Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, yanktie mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
Wayan langsung memasuki kamar Ayya, dia memeriksa putrinya yang tak bisa dia bangunkan.
"Sukmaaa," panggil Wayan.
"Sukma sedang salat Tuan," jawab bu Lastri masuk kamar Ayya tergopoh-gopoh.
"Bu bilang pak Saino siapkan mobil dan ibu siapkan satu pasang baju ganti Komang. Saya bersiap bawa dia ke dokter," Wayan panik karena Komang tak merespon diriya.
"Sukma, ditunggu Bapak untuk bawa de Komang ke rumah sakit," Lastri menyampaikan pesan Wayan pada Sukma.
"Memang Ayya kenapa? Kenapa harus dibawa ke rumah sakit?" Sukma kaget saat Wayan berinisiatif membawa Komang ke rumah sakit.
Dewi tak peduli saat Wayan menggendong Komang diikuti Sukma yang terisak.
\*\*\*
"Ayya kenapa Mas? Memang dia kenapa koq dibawa ke rumah sakit?" Tanya Sukma sedih saat mereka sudah di mobil yang disopiri pak Saino.
"Kamu tenang sayang. Aku hanya curiga dia diberi obat tidur. Walau ngantuk seperti apa pun Ayya enggak pernah *no respon* seperti sekarang," Wayan mengecup kening Sukma. Dia peluk kedua perempuan yang dia kasihi itu.
\*\*\*
"Siapa yang bersamanya seharian ini?" Tanya dokter.
"Tantenya, tadi sejak pulang sekolah dia dibawa tantenya jalan-jalan," sahut Wayan. Tak mungkin dia bilang dibawa ibu anak itu lalu sang ibu memberinya obat tidur.
"Putri Bapak mengkonsumsi makanan atau minuman yang ada obat tidurnya, mau diinfus atau ditunggu hingga pengaruh obat hilang sendiri?"
"Yang terbaik bagaimana Dokter?" Tanya Sukma.
"Sebenarnya tanpa infus dia sadar bila pengaruh obat tidur habis. Kalau diinfus dia akan ditusuk nadinya dan harus menginap sini. Memang jadi lebih cepat hilang pengaruh obatnya," jawab dokter.
"Saya bawa pulang saja Dokter. Kasihan kalau dia harus diinfus," putus Sukma.
\*\*\*
"Kenapa nggak dirawat aja sayang?" kata Wayan pada Sukma mendengar keputusan kekasih hatinya itu.
"Mas kalau dia harus diinfus dia pasti akan rewel malah nanti nangis njerit-njerit begitu tahu tangannya diinfus." Sukma memberi alasan logis mengapa dia memilih putrinya dibawa pulang saja.
"Baik kita bawa pulang saja," Wayan mengalah. Pilihan Sukma dia anggap yang terbaik.
"Baik Dokter saya ikut istri saya saja," kata Wayan.
"Ini resepnya ya Bu, Pak besok segera diberikan begitu Adik kecil bangun."
"Langsung diberikan yang sirup ini pertama karena ini penawarnya."
"Berikan langsung setengah botol begitu dia bangun, lalu berikan lagi empat jam kemudian setengah botol lagi."
"Yang lainnya hanya vitamin."
"Baik Dok," jawab Wayan sambil menerima resep.
\*\*\*
"Kalian enggak usah pulang ya? Kita nginep di rumah ibu aja." Wayan menawarkan Sukma agar tak usah kembali ke rumah Dewi.
"Bagaimana mungkin bisa? Ayya dan aku enggak bawa baju," bantah Sukma.
"Itu hal kecil. Besok pagi kamu bisa belanja di pasar bersama ibu." Jawab Wayan.
Mertuanya Wayan memang membangunkan usaha untuk Wayan di Gianyar karena Wayan asli Gianyar bukan Denpasar.
"Tapi nanti Bu Dewi nggak apa-apa?"
"Memang dia pernah peduli?"
"Ya bukan peduli atau enggak, tapi kalau kita nggak pulang semua apa enggak dipertanyakan?" kata Sukma.
"Bilang aja kita nginep di rumah sakit. Memang dia mau peduli lalu datang ke rumah sakit melihat anaknya?"
Sehabis menebus resep mereka langsung meluncur ke rumah orang tuanya Wayan. Tentu saja kedua orang tuanya kaget mendengar cerita Sukma bahwa hari ini tumben Dewi meminta dia yang jemput Ayya, lalu pulang sore Ayya sudah tak sadar dalam gendongan sopirnya Dewi.
"Coba Wayan kamu tanyalah sama sopirnya Dewi mereka ke mana aja dan ngapain aja," saran bapaknya Wayan
"Memang sopirnya Dewi mau cerita? Kita ngasih duit berapa sampai dia mau buka mulut? Dia kan nggak akan mungkin buka mulut," kata Wayan.
"Iya sih."
\*\*\*
"Apa ibu tanya kenapa kami enggak pulang?" Wayan telepon ke Lastri di rumah.
"Tidak Pak," jawab Lastri.
Bahkan Dewi nggak nanyain ke Wayan kenapa mereka nggak pulang. Dewi juga tidak tanya bagaimana kondisi Komang saat ini.
Buat Sukma ini bukan pertama kali dia menginap rumah mertuanya. Dia dan Ayya sering menginap dirumah ini, kadang tanpa Wayan tapi sesekali Wayan ikut menginap. Dewi tak mau diajak menginap. Jadi mertuanya sering mengajak Ayya saja. Sebagai '*pengasuh*' tentu Sukma selalu ikut kemana pun Ayya pergi.
Setelah menginap dua hari di rumah mertuanya, Komang dan Sukma pulang ke rumah Wayan.
Pagi mereka berangkat bareng Wayan berangkat kerja. Dari toko mereka diantar sopir ke rumah.
Saino memang malam sehabis mengantar ke rumah sakit langsung pulang sehingga tadi Wayan nyetir sendiri.
Di toko semua tahu kalau Komang anak tunggal Wayan tapi tak ada yang tahu kalau Sukma adalah ibu kandungnya.
Komang sangat dekat dan disayang paman dan bibinya serta nenek dan kakeknya dari keluarga Wayan. Dia tak dekat dengan keluarga Dewi karena memang tak dikenalkan sejak kecil.
"Papa kerja dulu ya sayang," pamit Wayan pada Ayya saat putrinya siap diantar sopir pulang.
"Iya Pa," jawab Komang.
"Nurut sama ibu Uma ya, nggak boleh rewel," Wayan mengecupi buah hatinya itu.
"Endak, ndak rewel," jawab Komang.
"Sayang ibu Uma ya," kata Wayan. Didepan umum tentu tak ada touch apalagi kata-kata sayang dari Wayan buat Sukma. Maka dia menggantikan ucapan ke Ayya, padahal kata-kata itu untuk Sukma.
\*\*\*
"Budeeeee Ati," panggil Komang untuk Lastri.
Lastri tersenyum melihat Komang sudah sehat.
"Wah anak Bude sudah sehat ya," jawab Lastri.
"Iya sehat," balas Komang.
"Sudah sehat kok enggak sekolah?" goda bu Lastri.
"Lagi libur."
"Kenapa libur?"
"Besok sekolahnya, kata papa," kilah Komang.
"Oh gitu sekolahnya besok," Lastri memang sangat senang menggoda Komang.
"Ya sekarang masih libur," jelas Komang yang ikut berjalan masuk bersama Lastri, sedang Sukma masih menurunkan baju miliknya dan Ayya dari mobil.
Saat mereka masuk Dewi tak peduli atau menanyakan mereka dari mana dan ke mana atau tanya bagaimana kesehatan putrinya walau hanya putri adopsi.
Dia tetap saja nonton TV.
\*\*\*
"Komang!" teriak Dewi.
"Iya Ma," jawab Komang kecil.
"Ambilkan Mama air putih cepat," perintah Dewi.
Komang lari ke dapur minta air putih pada Lastri.
"Buat siapa sayang?" Lastri memberikan gelas pada Komang karena gadis kecil itu tak mau ketika diberikan gelas melamin miliknya.
"Buat Mama."
"Sini Bude bawakan," Lastri ingin membantu anak majikannya itu.
"Sudah Bude nggak usah nanti aku dimarahin mama," kata Komang jujur.
Memang Dewi akan marah bila Lastri membantu Komang. Buat Dewi, Komang adalah pembantu kecil.
Sukma sering sedih melihat Komang diperlakukan seperti itu. Tapi hidup disini adalah pilihan terbaik buat Komang.
Hidup dekat ayahnya dan tak kekurangan kasih sayang mereka berdua.
Daripada dia hidup terpisah, akan sulit bagi Wayan untuk bertemu, dan kalau sembunyi bila ketahuan Dewi lebih bahaya.
Jadi lebih baik dia biarkan hidup seperti ini asal Ayya bahagia dan berkecukupan walau dirinya harus rela jadi pengasuh putri kandungnya sendiri.
\*\*\*
Sudah lima hari Komang mulai sekolah lagi setelah tiga hari tidak sekolah.
Dokter memberi surat istirahat tiga hari sehingga Komang tak sekolah.
Sejak Komang sakit Sukma menunggu disekolah, dia tidak pulang seperti biasa.
Sebelumnya kalau Komang ada dalam kelas Sukma kembali ke rumah mbantu-mbantu bu Lastri.
Sebelum jam pulang tiba-tiba Dewi datang.
"Sukma kamu pulang saja biar Komang saya bawa," Dewi memerintah Sukma pulang lebih dulu.
"Tapi Bu," belum selesai Sukma bicara Dewi sudah memotong.
"Sudah kamu pulang aja denger nggak sih? Kamu tuh pembantu ya," keras Dewi bicara.
Sukma pun mengambil kunci motor dari tasnya.
Wayan memang menyediakan motor untuk Sukma gunakan antar jemput Ayya sekolah.
\*\*\*
"Ngapain kamu kesini? Ini jam Ayya pulang sekolah, kenapa kamu sendirian?" Wayan kaget melihat Sukma datang ke toko. Rupanya Sukma langsung ke toko bangunan milik Wayan.
"Ayya dibawa pergi lagi sama bu Dewi. Aku takut kejadian kemarin terulang. Aku nggak kuat kalau itu terulang. Aku akan bawa pergi Ayya," tangis Sukma.
"Bagaimana aku kalau kamu tinggal?" kata Wayan.
"Tapi aku enggak mau anakku jadi korban," bantah Sukma. Kali ini Sukma tak mau diam demi anaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 516 Episodes
Comments