four teen

Hiruk pikuk malam di sebuah bar di ujung kota tidak menghalangi niatnya untuk masuk kedalam. Langkah kaki yang pasti memasuki ruangan yang gemerlap lampu warna warni juga musik yang memekakkan telinga.

Matanya menyorot pada meja bartender yang terlihat kosong. Dengan susah payah ia berusaha untuk melewati lautan manusia yang kebanyakannya anak muda tengah berjoget ria.

Begitu sampai, ia langsung mendudukan tubuhnya di salah satu kursi dan menatap bartender laki laki yang nampak sibuk.

" Ini pertama kali?" Tanya bartender itu setelah lama memperhatikan tingkahnya yang nampak risih.

Berdehem pelan, Jenar mengedarkan pandangannya. Sebenarnya tujuannya ke sini bukan untuk menikmati pemandangan itu semua.

" Ini minuman yang gue rekomendasiin untuk pemula." Ucap bartender dengan keras. Jenar meliriknya sebentar, kemudian beralih pada segelas minuman berwarna kuning kecoklatan layaknya teh tawar.

" Ini alkohol?" Tanya Jenar menerima gelas tersebut. Sebelum menegaknya dia menciumi baunya terlebih dahulu, juga mengamati nya dengan jelas.

Reaksi Jenar tentu mengundang tawa bagi bartender. " Hahaha, iya. Itu alkohol dengan kadar yang paling rendah. Lo tenang aja,"

Jenar masih menimang-nimang, apakah ia harus meminumnya atau tidak. Lama ia menatap minuman tersebut. Sampai dia menghela nafas panjang.

Keraguan Jenar menarik perhatian bartender laki laki tersebut. " Lo lagi ada masalah?"

Jenar menatapnya tanda tanya, laki laki itu memang terlihat masih muda, seperti beberapa tahun di atasnya.

" Gue Robin, bartender termuda disini. Kayaknya kita seumuran, lo tenang aja." Jelas bartender yang Jenar ketahui namanya Robin.

Sambil sibuk mengurus botol botol itu agar tetap tertata dengan rapih, Robin mengajaknya berbicara terus menerus.

" Gue sebagai bartender disini, gak pernah lagi minum minuman ini sejak pertama kali minum 2 tahun yang lalu. Lo tahu kenapa?"

Jenar menggeleng lesu, dibandingkan mendengarkan orang lain bicara, dia ingin sekali meluapkan unek uneknya.

Tanpa aba aba, tangannya menarik gelas dan langsung meneguk habis minuman beralkohol itu.

Robin hanya bisa menatapnya miris, " karena itu adalah sumber kebahagiaan juga kesialan bagi gue." Gumamnya pelan.

Tenggorokan nya di siram air tersebut, mungkin terasa sedikit pahit namun sama seperti halnya kopi.

Jenar memejamkan matanya menikmati rasanya. " Gue mau lagi, lebih dari ini." Pintanya pada Robin.

Robin menatapnya ragu, " Lo yakin?"

" Hm, kasih gue alkohol kadar tinggi." Balas Jenar menatapnya sayu. Wajahnya terlihat lembam di area tertentu, juga tangannya yang masih terlilit perban.

Mau tak mau Robin melayaninya, menyajikan alkohol sesuatu permintaan Jenar. Meski dia sedikit ragu.

" Lo udah mabuk." Celetuk Robin ketika melihat Jenar yang menelungkup kepalanya dia meja.

Sudah hampir tiga botol yang Jenar habiskan, tidak heran pria itu sudah mabuk. Robin menggelengkan kepala.

" Hebat juga juga nih anak, baru pertama kali tapi udah sanggup minum 3 botol." Gumamnya.

Jenar terdengar bergumam tidak jelas. Kesadarannya semakin hampir lenyap jika robin tidak membangunkannya.

" Woi. Bangun! Lo ga boleh tidur di sini." Robin mengutuk dirinya yang lupa tidak menanyakan nama atau data diri pemuda itu.

" Bego banget lo, bin!"

Masih kebingungan cara membangunkan Jenar, Robin mengedarkan pandangannya.

" Robin! Gue mau kayak biasa." Karena namanya di panggil, Robin terpaksa harus meninggalkan Jenar yang sendirian.

" Eh! Gue titip dia dulu sebentar." Ucapnya meminta tolong pada perempuan yang tak sengaja lewat.

Robin berlalu menuju tempat nya. Meninggalkan Jenar dengan gadis yang kebingungan.

Gadis itu menggaruk tengkuknya bingung, menatap Jenar yang terkapar, lalu ikut duduk di sampingnya.

" Kayak kenal." Gumamnya melihat jaket yang di gunakan Jenar.

" Jenar?"

•CORETAN JENAR KANURASANKARA•

Di kantor polisi, suasana yang bisa di bilang ramai namun juga sepi, tepatnya di ruangan Komisaris Jenderal Cristian Mahesa.

Paruh baya yang mendapatkan lambang pangkat tiga, dengan gaya khasnya yang berwibawa menatap bawahannya dengan serius.

" Brigadir Jay? Apa laporan yang kamu dapatkan bisa di pastikan keasliannya?" Tanya Komjen Cristian.

Brigadir muda yang bernama Jay dengan sikap sempurna nya menjawab dengan lantang. " Iya bisa, Jendral."

Komjen Cristian mengangguk, " Baiklah, bawa pasukan 02 dan datang lah ke lokasi. Saya akan menyusul dengan surat perintahnya." Putusnya.

" Siap Jendral. Saya akan mengirimkan lokasinya pada jendral."

Dua hari yang lalu Brigadir Jay, mendapat laporan terkait penggunaan obat-obatan terlarang di wilayah barat kota. Karena itu, sekarang dia akan memastikannya sendiri bersama pasukan yang lainnya.

Tanpa berlama-lama, Brigadir Jay mengumpulkan anggotanya dan berangkat menuju lokasi yang bertempatkan di sebuah bar kecil.

Sampai di lokasi, Jay dan anak buahnya mempersiapkan segalanya dengan baik. Rencana tak luput dengan drama yang akan mereka buat.

Penyamaran, mereka akan melakukan penyamaran terlebih dahulu. Salah satunya adalah Jay dan Tomi.

Jay menatap wajah mereka satu persatu dengan serius. " Kalian sudah siap?" Tanyanya.

Setelah mendapatkan anggukan, mereka keluar satu per satu dan melakukan tugas nya masing masing.

" Kapten, kita langsung masuk?" Tanya Tomi berbisik. Jay mengangguk tanpa menatapnya. Berjalan layaknya seseorang yang terbiasa masuk ke sana.

Sebelum masuk mereka di periksa satu persatu oleh penjaga. Di rasa cukup, keduanya di persilahkan masuk.

" Kita berpencar, kamu lihat sekitaran sana, dan laporkan jika ada sesuatu yang mencurigakan." Ucap Jay di kebisingan bar tersebut.

Tomi mengangguk paham. " Baik kapten." Dengan lincah pria itu berjalan di sela sela banyaknya orang.

Jay pun segera bergerak, matanya memeriksa satu persatu yang ada di sana tanpa terkecuali.

Earphone yang menempel di telinga nya tiba tiba bersuara. " Kapten! Saya menemukan transaksi ilegal."

Langkah Jay berhenti, kepalanya berputar mengedarkan pandangannya. Lalu tangannya dengan sigap mengambil pistol yang ada di sepatunya.

" Jaga pintu keluar, hubungi yang lain untuk menjaganya." Katanya mutlak.

Tanpa ragu, Jay mengangkat tangannya yang menggenggam pistol dan menarik pelatuknya hingga mengeluarkan bunyinyang kuat.

" Jangan bergerak. Bar ini sudah di kepung polisi." Ucapnya kuat membuat kericuhan semakin kuat.

Sekali lagi Jay mengeluarkan suara letupan yang kuat membuat mereka semua menjerit dan merunduk takut.

" Diam! Tiarap, dan jangan bergerak sedikitpun. Kalian semua akan ikut kami melakukan pemeriksaan di kantor polisi." Ancamnya.

Tak lama, bantuan datang dari komisaris. Satu per satu mereka di bawa ke kantor polisi untuk pemeriksaan.

Tidak ada yang terlewat satu pun, tak terkecuali Jenar dengan keadaan setengah sadar.

...-Bersambung-...

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!