Coretan Jenar Kanurasankara

Coretan Jenar Kanurasankara

One

" Yo wassup bro!" Gerombolan pemuda memasuki kamarnya. Namun itu tidak membuatnya mengalihkan pandangan dari play station di hadapannya.

" Gausah berisik. Adik gue lagi molor atau lo pada gue usir." Peringat nya. Sedangkan tangannya sibuk mengutak-atik stik game.

Salah seorang duduk di sampingnya. " Anjing! Main PS kagak ngajak lo Jen." Ucap Kaidar tiba tiba memukul punggungnya dengan kuat. Ia meringis, " Sakit bego."

" Tumben Jen libur gini diem di rumah. Gue pikir lo sakit, belum lagi lo gak ke tongkrongan semalam."

Celetukan suara yang kalem dari seorang Reno Handika. Meski kalem, dia juga sosok yang suka tiba tiba ngereog.

" Jenar aneh emang akhir akhir ini. Jangan jangan..." Jenar sang pemilik kamar menolehkan kepalanya menatap Kaidar dengan memicing.

" Jangan jangan apa ha? Mau gue tonjok lo?" Sangarnya.

Kaidar langsung ciut. " Halah, gaasik lo! Apa-apa pake otot ga gentle lo jadi cowok." Gerutunya.

" Menurut gue justru lebih gentle cowok ada ototnya, kalo enggak keliatan boti nya!" Singkat Jenar kembali menatap PS nya. Tapi dia sudah kalah, pria itu menggeram.

Lain dengan ketiga temannya, yang satu duduk di sofa namanya Reno. Pria itu sibuk memakan camilan milik Jenar bermaksud untuk menghabiskannya sambil melihat aksi lucu dihadapannya.

Lalu ada Randi Gumelar yang ketawa ngakak di kasur akibat tingkah Jenar dan Kaidar yang slalu bertengkar ketika bertemu. Satunya lagi bernama Raken Setiawan yang ketawanya tuh mood booster banget.

Terakhir ada Kaidar Anggasta yang tingkahnya selalu pecicilan dan ada saja tingkahnya yang membuat orang orang di sekitarnya kesal.

" Jen Jen." Panggil Kaidar ketika dia duduk di samping Reno dan menganggu pria itu dengan merebut makanan yang tengah di makannya.

" Apa?!"

" Wes kalem bro. Ayang Jatnika lagi bobok cantik ya? Gue bangunin boleh?" Jenar pemilik tubuh besar dan kekar itu berdiri, kaos putih dan kolornya mengartikan jika ia belum mandi sama sekali.

Jenar tersenyum manis menampilkan mata sipitnya menatap Kaidar.

" Boleh. Satu tonjokan cukup ga?"

" Gajadi!" Jerit Kaidar bersembunyi di balik tubuh Reno. Yang lainnya tertawa terbahak-bahak.

" Sini lo Kaidar binti Kaisar! Kita adu otot aja. Kalo menang lo boleh deketin adek gue."

Kaidar menggeleng mengangkat kedua tangannya, " Ga anjing! Gue becanda asli. Suwer, sumpah demi ****** ijo bapak Kaisar." Ucapnya.

Randi sampai memukul bantal menahan rasa sakit di perutnya akibat kebanyakan tertawa. " Pasti ****** bapak lo bau."

Jenar memilih duduk di samping Raken yang terbahak, menatap keempat temannya satu persatu. Bukan teman sih, soalnya Raken lebih tua satu tahun dari mereka.

" Ada urusan apa lo pada ke sini?" Jenar bertanya langsung. Reno menghentikan makannya,

" Gue sih ngabisin camilan lo ini. Heran gue, kenapa rasanya lebih enak dibanding gue beli di indoapril. Perasaan harganya sama aja."

Kaidar mengambil satu camilan, " Kenapa lagi kalo bukan karena gratis. Yang gak enak tuh di tinggal pas sayang sayangnya." Timpalnya.

" Mamang Jamal kemana Jen? Gue mau konsul, gara gara dia nyokap gue marah." Adu Randi.

Kondisi kamar Jenar sudah tidak bisa dikatakan baik baik saja. Banyak bungkus camilan yang berceceran, kasur berantakan yang dibuat oleh teman temannya itu.

" Emang kenapa nyokap lo bisa marah?" Tanya Kaidar sambil mengunyah.

" Kan gue ada bilang sama mang Jamal, kalo gue ada alergi sama kucing." Jelas Randi. Yang lainnya dia menyimak.

" Terus?" Reno menatapnya penasaran.

" Katanya kalo gamau alergi, makan aja ikan yang di bakar langsung pake garem. Gue turutin aja tuh kata-kata mang Jamal, lo pada tau kan di rumah gue ada akuarium yang ada di rumah gue?"

Jenar, Kaidar, Reno dan Raken mengangguk, pikiran mereka sudah dapat menebak apa yang terjadi.

" Lo ambil salah satu ikannya?" Tebak Reno. Randi menggeleng membuat mereka merasa aneh.

" Tunggu, jangan bilang.." Raken membelalak menatap Randi tak percaya.

Randi cengengesan ketika mendapatkan jitakan di kepalanya dari Raken. Kaidar menggerutu kesal melemparkan bantal pada mereka.

" Lanjutin woy! Terus gausah pake bahasa kalbu ngomongnya, gue kagak ngerti." Teriaknya. Reno membenarkannya, menatap Randi penasaran.

Lain dengan Jenar yang menatap tajam Kaidar, " Jangan berisik, anjing. Adek gue lagi tidur."

" Udahlah, jelasin jadi apa yang lo lakuin sama tuh ikan?" Reno menyelesaikan makannya. Randi tersenyum pongah.

" Gue masukin garam ke airnya, terus mau bakar ikannya di air. Tapi gue lupa kalo air sama api tuh ga bisa nyatu walau gue ada liat di kartun Spongebob ada api di rumahnya." Penjelasan Randi mendapatkan umpatan dari ketiga pria itu.

" Bodoh banget lo ndi! **** lo temen siapa sih?" Karena terlanjur kesal, Jenar memilih keluar dari kamar meninggalkan teman temannya yang riuh. Memang kebiasannya sih.

Pemuda itu berjalan menuju dapur, berniat mengambil minuman untuk mereka. Saat kembali dia menemukan sosok adiknya yang baru saja keluar dari kamar.

" Udah bangun dek? Sarapannya udah abang siapin." Ucapnya. Jatnika Lestari, gadis 15 tahun itu mengabaikan kakaknya dan berjalan menuju kulkas mengambil air dingin.

Jenar hanya bisa bersabar, pria itu kembali melanjutkan langkahnya. " Jangan ke kamar Abang ya, ada temen temen Abang disana. Kalo mau keluar jangan lama lama."

Jatnika bergumam menatap nasi yang tersaji di meja makan di lengkapi oleh lauk pauknya. " Siapa juga yang mau kesana. Mereka berandal semua termasuk Abang."

...•CORETAN JENAR KANURASANKARA•...

" Lo jadi ikut kan nanti malam?" Tanya Raken. Pria itu memangku gitar dan memainkan senarnya. Jenar mengangkat bahunya, merasa tidak yakin dengan jawabannya.

" Gue ga tau, adek gue dirumah sendiri. Mang Jamal sama Bi Rara lagi ke rumah kakek ada acara keluarga." Jelasnya.

Raken membelalak lebar, " Artinya ada bonyok lo disana? Emangnya ada acara apa?"

Jenar hanya tersenyum menampakkan gummy smilenya. Meski tubuhnya kekar dan berotot, pemuda itu memiliki gummy smile yang lucu.

" Gak tau sih bang, gue gak peduli juga." Ucapnya, dia memilih membuka ponselnya dan memainkan mobile legend dan bersiap menaikkan rank.

Raken menggeleng, kesukaan Jenar pada game itu sangat luar biasa. " Kalo mau ikut, chat gue aja. Biar nanti Reno yang jemput."

" Oke bang, lagian cuma beberapa langkah juga." Seloroh Jenar.

Sampai pukul 2 siang rumah Jenar berisik karena teman temannya itu, belum lagi mereka mengacau di ruang tengah dan menganggu Jatnika adik Jenar.

Akhirnya, setelah pengusiran paksa yang di lakukan Jenar mereka langsung pulang kerumahnya masing masing. Reno rumahnya tidak jauh dari sana, hanya beda gang saja.

Jika Kaidar dan Randi, mereka beda perumahan. Jaraknya sekitar 10 menit menggunakan sepeda motor dari komplek perumahan Jenar. Lain halnya dengan Raken yang tinggal di apertement sejak beberapa bulan yang lalu.

Pria itu memutuskan untuk tinggal di apertement semenjak masuk kuliah. Raken merasa lebih efektif karena apertement nya dekat dengan kampus sekolah nya.

" Jen! Jangan lupa nanti malam ikut ya." Teriakan dari Kaidar yang duduk anteng di jok belakang motor Randi.

" Berisik Kai! Lo ga malu di liatin banyak orang?" Sungut Randi.

" Kagak lah. Secarakan gue ganteng." Sombong Kaidar, " ganteng enggak, mirip monyet iya." Decih Randi menarik tuas gas dan memberikan klakson sebelum benar benar pergi.

" Kalo enggak ikut, Si sindy buat gue." Ucap Reno keras melambaikan tangannya.

Jenar berdecih kesal menatap kepergian teman temannya, pemuda itu menutup pintu setelah memastikan mereka sudah pergi.

Tumitnya berputar dan kakinya mulai melangkah menuju kamar adiknya memastikan keberadaan gadis itu.

Sebelum masuk, Jenar mengetuk pintu. " Dek?"

Kondisi kamarnya sedikit berantakan karena beberapa cat dan kanvas berserakan. Jenar memasuki kamar bernuansa modern itu. Hampir setiap dinding di penuhi oleh kanvas yang sudah di beri coretan tangan yang memiliki ragam bentuk oleh Jatnika.

" Ngapain?" Tanya Jatnika kesal melihat Abangnya ada di kamarnya.

Gadis berusia 15 tahun itu baru saja pergi ke kamar mandi di dapur. Jatnika masih kesal karena dirinya di ganggu oleh teman teman kakaknya.

" Lagi ngelukis ya? Mau dong Abang di jadiin model lukisannya." Ungkap Jenar sambil bergaya.

Jatnika bergumam kesal, " Gak bisa, catnya habis." Ketusnya.

Jenar membaringkan tubuhnya di kasur sang adik. " Yaudah nanti Abang beliin yang banyak."

Jatnika mengacuhkannya dan memilih membereskan kamarnya yang berantakan. Jenar menatap plafon kamar sang adik yang di nampak polos.

Keadaan hening kecuali suara grasak-grusuk yang di timbulkan oleh Jatnika. Jenar memejamkan matanya perlahan.

" Abang nanti malam ada acara, besok siang pulangnya. Kamu gak papa Abang tinggal sendiri?" Tanya Jenar setelah sekian lama mengumpulkan niat.

Jatnika berdehem pelan. " Pergi aja. Gausah pikiran aku." Balasnya singkat.

" Udah awas! Kalau mau tidur dikamar aja sana. Jangan disini!" Jenar membuka matanya dan bangkit dari tidurnya menatap adiknya yang menatap dirinya kesal.

" Beneran gak papa?" Tanyanya lagi memastikan. Jatnika berdecak.

" Yaudah aku pulang aja ke rumah kalo Abang khawatir aku sendirian." Rajuk nya.

Jenar membelalak, " Jangan! Yaudah iya, maaf jangan pulang ya." Dia memegang tangan Jatnika sambil memelas.

Jatnika menepisnya dan mengerutkan kening, " Emangnya kenapa sih? Abang selalu aja larang aku pulang."

Jenar menatap adiknya dengan dalam, bibirnya tertutup rapat. Pria itu berdiri dan mengelus puncak kepala adiknya sebelum pergi.

Jatnika menatap kepergian Abang nya dengan sendu, " Tuh kan. Abang lagi lagi sembunyiin dari aku." Gumamnya.

...-Bersambung-...

...Update setiap hari Minggu🤗...

Terpopuler

Comments

Tahubulat8

Tahubulat8

di kata Spongebob apa😭

2023-05-22

1

Tahubulat8

Tahubulat8

gratis mah gitu ya

2023-05-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!