Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, Yanktie mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
"Sudah siap semuanya?" tanya Ambar pada Mukti.
"Sudah Ma ransel aku, ransel mas Mukti, dan ini koper Mas Sonny."
"Tinggal yang punya Mama dan papa aja yang belum," si bungsu Aksa menjawab.
Mukti punya adik kecil saat itu masih SMP kelas 2 atau kelas 8.
"Sudah semua tinggal punya mama dan papa," jawab Mukti setelah mengecek yang dikatakan adiknya.
"Sebentar lagi mungkin papa keluarin dari kamar," kata Ambar.
"Mama enggak usah nervous begitu," kata Mukti. Ambar tersenyum dia memang selalu seperti ini.
"Atur yang bagus di belakang, tas makanan di depan. Cooler box taruh tengah," Abu memang sengaja naik mobil saja ke Kediri. Karena kalau naik pesawat hanya sampai ke Surabaya. Dari Surabaya ke Kediri nanti tetap akan naik mobil.
Belum lagi dari rumah ke bandara Denpasar dan dari bandara Surabaya ke rumah mereka di Surabaya atau rumah papa Angga di Surabaya kan juga harus ambil mobil di rumah Angga.
Jadi biar enggak ribet Abu memutuskan naik mobil sejak dari rumah saja.
"Siapa perempuan istimewa itu Mas? Kok aku belum pernah lihat dia dibawa ke Bali?" Tanya Mukti saat dia sedang menyetir mobil dan Sonny duduk disebelahnya.
"Sebenarnya dia nggak istimewa dihatiku kok. Dia karyawan di kantor papa di Jakarta. Aku juga nggak mentok cinta sama dia, tapi karena Mama menyuruh aku menikah dan aku merasa dia perempuan yang lembut serta tidak neko-neko ya udah aku lamar aja dia." Jawab Sonny santai.
"Loh kamu nggak cinta sama dia?" Abu ikut nimbrung percakapan kedua putranya.
"Enggak lah. Aku hanya ingin berbakti pada mama. Aku lihat dia enggak matre dan bukan type gadis metropolis. Pasti Yaka ( Violine Ayaka, calon istri Sonny ) akan cocok dengan mama."
"Kan ada pepatah Jawa witing tresno jalaran soko kulino. Jadi ya udah aku pilih dia buat jadi menantu mama. Dia juga bagian keuangan di kantor, setidaknya bisa nyambung kalau nanti kami bicara tentang perusahaan."
"Aku juga enggak pacaran sama dia! Hanya beberapa kali ketemu di luar kantor," jelas Sonny tanpa ekspresi penyesalan.
Buat Sonny mama adalah segalanya. Dia ingin sang mama bahagia dengan mengabulkan permintaan mama agar dia segera menikah.
"Ada yang salah?" Sonny bertanya.
"Pernikahan tanpa cinta itu berat loh Mas," kata Mukti menasehati kakaknya.
"Kamu kayak udah tahu aja. Kamu kan sama aja, enggak pernah pacaran kayak Mas."
"Menikah aku memang belum pernah Mas, tapi saat SMA aku pernah jatuh cinta. Setidaknya aku lebih menang lah dari Mas." Seloroh Mukti.
"Aku belum pernah jatuh cinta. Aku tak punya rasa cinta untuknya hanya aku merasa nyaman lihat dia enggak matre. Aku ingin seperti mama dan papa yang cinta mati sejak SMA tapi sayang aku enggak diberi Allah jalan itu," Sonny mengungkapkan angan-angannya.
"Kenapa mau nikah sama dia?" Abu kasihan mendengar anaknya tak punya cinta seperti yang dia dan istrinya rasakan.
"Sebagai bakti aku pada Mama aja. Aku nggak mau dikejar-kejar kapan nikah lagi. Sekarang lamaran langsung tentukan tanggal pernikahan. Selesai sudah tugasku pada mama dan papa." Ambar kaget mendengar kata-kata putra sulungnya yang seperti tertekan karena desakan nya ingin punya mantu.
"Aku bukan nikah dijodohin. Yang dijodohin aja bisa awet hingga akhir hayat. Masa aku enggak? Ini kan pilihanku sendiri bukan paksaan. Jadi kalian tenang saja."
Ambar jadi tak enak. Sebenarnya dia juga didesak mertuanya agar segera menikahkan Sonny karena kondisi Angga mertua lelakinya yang kesehatannya mulai menurun dan sering sakit.
"Jangan takut, kalau hanya sekedar sayang dan rasa nyaman karena dia tak pernah merengek dan juga tak mengganggu privasiku, aku punya sedikit rasa sayang buat dia. Aku rasa itu cukup buat memulai hidup baru."
"Aku senang sama sosok dia yang lembut dan nggak matre itu aja Pa, pasti nanti akan ada cinta seiring berjalannya waktu."
"Aku enggak merasa perlu untuk jatuh cinta buat menikah," kata Sonny.
Mukti memang tidak melihat rona bahagia dan penuh cinta pada raut wajah Sonny. Mukti hanya melihat rona bahagia Sonny karena berhasil memenuhi semua keinginan ibunya untuk berumah tangga dan perempuan yang dipilih adalah perempuan yang tidak neko-neko itu saja yang Mukti lihat.
\*\*\*
"Loh kamu ikut?" tanya Menur pada Mukti.
"Ya iyalah aku ikut. Namanya mas-ku mau lamaran, mau nikah kok aku nggak ikut," kata Mukti.
"Memangnya kenapa kalau aku ikut? Sepertinya sejak kemarin Eyang enggak suka aku ikut," sungut Mukti sambil salim pada eyang putrinya. Abu dan Ambar jelas mendengar semua protes Mukti itu.
"Tumben aja kok bisa ikut. Terlebih ini kan perjalanan darat. Butuh waktu lama. Koq kamu bisa punya waktu panjang."
"Ada apa Eyang? Memangnya nggak boleh ya aku ikut dan kalau perjalanan lewat darat, kenapa? Aku suka kok berkumpul dengan keluargaku dalam perjalanan. Menikmati kebersamaan kami," jelas Mukti sambil berlalu.
Rombongan Abu memang telah tiba di Surabaya.
Tadi memang Abu sudah menghubungi papanya untuk segera berangkat begitu mereka tiba.
Abu sudah bertanya pada anak-anaknya ingin istirahat dulu di rumah mereka di Surabaya atau istirahat di rumah eyang mereka juga di Surabaya ini. Ternyata anak-anak minta langsung jalan saja karena mereka bergantian menyetir sehingga tak cape.
"Kalian ada yang mau pindah ke mobilnya eyang?" tanya Abu.
"Enggak lah males," jawab Mukti. Kini giliran Sonny yang akan menyetir.
"Aku sudah enak di sini aja di mobil sendiri," jawab sibungsu Aksa atau Lukito Laksmana yang masih kelas 8 itu.
"Ya sudah ayo Pa. Ada yang perlu dibantu nggak?" Tanya Abu pada Airlangga Lukito sang papa.
"Semua barang sudah masuk mobil sejak tadi koq," kata Airlangga atau Angga. Dia menggunakan sopir.
"Oh ya udah ayo," Abu masuk ke mobilnya. Mereka akan konvoi ke kota Kediri.
Airlangga dan Menur naikkan mobilnya sendiri.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 516 Episodes
Comments
Mbak Latif
baru mampir kayaknya seru nih
2023-10-19
0