Deru mesin motor saling bersautan sepanjang jalan yang mereka lalui. Hari ini adalah hari berdirinya kumpulan remaja yang secara tidak sengaja bertemu 2 tahun yang lalu.
Di ketuai oleh seorang Raken Setiawan yang beranggotakan 7 anggota inti dan 23 anggota secara keseluruhan. Karena itu, saat ini mereka hendak merayakannya dengan mengadakan acara tour ke Villa di puncak, Bogor.
Seharusnya, mereka melakukan perjalanan ini dari kemarin agar mereka dapat menginap dua hari, namun tidak bisa karena ketidakhadiran beberapa anggota lainnya. Hari inipun hanya ada 10 orang yang ikut, yang lainnya sibuk dan ada kegiatan lain. Tidur misalkan.
Sudah pukul 9 malam dan sebentar lagi mereka akan sampai, sebelum itu mereka juga sudah menyiapkan hal yang perlu mereka siapkan untuk kegiatan di sana.
Seperti makanan dan pakaian.
Rencananya, mereka mau barbeque daging sapi dan jagung serta makanan yang lainnya. Untungnya mereka punya chef muda yang dapat di andalkan. Reno dengan tangan ajaibnya yang selalu dapat membuatkan makanan terasa jadi sangat enak.
" WOI KAIDAR! Tungguin si Chandra, dia masih di belakang gatau jalannya." Teriak Reno dari balik helmnya. Jenar yang mengemudi didepan memberikan klakson membuat Kaidar menoleh.
Jenar melajukan motornya mendekati motor Kaidar. " Kenapa Ren?" Tanya Randi yang duduk di jok belakang Kaidar.
" Chandra sama Andy masih di belakang. Tuh anak gatau jalannya." Ucap Reno diangguki oleh Kaidar dan Randi.
Kaidar melajukan motornya mendekati yang lainnya, dan berteriak memandu agar memelankan laju motornya. Pria itu membawa motornya mendekati sang ketua yang berada di paling depan.
Tidak sampai satu jam, rombongan motor tersebut sampai di sebuah villa milik orang tua Raken. Setelah memarkirkan motornya di tempat yang aman, mereka mengambil barang barang yang mereka bawa masuk ke dalam villa tersebut.
Villanya sederhana, memiliki 4 kamar dan ruang tengah serta dapur yang komplit dengan kamar mandinya. Ada kolam renang juga di belakang Villa.
Beberapa pemuda masuk ke belakang villa dan bersiap berenang. Padahal udara terasa dingin, tapi mereka malah tertawa riang memasuki kolam dan saling bercanda.
Lain dengan Reno, Raken dan Kaidar mereka sibuk menyiapkan barbeque di depan villa. Sedangkan Jenar dan Randi di bantu oleh Chandra dan Andy sibuk menyiapkan tempat tidur. Yah, sesuka itu mereka rebahan.
" Gue ga mau tidur disini ya bang. Gue mau sama Andy di kamar yang ada di sana." Ucap Chandra sambil menunjuk salah satu kamar dengan dagunya.
Jenar menyerngit, " Terserah. Bilang aja sama yang punya Villanya." Balasnya. Randi menggelar karpet besar di tengah.
" Tapi kalian bukan mau gitu kan?"
" Gitu gimana bang?" Bingung Andy.
Chandra berteriak begitu tersadar, " Bukan lah! Sekata kata lo bang. Kita masih normal ya."
" Biasa aja lah, gue cuma wanti wanti aja. Gak elit ada anggota kita yang homoan." Cetus Randi sambil terkekeh. " Tapi emang Andy keliatan kayak boti juga, polos polos gitu." Sambungnya.
Andy tersadar akan pembicaraan nya." Astaghfirullah bang! Gue aduian sama bang Raken nih! Bang!" Pria tinggi namun berotak polos itu pergi dari sana karena merajuk.
" Udah-udah, buruan bantuin gue nih." Ucap Jenar merapihkan karpet karpetnya.
Chandra mencebik. " Iya iya."
Acaranya terus berlangsung, daging bakarnya sudah hampir siap. Randi dan anak lainnya bermain kartu menunggu makanannya masak, selain itu ada yang bermain game seperti Jenar dan Andy yang tengah duel.
" Awas njing! Itu di kiri kiri. Tuh bawah pohon."
" Bang lo gimana sih, cepet bantuin gue dong."
Reno menatap mereka yang bersantai ria dengan garang, tangannya berkacak pinggang.
"Woi! Jangan diem doang napa. Bantuin kita dong yang masak, kalau engga jangan ambil jatah kalian." Teriaknya menggema.
Sontak mereka terkejut, sampai sampai ada yang tersedak kuaci. Alih alih menurut mereka semua malah mengabaikannya. Reno menggeram tertahan.
Raken datang dengan senampan daging yang sudah di bakar. " Udahlah Ren. Gausah marah marah, mending kita makan. Udah selesai juga." Ucapnya menenangkan.
" Bener tuh, bang Raken emang terbaik." Chandra berteriak di sahuti yang lainnya.
Jenar membanting kan ponselnya dan meloncat ke karpet menuju makanan. " Wih udah siap nih," tangannya mencomot satu di ikuti yang lainnya.
" Wis wis, tak poto dulu," ucap Randi mengangkat tinggi tinggi ponselnya.
Malam itu adalah malam yang menyenangkan bagi anggota Anak Krakatau. Aneh sekali nama gengnya, tidak ada unsur kerennya sama sekali.
Bahkan Jenar juga sangat menikmatinya, tanpa tahu ponselnya terdering menampilkan nama adiknya yang terus menghubunginya.
...• CORETAN JENAR KANURASANKARA•...
...
...
Tidur Raken terganggu akibat suara ponsel yang berdering dengan kuat. Pria itu merasa raba kasur di dekatnya. Tapi tangannya malah memegang sesuatu seperti hidung seseorang.
Pria itu membuka matanya, mendapati Kaidar tidur di sampingnya dengan memeluk guling. Deringan ponsel lagi membuat Raken bangun mencari ponselnya.
Di balik bantal, Raken menemukan ponselnya. Ibu Reno menelpon, tangannya langsung menekan tombol hijau.
" Assalamualaikum, Tante."
"..."
" Oh, ada. Jenar kayaknya masih tidur Tante, ada apa ya?"
Raken menyerngit heran, aneh sekali ibunya Reno menelpon menanyakan keberadaan Jenar.
"..."
" Kemalingan? Terus Jatnikanya baik baikkan tan?" Tanya Raken khawatir.
"..."
" Alhamdulillah, syukur kalau begitu. Yaudah Raken bilang sama Jenar, makasih ya Tante."
"..."
" Iya tante, waalaikumsalam." Raken langsung berlari keluar dari kamar setelah memakai bajunya. Dia menvari keberadaan Jenar.
" Jen." Raken menggoyangkan tubuh Jenar yang tertidur di sofa. Tak menyerah pria itu sekali lagi membangunkan Jenar.
" Jenar! Bangun!" Teriaknya.
Berhasil, bukan hanya Jenar namun yang lainnya juga ikut terbangun beberapa.
" Eugh... Kenapa bang?" Jenar mengucek matanya menatap jam dinding yang menunjukkan pukul 8 pagi. Wajah Raken nampak tidak baik.
" Jatnika, Jen. Hp lo dimana?" Tanya Raken. Jenar mengedarkan pandangannya, " Gatau bang, gue lupa lagi. Kenapa emang? Terus Jatnika kenapa?"
Pria sipit itu nampak masih mengumpulkan nyawanya, dia mengerjap beberapakali dan menguap pelan.
" Rumah lo kemalingan! Buru balik." Ungkap Raken tak sabar membuat Jenar terdiam sebentar.
Setelah kesadarannya semakin banyak, Jenar mengumpat bangkit mengambil kunci motornya. Pria itu langsung berlari keluar menuju kumpulan motor.
" anjing! Motor siapa ngalangin banget bangs*t!" Umpatnya menendang motor yang menghalanginya.
Pria itu di landa kepanikan, dia langsung mengeluarkan motornya dan melakukannya meninggalkan Raken yang memanggil-manggil namanya.
" Ada apa bang?" Tanya Randi baru saja bangun.
Raken terengah-engah, " Rumah Jenar kemalingan, kita balik sekarang." Titahnya.
" Apa?!" Teriak Kaidar menggema, pria itu langsung keluar mendatangi Raken. " Yang bener bang?!" Tanyanya menatap Raken dengan menuntut.
" Udah! Lebih baik kita balik dulu, kejar bang Jenar." Usul Chandra.
" Iya, takutnya dia kenapa-napa. Bang Jenar kalo udah ngomongin adiknya pasti suka paling heboh." Timpal Andy.
Akhirnya setelah kerusuhan yang terjadi, mereka memutuskan untuk segera pulang. Menyusul Jenar yang mengebut tanpa kendali.
Berulang kali pria itu menerobos lampu merah dan hampir menabrak pengendara lain. Jantung Jenar berdetak kuat, rasanya hampir meledak.
Pikirannya terus tertuju pada sang adik. Pria itu kembali menaikkan kecepatannya, rasa cemas terus menghantuinya.
" Abang minta kamu baik baik aja, dek. Abang mohon." Batinnya terus memanjatkan doa demi keselamatan Jatnika.
Tak sampai tiga jam, motor Jenar memasuki kompleks perumahannya. Disana ada banyak orang, termasuk mobil polisi yang terparkir di depan rumahnya.
Jantungnya berdebar semakin menggila, rasanya sangat tidak sanggup menghadapi hal hal buruk yang ada di hadapannya. Jenar memarkirkan motornya asal asalan, turun dan membuka helmny lalu melemparkannya ke sembarang arah.
" Adek!" Teriaknya berlari masuk kedalam. Keadaan rumahnya sangat kacau. Ada garis polisi yang dibentangkan di pintu rumahnya.
" Tunggu mas, anda tidak boleh masuk." Salah satu petugas polisi menahannya. Jenar menepis, ia menatap tajam polisi itu.
" Adik saya ada di dalam pak! Biarkan saya masuk," ucapnya dengan nyolot.
Terjadi adu cekcok, petugas itu tidak membiarkan Jenar masuk.
" Jatnika! Maafin Abang!" Teriak Jenar frustasi. Dia jongkok mengacak-ngacak rambutnya dan menariknya dengan keras hingga helaian rambut hitam rontok.
" Pak, biarin aja dia masuk. Dia kakaknya," Ucap salah satu tetangganya.
" Maaf pak, kami tidak bisa melawan perintah dari atasan."
" Nak Jenar, bangun ayo. Neng Jatnikanya tadi di bawa ke rumah pak Theo sama Bu Rain." Ucapnya membuat Jenar langsung bangkit.
Pria itu mengusap air matanya. " Adek saya ada di rumahnya Reno pak??" Tanya Jenar memastikan. Begitu mendapatkan anggukan, Jenar lantas berlari menuju rumah temannya.
Tidak sampai melewati 4 rumah, Jenar sampai di rumah dua lantai itu, dia membuka pagar dan langsung mengetuk pintunya.
" Tante! Assalamualaikum! Tante!" Teriaknya.
Ketika knok pintu bergerak, Jenar memundurkan tubuhnya memberi jarak. Begitu pintu terbuka, nampaklah wajah adiknya yang sembab.
Jantung Jenar mencelos. " Dek..." Panggilnya lemah. Pria itu berkaca kaca menatap penampilan adiknya yang tidak bisa di katakan baik baik saja.
Jatnika hanya diam. Menatap abangnya dengan sorot yang dingin, kemudian tangannya tergerak untuk segera menutup pintu. Akan tetapi sebelum pintu benar benar tertutup, Jenar menahannya terlebih dahulu menggunakan tangannya.
" Dek. Maafin abang."
Suara Jenar bergetar. Pria itu tidak langsung membukanya namun menahannya tetap seperti itu. Tangannya terkepal kuat,
" Ini salah abang."
" Seharusnya abang gak pergi, seharusnya abang temenin kamu di rumah. Seharusnya abang diem di rumah, abang.." Jenar menelan salivanya dengan susah, pria itu menanggahkan kepalanya berusaha menahan air matanya.
" Maaf dek."
...__________________...
...Kasian Jenar, yang sabar yaa....
...Jangan lupa like dan koment...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 20 Episodes
Comments
Tahubulat8
Andi yang polos
2023-05-22
1