Penolakan Dewi

"Aku terima semua keputusan Paman. Terima kasih selama ini udah merawatku. Maafkan aku, yang dengan bodoh melakukan kesalahan sefatal ini. Juga ... atas nama Ayah dan Ibu, aku minta yang sebesar-besarnya pada Paman dan Bibi." Dengan mata yang berkaca-kaca, Tiara menatap paman dan bibinya.

Sebisa mungkin ia mengulas senyum meski dalam hati sakitnya luar biasa. Kini yang dia pikirkan, mungkin itu memang yang terbaik. Dia pergi dari kehidupan paman dan bibinya, menanggung sendiri aib yang ia miliki.

"Tinggallah di sini sampai kamu benar-benar sembuh. Jangan pikirkan biaya, semua aku yang bayar. Tapi setelah itu, pikirkan sendiri hidupmu!" jawab Seno sambil berpaling. Kemudian, dia melangkah pergi meninggalkan istri dan keponakannya.

Namun, baru saja keluar dari pintu, Seno sudah berpapasan dengan calon besannya—Dewi. Ibu kandung Shaka itu ditemani oleh putranya—Devan.

"Pak Seno, bagaimana keadaan Tiara?" tanya Dewi dengan ramah. Dia tak menangkap gurat marah yang tergambar jelas di wajah Seno.

"Sebaiknya Anda lihat sendiri bagaimana keadaan Tiara dan ... calon cucu Anda," jawab Seno sambil tersenyum sinis.

Dewi tersentak, "Calon cucu? Apa maksud Anda?"

Wajahnya berubah tegang. Selama ini dia mendidik anak-anaknya dengan keras. Seharusnya, Shaka tidak akan melakukan hal segila itu.

"Tiara hamil anaknya Shaka. Apa sekarang sudah jelas?"

Dewi menggeleng cepat, "Ini tidak mungkin! Shaka bukan lelaki yang seperti itu. Dia tidak mungkin menodai Tiara sebelum menikah. Pasti anak Anda yang sudah menjebak Shaka. Saya yakin dia hamil anak orang lain."

"Ma, tenanglah, Ma. Jangan emosi dulu!" Devan merangkul dan menenangkan ibunya. Jujur ia juga kaget, tapi saat ini lebih khawatir pada kondisi ibunya yang baru sembuh.

"Percaya atau tidak, terserah Anda. Urus saja masalah ini dengan Tiara. Saya tidak ikut campur lagi," ujar Seno dengan tenang. Lantas, meninggalkan Dewi yang masih terpaku di depan pintu.

"Ma, jangan buru-buru marah! Kita dengar dulu bagaimana penjelasan Tiara," ujar Devan, masih berusaha menenangkan ibundanya.

Alih-alih menanggapi ucapan Devan, Dewi langsung melangkah cepat memasuki ruangan. Ia pun disambut dengan wajah murung Tiara dan Yanti, yang ia yakini karena masalah kehamilan.

"Siapa ayah anak itu?" tanya Dewi tanpa basa-basi.

Emosinya kini sudah ada di ubun-ubun. Baru saja kehilangan anak dan suami, ia malah dihadapkan dengan pengkhianatan calon menantu. Ya, bukan tidak mau dimintai tanggung jawab atau apa, melainkan sangat yakin bahwa anak yang dikandung Tiara bukanlah anak Shaka. Dewi percaya anak-anaknya bermoral, jadi tidak mungkin melampaui batas. Sejak kecil mereka dibekali akhlak dan ilmu agama, jadi mana mungkin berbuat seperti itu di luar pernikahan.

"Ma___" Tiara berbisik sambil mendekap perutnya yang masih rata. Matanya menatap nanar pada wanita yang selama ini dianggap mertua.

"Jangan panggil aku mama lagi! Kamu sudah mengkhianati Shaka!" bentak Dewi.

Tiara menangis, pun dengan Yanti.

"Menyesal aku pernah menilaimu baik, Tiara. Ternyata kamu tak lebih dari perempuan murahan. Mungkin ... selama ini kamu mendekati Shaka hanya untuk hartanya. Iya, kan?" Dewi kembali membentak.

"Cukup! Anda jangan lepas tangan dan hanya membebankan kesalahan ini pada Tiara. Anda tidak tahu bagaimana kelakuan anak Anda sendiri. Dia sudah menghamili Tiara," bela Yanti. Dia tidak tahan melihat keponakannya terus dihina. Padahal, di sini Tiara lah korbannya.

"Aku yang lebih kenal dengan orang anakku. Dan aku yakin ... dia tidak mungkin melakukan hal itu pada Tiara." Dewi tetap bersikeras pada pendapatnya.

"Jangan karena Anda orang kaya, jadi bisa semena-mena. Anda___"

"Sudah, Bi. Aku tidak apa-apa," pungkas Tiara. Ia tak mau lagi mendengar pertengkaran antara Dewi dan Yanti, karena itu sangat menyakitkan baginya.

"Jadi benar kan, itu bukan anak Shaka?" Dewi menatap sinis.

Tiara tersenyum masam, "Terserah apa kata Mama, maksudku Tante. Aku tidak akan membela diri. Karena apa pun yang keluar dari mulutku, Tante tidak akan percaya, kan?"

"Bagus kalau kamu tahu diri!" Usai berkata demikian, Dewi bergegas pergi meninggalkan ruangan.

Sementara itu, Devan langsung mendekati Tiara.

"Maafkan mamaku, dia hanya kaget mendengar berita ini. Nanti aku akan membujuknya. Kamu tenang saja, aku percaya kamu nggak selingkuhin Shaka, dan sebagai kakak, aku akan membantumu mendapatkan keadilan."

Tiara menatap Devan yang kala itu mengulas senyum tipis. Namun, Tiara malah merasa miris dibuatnya.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

ria

ria

oala ..nasibmu tiara..
dasar ibux shaka..
namax juga manusia tidak ada yg sempurna..
kesempurnaan hanya milik Allah.mak dewi..
meskipun akhlah shaka tdk bejat namax juga khilaf sesaat

2023-07-18

1

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

🍭ͪ ͩIr⍺ Mυɳҽҽყ☪️ՇɧeeՐՏ🍻𝐙⃝🦜

Konsekuensi dari perbuatanmu Tiara...

2023-06-16

0

Rhina sri

Rhina sri

galak amat mertua gk jadi... klo gk percaya tes DNA ajah

2023-06-05

1

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!