six

" Hai Jen. Nih, gue beliin minum buat lo."

Jenar yang baru selesai menyelesaikan hukumannya menepi ke sisi lapang, tapi tiba tiba Chindy datang bersama temannya dengan membawa sebotol air dingin yang disodorkan kepadanya.

" Oh, makasih." Ucap Jenar lantas menerimanya, kebetulan sekali dia juga sedang haus.

Tangannya membuka botol dan langsung menegaknya di hadapan kedua gadis itu. Dapat dilihat jakun Jenar yang naik turun itu sangat menggoda iman.

Di tambah keringat yang mengalir di sekitaran wajahnya. Ketampanannya semakin bertambah di mata dua orang itu. Bahkan beberapa pasang mata lain juga ikut melihat.

" Iya sama sama. Btw lo kesiangan ya, tumben lho biasanya lo dateng pagi." Chindy mengajaknya bicara, Dela yang peka memilih pamit pergi karena suatu alasan.

" Yaudah nanti gue susul." Ucap Chindy melambai pada Dela. Jenar memperhatikan gadis berambut hitam itu.

" Lo gak ikut olahraga?" Tanya Jenar menyerahkan botolnya yang sisa setengah.

" Bagi gue!" Reno tiba tiba datang merebut paksa botol tersebut hingga beralih ke tangannya. Pria itu terengah engah sambil minum.

Raut wajah Chindy seketika berubah. Namun secepatnya dia sembunyikan.

" Lo udah selesai?" Tanya Jenar menatap aneh pada Reno. Hukumannya berbeda dua kali lipat tapi Reno sudah selesai saja.

Reno cengengesan, " belum lah! Gue cape tau mau minum bentar. Btw makasih ya sin!"

Chindy memaksakan senyum, " Gue duluan ya, udah mau di panggil." Pamitnya. Jenar mengangguk begitu pula Reno yang menatap punggungnya dengan memicing.

" Ngapain dia deketin lo?!"

" Lo pikir gue cenayang?" Jenar memilih masuk ke kelasnya seraya meninggalkan Reno di tempat.

Reno merenung, menatap Chindy yang berbaur dengan temannya. " ada yang aneh sama tuh cewek." Gumamnya.

Kakinya melangkah mengikuti jejak Jenar, namun suara berat pak Bromo menghentikan aksinya.

" Reno! Selesaikan hukumannya sebelum bapak panggil orang tua kamu."

Mengambil sikap sempurna dan menghormat layaknya seorang angkatan tentara, Reno menatap pak Bromo yang menyorot tajam.

" Siap pak."

Tak terasa jam istirahat ke satu telah tiba. Biasanya banyak yang meluangkan waktu untuk makan siang, karena jam istirahat kedua di gunakan untuk salat duhur.

Begitu pula dengan Kaidar dan kawan kawan. Di SMA Dharma 2 terdapat dua kumpulan anak anak yang bisa dibilang anak nakal.

Yang pertama ada Anak Krakatau, jumlah anggotanya tidak mencapai angka kepala tiga. Mereka nakal namun tidak berlebihan. Di sekolah ini hanya ada 20 orang yang merupakan anak Krakatau. 3 orang lainnya ada di luar sekolah.

Tidak ada anggota inti atau apapun layaknya geng lain. Mereka semua sama kecuali pak ketua yang tak lain Raken, beliau yang paling tua diantara mereka. Namun tidak mengurangi rasa pertemanan mereka.

Lalu sebagian dari mereka adalah adik kelas yang merupakan kelas 11. Tidak ada anarkisme diantara mereka, tidak memandang kasta atau pun kekurangan mereka.

Karena itulah, Anak Krakatau kerap di tertawakan oleh anak Black Shadow.

Black Shadow. Kumpulan anak yang keluarganya mentri-mentri, pejabat dan pengusaha sukses. Mereka kumpulan anak elit kalo kata Kaidar mah.

Anggota hampir ratusan. Dan aksi mereka hanyalah mengikuti gaya dan keinginan. Maksudnya mereka lebih sering melakukan pertemuan di hotel bintang lima, arisan, atau lainnya.

Menguras uang saja, itu kata Randi. Tapi anak Black Shadow selalu membanggakan bagi sekolah. Mereka selalu melakukan penggalangan dana bagi anak anak panti asuhan, panti jompo atau bagi yang terkena bencana.

Iya sih baik, tapi kan bagi seukuran anak SMA yang masih belajar mereka mana punya uang kecuali minta dari orang tua. Atau ada yang memang sudah punya usaha.

Black Shadow dan Anak Krakatau tidak bermusuhan, tapi tidak juga berhubungan baik. Terkadang mereka kerap bertengkar layaknya anak kecil karena hal sepele.

Seperti tempat. Di kantin ada dua tempat dimana bersarangnya dua kelompok pemuda itu. Mereka pernah bertengkar karena hal itu.

Anak BS ingin duduk di tempat yang biasanya di duduki oleh Anak Krakatau. Terjadi lah pertengkaran yang membuat guru BK bertindak.

Setelah berunding lama, akhirnya mereka semua menyetujui bahwa tempat anak Krakatau ada di sebelah Selatan sedangkan anak Black Shadow di Utara.

" Kala ku pandang kerlip bintang nun jauh di sana." Kaidar menabuh meja di kantin.

Riuh sudah biasa, setiap kali ada anak Krakatau kantin selalu penuh dan berisik. Kaidar biang keroknya.

" Sayup kudengar melodi cinta yang menggema."

Randi bernyanyi menimpali, sambil memegangi sendok layaknya mikrofon.

" Terasa kembali gelora jiwa mudaku." Chandra pemilik suara cempreng untuk seorang laki laki itu bernyanyi.

" Karena tersentuh alunan lagu semerdu kopi dangdut."

Terakhir mereka bernyanyi bersama diikuti anak yang lainnya.

" Eaa!!" Teriak mereka bersamaan sambil tertawa bersama.

" Api asmara yang dahulu pernah membara."

Tak usai, mereka melanjutkannya di mulai dari Andy. Kaidar semakin kuat menabuh meja dan ketukannya mengikuti suara Andy.

" Semakin hangat bagai ciuman yang pertama

Detak jantungku seakan ikut irama

Karena terlena oleh pesona alunan kopi dangdut."

" Irama kopi dangdut yang ceria

Menyengat hati menjadi gairah

Membuat aku lupa akan cintaku yang telah lalu."

" Api asmara yang dahulu pernah membara

Semakin hangat bagai ciuman yang pertama

Detak jantungku seakan ikut irama

Karena terlena oleh pesona alunan kopi dangdut."

Untuk seseorang yang benci keramaian, Jenar dan Reno diam saja menatap mereka yang bercanda ria.

" Bang Jenar sama bang Reno kenapa dah? Gak biasanya?" Dion bertanya heran. Kaidar menoleh pada dua makhluk yang duduk saling berhadapan itu.

" Biasa, mereka habis putus cinta." Selorohnya. Reno menahan kedutan bibirnya yang ingin mengumpati wajah tengil itu.

" Diem lo kampret."

" Wiss, kalem bang. Tapi Jenar aneh gak si?" Kaidar menatap intens pemilik gummy smile itu.

" Apa?" Yang ditanya menaikkan alisnya, " apa? Lo bilang apa? Wah aneh nih." Kaidar bangkit dari duduknya membuat atensi tertuju padanya.

" Ada bah dukun, sedang ngobatin pasen nya." Dengan suara peliknya, Kaidar bernyanyi sambil mengarahkan kedua tangannya di atas kepala Jenar.

" Konon katanya, sakitnya karna di guna guna."

Yang lainnya ketawa karena aksi berani Kaidar. Lain dengan Jenar yang menepis tangan pria tengil itu dan mencebik kesal.

Tak berhenti, Kaidar malah menyeruput tea juice nya dan kembali melantunkan lagunya.

" Dengan segelas tejus, lalu pasen di sembur."

Ptff-

wush

" Bwahahaahaha..."

Tawa mereka bergema. Baik Randi, maupun Reno mereka tertawa menatap wajah masam Jenar yang mendapatkan semburan dari Kaidar.

" Anjing lo Kaidar!" Umpat pemuda itu mengusap wajahnya yang di penuhi air liur Kaidar.

" Sorriin anjir, kirain gak keluar. Gue udah telen semua perasaan." Ringis Kaidar bangkit dari duduknya menjauh dari jangkauan Jenar.

Dia takut sekali. Apalagi tatapan Jenar seperti mau menelannya hidup hidup.

" Gue bengek njir." Chandra memukul meja dengan wajahnya yang memerah akibat tertawa.

" Lagian gue heran, kenapa bang kai sering ganggu bang Jenar?" Celetuk Andy.

Reno menggeleng, mengusap Randi yang bersandar di bahunya akibat kelelahan tertawa.

" Kalian nanti mau ke tongkrongan kan? Bang Raken udah nge chat di grup katanya ada yang mau dia bilang nanti." Reno memberitahu.

Mereka semua mengangguk, " Emangnya ada apa bang? Tumbenan bang Raken kayak yang serius gitu." Suara Dion mengudara, mewakili rasa penasaran yang semua orang rasakan.

Reno mengangkat bahunya, " gue juga gak tau. Nanti juga bakal tau, datang aja terus jangan telat."

Jenar berdehem, " gue datangnya telat, mau jemput adek gue dulu."

Mendengar itu Kaidar duduk menatap Jenar dengan berbinar.

" Gue ikut ya? Mau lihat sekolah ayang beb gue gimana. Jangan jangan dia punya pacar." Katanya seraya tersenyum manis, tapi Jenar jijik melihatnya.

" Butuh berapa tonjokan?"

Kaidar kembali menutup mulutnya, berdesis kesal.

" Protektif banget jadi abang lo, jen. Gak like gue." Ketusnya.

Jenar menatapnya malas, " bodo."

Lagi lagi anak Krakatau tertawa dengan tingkah keduanya.

...•CORETAN JENAR KANURASANKARA•...

Yang di bicarakan mereka tengah sibuk memakan makan siangnya yang di siapkan oleh abang kesayangannya. Memang, biasanya juga selalu di buatkan oleh Jenar.

Galang, tiba tiba datang ke mejanya dan menaruh tote bag di mejanya lalu mengucapkan kata kata yang biasa dia lontarkan pada Jatnika.

Awalnya Jatnika berniat memberikannya pada Aura temannya, namun melihat kotak dengan selembar kertas berisi coretan didalamnya membuat nya mengurungkan niatnya.

To Ika kesayangan abang

Mungkin abang gak bisa jadi sosok orang tua yang baik buat adek, tapi abang pikir abang bisa jadi abang yang terbaik buat adek♡

Dari bang Jenjen

Senyum kecil muncul di wajah ayu Jatnika. Gadis itu terkekeh kecil mengambil kotak makan tersebut. Lalu keningnya berkerut mendapati satu kotak lagi dengan secarik kertas kecil.

Pulangnya abang jemput ya, gak boleh nolak!

Kue pukisnya abisin, abang beli baru ini.

Hehe.

" Hayo lho, liatin apa sampe senyum senyum gitu." Ucap Aura mengejutkannya. Jatnika mencebik, " bukan apa apa."

" Eh, itu dari Galang ya?" Aura memperhatikan kotak makannya, gadis belia itu tersenyum malu.

" Ih, Galang perhatian banget. Aku sebagai temen kamu dukung kamu sama galang-"

" Apa sih! Ini dari abang aku tau!" Sela Jatnika memotong perkataan Aura yang berfikir kemana mana.

" Oh dari abang. Eh, kok bisa ketinggalan gitu? Kamu berangkat sama siapa dong?" Aura berkerut kening, menatap heran Jatnika.

Jatnika menghela, " Aku sekarang tinggal sama ayah, jadi nggak bareng Abang lagi."

Aura terkejut mendengarnya. Setahunya temennya ini sudah bersama abang nya sejak kecil di rumah paman bibinya.

" Kok bisa? Terus abang kamu masih di rumah paman kamu?" Jatnika mengangguk.

Memilih membuka kotak kecil itu dan melahap kue pukisnya merasakan kelezatan yang ia dapat.

" Tapi kamu sekarang senang udah bisa tinggal bareng ayah kamu?" Tanya aura pelan pelan. Takutnya melukai hati Jatnika.

Jatnika menyelesaikan kunyahan di mulutnya sebelum menjawab, " Iya, dia baik banget. Aku gak tahu apa yang bikin abang kayak benci banget sama ayah." Lirihnya.

Aura menepuk punggungnya beberapa kali, menenangkan temannya.

" Gak papa. Nanti kamu bujuk aja, lama lama abang kamu luluh juga. Kamu deketin aja ayah sama abang kamu." Saran aura. Jatnika memikirkannya, benar juga perkataan aura.

" Iya sih, tapi gimana caranya?" Bingung Jatnika.

Dia dan aura nampak berfikir. Keduanya sama sama memikirkan cara yang bagus.

" Eh, sini deh aku bisikin." Ucap Aura tersenyum kala mendapatkan ide yang cemerlang menurutnya.

Patuh, Jatnika mendekatkan telinganya dan mendengarkan dengan sigap.

" Gimana?" Tanya Aura tersenyum senang. Jatnika mengangguk, " Iya bisa. Aku bakal coba nanti. Makasih ya."

Senyum terpatri di wajah Jatnika gadis itu tengah membayangkan apa yang akan terjadi kedepannya.

Tak terasa, jam pulang sudah terlewat. Jatnika dan aura bersiap untuk pulang. Sebelumnya dia melakukan piket harian terlebih dahulu, karena sekarang jadwalnya untuk piket.

Aura mengatakan dirinya duluan karena ibunya sudah berada di luar menjemputnya. Jatnika mengangguk, segera menyelesaikan piketnya.

" Cha, aku udah ya nyapunya. Aku duluan."

" Iya, hati hati ka."

Jatnika mengambil tasnya dan menyampirkannya di punggung, kemudian mengambil langkah menuju parkiran diluar.

Untung kelasnya tidak terlalu di bagian dalam, jadi hanya beberapa langkah saja dia sudah sampai di gerbang.

Gadis itu mengedarkan pandangannya, tidak mendapatkan keberadaan sosok abangnya ataupun motor abangnya. Jatnika menghela nafas, memilih berjalan menuju parkiran.

" Abang mana ya, kok lama." Gumamnya pelan.

Suara klakson mengalihkan perhatian, Jatnika langsung sumringah. Namun melihat motor yang bukan milik abang nya membuat senyumnya langsung luntur.

" Belum pulang, ka?" Pria itu Galang, dengan motor beat bertanya kepadanya.

" Belum, kenapa kamu belum pulang?" Herannya.

Galang gelalapan. " Oh, kebetulan tadi abis kumpulan dulu."

Jatnika membulatkan mulutnya di ikuti suara oh yang panjang.

" Mau nebeng?" Tawar Galang dengan harapan gadis itu menyetujuinya. Sayangnya, Jatnika menggeleng sebagai jawaban.

" Aku lagi nunggu abang." Katanya. Galang mendesah kecewa.

" Neng." Suara seseorang membuat kedua kepala itu tertoleh. Seorang pria paruh baya dengan seragam hitamnya tersenyum kearah mereka.

" Siapa ya, pak?" Tanya Jatnika sopan. Kening Galang mengerut bingung.

" Saya Jono non. Tuan suruh saya untuk jemput non ke sekolah. Beliau bilang, maaf gak bisa jemput non karena beliau sibuk di kantor. Non pulangnya sama saya, mobilnya disana." Ucap Pak Jono ramah. Jatnika mengerut tidak suka.

" Aku pulangnya mau sama abang. Bilang aja sama ayah, aku pulangnya sore."

Pak Jono tersenyum, namun wajahnya mengguratkan kecemasan.

" Tapi non, tuan bilang-"

" Dia pulang sama saya mang. Mang Jono pulang aja, bilang sama tuan mang anaknya lagi sama saya."

Suara dalam menyeruak, sebuah tangan menepuk bahu mang Jono membuat paruh baya itu sedikit terkejut.

" Abang!"

...-Bersambung-...

Terpopuler

Comments

Tahubulat8

Tahubulat8

segelas tejus dong 😭

2023-05-29

0

Tahubulat8

Tahubulat8

azeekk

2023-05-29

0

Tahubulat8

Tahubulat8

buset anak Krakatau itu nama gunung kan?😭

2023-05-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!