Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
"Ada apa?" bisik Abu pada Mukti yang mengikutinya dari belakang.
"Aku nggak mau bikin ribut. Aku enggak mau menggagalkan pernikahan Mas Sonny."
"Tapi ada hal yang sangat penting yang harus aku katakan. Aku nggak tahu ngomongnya gimana. Sekali ini aja Papa percaya sama aku. Aku nggak setuju perempuan itu jadi istri Mas Sonny." Mukti juga berbisik. Mereka masih di depan toilet.
"Memang kenapa?"
"Dia tidak sepolos yang Mas Sonny tahu Pa."
"Aku berani bersumpah dia nggak sepolos itu. Tapi aku nggak punya bukti untuk Papa. Dia nggak polos Pa, dia pernah menggugurkan anak dari lelaki lain." Tanpa menunggu reaksi Abu, Mukti langsung kembali ke depan lagi.
Mukti tak menyebut kalau lelaki itu adalah dirinya. Karena biar bagaimana pun sementara ini kedudukan Vio adalah calon kakak iparnya.
Abu bingung mendengar kata-kata Mukti. Tentu dia tak mau kalau Sonny mendapat perempuan buruk seperti itu.
Abu tak ingin salah ambil keputusan. Kalau perempuan pilihan Sonny sekarang adalah bukan perempuan baik-baik mau jadi apa nanti anak cucunya.
\*\*\*
Sonny dan Ambar melihat Mukti kembali lebih dulu daripada Abu.
"Baik untuk mempersingkat waktu saya mulai saja. Maksud kedatangan saya ke sini adalah untuk melamar putri anda. Saya ingin melamar putri anda menjadi tunangan dari anak saya."
Abu mendapat senggolan dari sikutnya Sonny.
"Kok tunangan Pa? Langsung nikah aja." kata Sonny.
"Aku enggak ingin berbelit."
"Sabar, Papa enggak bisa kasih kamu nikah sekarang." Abu menjawab bisikan Sonny juga dengan bisikan. Mereka memang duduk berdampingan. Sonny diapit kedua orang tuanya.
'*Pasti ada sesuatu yang membuat mas Abu jadi berubah rencana seperti sekarang*,' pikir Ambar, Ambar menghubungkan perubahan rencana Abu dengan tingkah laku Mukti yang mencurigakan.
Ambar bisa menilai itu dan dia tahu siapa Mukti buat Abu. karena itu saat Abu bicara seperti itu Ambar langsung bisa menilai bahwa ada sesuatu yang tidak beres.
Tapi Ambar hanya diam.
Menur kaget atas perubahan rencana yang dia tahu tadinya Abu langsung akan melamar dan bulan depan paling lama dua bulan lagi cucunya sudah akan menikah.
"Kenapa Abu merubah rencana? Kan harusnya bulan depan atau dua bulan lagi mereka menikah?" protes Menur pada Angga walau hanya berbisik.
"Biarkan Abu dan anak-anak menentukan langkah mereka sendiri. Kita jangan ikut campur," bisik Angga pada istrinya.
Akhirnya pertunangan sederhana itu selesai setelah makan siang bersama.
\*\*\*
'*Tante kenapa jadi kayak gini*?' Violine Ayaka atau Vio mengirim pesan pada Menur dan Imelda.
'*Memang ada apa? Kan Tante nggak di sana. Tante kan sengaja nggak datang*,' tulis Imelda.
'*Mukti datang ke lamaranku*,' tulis Vio membalas pertanyaan Imelda.
'*Ada apa dengan Mukti*?' tanya Imelda bingung dia tidak tahu soal Mukti dan Vio.
'*Nanti gampang diatur*,' balas Menur.
'*Bisa minta nomor ponselnya Mukti? Aku mau bicara sebelum dia mengubah rencana atau bahkan membatalkan rencana ini*,' pinta Vio.
'*Ternyata Mukti itu adiknya Sonny, kenapa Tante nggak bilang sejak awal bahwa target kita adalah kakaknya Mukti*?'
'*Enggak usah kamu pikir siapa Mukti dan siapa Sonny. Semua akan sesuai planning. Kamu jalankan saja tugasmu tanpa banyak komplain*.' kata Menur
Nomor Mukti masuk dari Menur mau pun dari Imelda.
\*\*\*
'*Aku ingin kita bertemu sebelum kamu kembali ke Bali*.' Mukti membaca pesan dari sebuah nomor baru dengan PP nya wajah Vio.
'*Maaf, malam ini kami sudah meninggalkan Kediri kembali ke Surabaya lalu ke Bali*,' jawab Mukti saat itu mereka memang sedang dalam perjalanan menuju Surabaya.
'*Tapi aku ingin kita bertemu dulu*.' desak nomor itu.
'*Tidak bisa. Kalau kamu mau temui aku di Surabaya besok pagi. Aku ada waktu sekitar 2 jam*.' jawab Mukti.
'*Oke aku ke Surabaya*,' Mukti membaca jawaban dari Vio.
\*\*\*
Keluarga Abu tiba di rumah mereka di Surabaya. Memang mereka rencana istirahat dulu satu malam di rumah itu. Bukan di rumah Angga. Besok malam mereka baru akan kembali ke Bali.
Besok pagi Sonny langsung kembali ke Jogja karena dia harus kembali bekerja, dia tak ikut kembali ke Bali.
Besok yang kembali ke Bali adalah Aksa dan Mukti serta kedua orang tuanya.
\*\*\*
Mukti melamun mengingat sosok Vio yang baru tadi dia temui setelah tujuh tahun berpisah.
Sosok perempuan yang sangat dia cintai tapi menikam teramat dalam. Antara cinta dan benci memang tanpa spasi.
Orang bilang cinta dan benci hanya terpisah sehelai benang yang teramat tipis.
Mukti bilang TANPA SPASI.
Sejak kecil Mukti tak suka wajah gadis bule yang sudah biasa dia temui di Bali.
Mukti suka tipe Jawa atau Bali asli. Mukti menganggap type mereka klasik dan eksotik.
Mukti ingat saat dia kelas dua SMA dia melihat adik kelasnya Vio. Wajah Jawa klasik nan lugu langsung melucuti jantungnya hingga berdegup tak beraturan bila memandang Vio.
Dengan banyak akal dan banyak keluar uang untuk mentraktir teman-teman yang memperlancar proses pedekate nya Mukti bisa berkenalan dengan gadis impiannya.
Vio ikut bibinya di Bali. Mereka tinggal berdua. Bibinya kerja di bank pasar, sementara orang tuanya di mana Mukti tak pernah bisa mengetahui karena Vio tertutup.
Saat banyak gadis mengejar Mukti karena ketampanan dan kekayaannya, Vio tak peduli. Susah payah Mukti mendekati Vio.
Mukti ingat saat itu Pricilla yang sekarang menjadi istri sahabatnya juga menyukai dirinya. Sayang Mukti tak suka produk luar.
Dan awal tragedi saat SMA kembali melintas di benak Mukti yang tak bisa tidur walau tubuhnya lelah.
Saat itu Mukti baru saja mengambil pompa sepeda untuk sepeda milik Aksa adik bungsunya.
Tak sengaja Mukti melihat teman Vio lari sambil bicara : '*Bagaimana Vio bisa seperti itu? Kita harus bagaimana*?'
Mendengar nama Vio disebut Mukti menghampiri rumah yang baru saja ditinggal oleh teman Vio dengan mimik ketakutan. Mukti melihat pintu depan terbuka.
Demi sopan santun Mukti mengetuk dan mengucap salam walau pintu tak ditutup tapi tak ada sahutan.
Mukti masuk dan melihat Vio sedang *kacau* sendirian.
Mukti melihat Vio sedang berupaya memuaskan dirinya sendiri. Karena kasihan maka Mukti memeluk Vio dengan niat akan menolongnya mengantar gadis itu pulang.
Tapi entah itu musibah atau anugrah buat Mukti. Vio malah ganas menyerangnya.
Mukti yang masih kelas dua SMA dan masih polos, mendapat serangan Vio seperti itu jagoan kecilnya tentu saja bangun meronta minta dilepaskan.
Maka terjadilah hal yang seharusnya hanya boleh dilakukan pasangan suami istri, bukan oleh anak kelas satu dan dua SMA.
Mukti yang saat itu sudah tak lugu akhirnya bisa dua kali pelepasan karena saat baru satu kali, Vio belum merasa tuntas.
Saat semua selesai mereka berdua segera pergi dari entah rumah siapa karena mereka sama-sama tak kenal pemilik rumah.
Tak ada kata yang terucap karena mereka belum taraf pacaran dan saling cinta. Hanya Mukti memang suka pada Vio.
Mukti langsung membawa pompa sepeda dan kembali ke rumah, tidak pulang bareng Vio.
Sejak itu Mukti mengklaim Vio miliknya. Mukti melarang Vio berteman dengan lelaki lain.
Kejadian berikutnya terjadi ketika Mukti kerumah Vio dua minggu sejak kejadian itu. Mukti datang ke rumah Vio pagi hari ketika bibinya pergi kerja.
Saat itulah mereka secara sadar melakukan hal terlarang itu kembali.
Akhirnya mereka semakin sering melakukannya. Bukan hanya Mukti yang ingin. Kadang Vio minta lebih dulu. Hal itu seperti kebutuhan rutin buat mereka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 516 Episodes
Comments