... Tiara ... kenapa kalian sampai melakukan hal fatal itu? Lalu ... bagaimana caraku memberi tahu Mas Seno?" batin Yanti sambil memegang dadanya sendiri. 

Tiara adalah anak dari kakaknya Yanti, yang sudah yatim piatu selagi masih bayi. Itu sebabnya Yanti dan Seno yang mengasuhnya, kebetulan anak mereka sendiri hanya satu dan usianya lima tahun lebih dewasa dari Tiara. Sekarang sudah menikah dan hidup di luar kota. 

"Bagaimana jika nanti Mas Seno marah dan nggak bisa memaafkan kamu, Tiara?" Yanti kembali membatin, mengkhawatirkan masalah besar yang mungkin saja akan terjadi, mengingat sifat Seno yang keras, tegas, dan disiplin. 

Hamil di luar nikah merupakan aib besar baginya, jadi entah masih bisa dimaklumi atau tidak kesalahan itu. 

"Bu, Anda baik-baik saja?" tegur dokter. 

Yanti gelagapan, lalu memaksa senyum sambil mengatakan 'tidak apa-apa'. Selanjutnya, ia tak bisa mencerna lagi penjelasan dokter yang panjang lebar karena pikirannya hanya dipenuhi oleh Tiara. 

Setelah selesai berbicara dengan dokter dan mendapat resep yang harus ditebus, Yanti keluar ruangan dengan langkah lunglai. Bukan kondisi Tiara yang masih pingsan yang membuatnya kacau, melainkan nasib Tiara ke depannya. Bagaimana jika Seno marah besar? 

"Bu, bagaimana keadaan Tiara?" tanya Seno ketika sang istri sudah tiba di luar ruangan. Pria itu turut cemas dengan keadaan Tiara, yang memang sudah dianggap seperti anak sendiri. 

"Masih pingsan, tapi kata dokter sebentar lagi akan siuman." Yanti tidak berbohong, memang seperti itu keadaan Tiara. Dia hanya menyembunyikan bagian 'hamil', yang menurutnya belum tepat jika dikatakan sekarang. 

"Tiara pasti terpukul. Dia sangat mencintai Shaka dan pernikahan mereka juga tinggal beberapa menit lagi. Tapi ... Tuhan malah berkata lain," ujar Seno, menyesali nasib malang yang menimpa keponakannya. 

Yanti menunduk. Dalam kebingungannya, dia hanya bisa membatin, "Semoga simpatimu tetap ada meski nanti tahu bahwa Tiara sudah hamil. Aku sangat berharap kamu bisa memaafkan dia, Mas, karena hanya kita orang tuanya."

"Keluarga pasien!" Panggilan dokter yang juga ikut keluar dari ruangan, membuyarkan lamunan Yanti dan membuatnya medongak. 

"Iya, Dok."

"Maaf, saya tadi lupa memberi tahu Anda kalau pasien juga membutuhkan susu khusus ibu hamil. Nanti___"

"Susu khusus ibu hamil? Apa maksudnya?" Seno dengan cepat memotong ucapan dokter, tatapannya berubah tajam, sekejap saja mengikis kesedihan yang tadi terpancar. 

"Iya, Pak, goncangan mental yang dialami pasien berpengaruh pada janinnya. Jadi, dibutuhkan tambahan nutrisi untuk menjaga kesehatannya." 

"Jadi maksudnya ... kondisi pasien saat ini sedang hamil?" tanya Seno dengan pelan, tetapi penuh penekanan. 

"Benar, Pak."

Bersamaan dengan jawaban dokter, Yanti menunduk sambil memejam. Kedua tangannya mencengkeram ujung baju yang dikenakan. Takut, khawatir, itulah yang dirasakan saat ini. Seharusnya menunggu waktu yang tepat untuk membicarakan kondisi Tiara, tetapi ternyata terungkap saat itu juga. 

"Baik, terima kasih untuk arahannya, Dok." Seno berusaha tersenyum kepada dokter, demi menutupi emosi yang sudah tersulut. 

Sesaat setelah dokter pergi, Seno melayangkan tatapan tajam ke arah sang istri, yang kala itu masih menunduk. 

"Yanti!" panggilnya dengan tegas. 

Bersambung... 

Terpopuler

Comments

ria

ria

semua yang terjadi pada tiara merupakan takdir tiara yg selanjutx mau tidak mau harus dihadapi ..
semangat tiara

2023-07-18

1

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak... semua yang terjadi adalah rahasia Allah.

2023-06-16

1

Rhina sri

Rhina sri

kasian tiara apa tiara bkl di usir sm seno😟

2023-06-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!