Dari SEDAYU ~ JOGJAKARTA, YANKTIE mengucapkan selamat membaca cerita sederhana ini.
Mukti bangun kesiangan. Kedua orang tuanya mengira dia terlalu lelah menyetir. Padahal karena dia tak bisa tidur akibat mengenang awal masa pendekatan hingga dia dekat dengan Vio.
"Mas pesawat jam berapa?" tanya Mukti.
"Jam 12.05.
"Aku antar jam 10.00. kebetulan aku akan keluar sebentar. Aku ada urusan bertemu dengan temanku," kata Mukti.
"Siiip," kata Sonny.
Mukti mencari aman dulu, Sonny sudah berangkat baru dia minta bertemu dengan Vio di Cafe dekat bandara.
\*\*\*
Sepeninggal Sonny, Mukti menuju cafe tempat dia janjian dengan Vio.
Perempuan yang telah memporak porandakan hidupnya.
Mukti menyesap kopi miliknya. Jam makan siang, tapi sambil menunggu Vio, Mukti memesan kopi lebih dulu.
"*Aku kemarin melihat Yaka di klinik aborsi*," Mukti mendengar Panji temannya bicara pada Made di kantin sekolah. Panji tak tahu saat itu Mukti ada dibelakangnya.
"*Mungkin kau salah lihat*," Made mencoba menepis perkataan Panji.
"*Tidak. Dan ini bukan pertama kalinya. Ini sudah yang kedua*," jawab Panji.
Mendengar itu Mukti langsung mencari Vio untuk bicara.
Sebagai lelaki Mukti merasa tak dihargai. Dia tak mungkin tak bertanggung jawab.
"Aku hanya tak ingin kamu tak berhasil mencapai cita- citamu." Itu alasan Vio menggugurkan kandungan tanpa bicara pada Mukti.
"Aku akan menunggumu hingga berhasil dan datang melamarku." Vio kembali membujuk Mukti yang saat itu sangat marah karena telah dibohongi Vio dua kali.
Mukti ingat saat itu dia merasa disepelekan oleh Vio. Sejak hari itu dia tak mau lagi bicara pada Vio hingga lulus SMA dan pergi kuliah ke Paris.
Sekembali dari Paris Mukti mencoba mencari Vio, sayang tak bertemu.
Mukti tahu bibinya Vio telah meninggal sehingga dia kembali ke Kediri setelah selesai kuliah akademi sekretaris. Lalu tak tahu keberadaan Vio ada dikota mana sampai kemarin melihat gadis yang akan jadi kakak iparnya adalah Vio.
Lamunan Mukti terhenti ketika dari jauh dia melihat Vio datang ke cafe dan mencari dirinya.
"Hai," sapa Vio.
"Hallo," jawab Mukti dengan perasaan tak tentu.
"Apa khabar?"
"Baik. Silakan pesan makan siang. Waktuku tak banyak. Aku harus kembali ke Bali. Orang tuaku menunggu di hotel," Mukti bicara to the poin.
"Aku enggak makan," jawab Vio.
"Kamu punya penyakit maag, enggak usah nahan gitu," Mukti memanggil waitress untuk mencatat pesanan makan siang mereka.
'*Mukti masih saja penuh perhatian seperti dulu. Masih juga tegas. Andai sejak dulu aku bisa mencintainya seperti aku mencintai dia yang tak pernah bisa kugapai*,' batin Vio.
"Kamu mau bicara apa?"
"Kenapa kamu enggak nemuin aku setelah kembali dari Paris?" Vio menatap tajam mata Mukti.
"Masih perlukah? Kamu tak pernah menghargaiku sebagai lelaki. Kamu memutuskan semua sendiri. Buat apa lagi. Aku kan tak ada artinya buatmu?"
"Aku hanya mencintaimu. Bagaimana mungkiñ kamu bilang kamu enggak ada artinya buatku?" Jawab Vio sambil memegang punggung tangan Mukti.
Mukti tak menyangka kalau Vio mengatakan cinta untuknya. Sejak mereka bersama tak pernah Vio mengatakan cinta.
"Bagaimana mungkin kamu bilang cinta aku sedang kamu akan menikah dengan kakakku?"
"Aku tak pernah mencintai pak Sonny. Kami tak ada perasaan apa pun. Tunggu aku enam bulan lagi. Aku akan berpisah dengannya."
"Kita kembali bersama atau tidak, enam bulan lagi aku pastikan, aku akan berpisah dengan pak Sonny."
"Bagaimana mungkin"
"Aku sedang ada misi. Sehabis misi ini selesai, hubunganku dengan pak Sonny juga usai." Vio meyakinkan Mukti kalau dalam hatinya tak pernah ada nama Sonny.
Mukti yang selalu tak bisa menolak pesona Vio tak bertanya apa misi gadis itu.
"Lalu sekarang mau mu bagaimana?" Tanya Mukti.
"Please percaya padaku. Cintaku hanya kamu. Aku tak pernah punya pacar sejak kamu enggak mau bicara denganku di SMA dulu."
"Di kampus aku juga tak mau punya pacar karena aku yakin begitu kamu kembali ke Indonesia, kamu akan melamarku."
"Aku putus asa saat kamu tak juga datang melamar, lalu dua bulan lalu pak Sonny datang ke kantor. Tanpa pendekatan apa pun dia bilang ingin melamar. Ya sudah aku terima."
"Aku janji walau kami tunangan aku tak akan pernah tidur dengannya. Hanya kamu yang pernah melakukannya," Mukti melihat kejujuran dicerita Vio yang sama dengan cerita Sonny.
"Darimana kamu dapat nomor ponselku?" Mukti tentu penasaran.
"Aku bekerja di kantor pak Sonny. Aku kenal bu Imelda. Jadi aku minta nomormu pada dia," jawab Vio.
'*Pantas dia bisa langsung dapat nomorku*.'
"Aku tak ingin menjadi orang ketiga diantara kalian. Lebih baik aku mengalah." Putus Mukti.
"Ada kamu atau tidak, enam bulan lagi aku akan meninggalkan pak Sonny. Jadi bukan kamu penyebab perpisahan kami nanti."
"Bagaimana mungkin? Kalau kalian kemarin diputuskan langsung menikah bagaimana?"
"Tak mungkin kami akan langsung menikah. Orang tuaku pasti akan minta tunangan dulu karena aku memang tak ingin menikah dengan pak Sonny," jawab Vio.
'*Kalau kami langsung menikah tentu beda cerita*,' batin Vio.
"Sekarang aku yang minta kamu menunggu. Aku tak akan lama. Aku sudah menunggumu lima tahun tanpa jemu. Dan saat kamu kembali dua tahun lalu kamu tak mencariku."
"Siapa bilang aku tak mencarimu?"
"Dua tahun lalu aku mencarimu, aku tahu kalau bibimu sudah meninggal. Kamu kuliah sekretaris lalu hilang tanpa jejak."
"Kalau saja kemarin aku enggak ikut acara lamaran mas Sonny aku juga enggak akan tahu keberadaanmu." Balas Mukti.
"Lulus SMA aku kuliah sekretaris D2 di Jakarta. Aku ikut tante Imelda karena dia sahabat tante Diandra. Lalu setelah lulus aku bekerja di percetakan." Vio menveritakan kondisi dirinya sepeninggal Mukti ke Paris.
"Enam bulan lalu tante Imelda merekomendasikan aku buat kerja di perusahaan pak Abu."
"Lalu dua bulan lalu aku bertemu pak Sonny."
Mukti tak percaya gadis yang selama ini dia cari sebenarnya berada dekat dengan linknya. Sejak lulus SMA Vio tinggal dengan tantenya sendiri.
Imelda adalah anak kandung eyang Menur. Tantenya Mukti.
Andai sejak dulu dia tahu tentu dia tak frustasi dan mungkin yang melakukan lamaran adalah dirinya bukan Sonny.
"Jadi mau mu selanjutnya bagaimana? Aku tentu tak mau bersaing dengan mas Sonny."
"Tak pernah ada persaingan. Cuma kamu di hatiku. Percayalah. Biarlah sementara ini orang tahunya aku tunangan pak Sonny. Tapi kita berdua sama-sama tahu siapa yang sebenarnya dihatiku."
"Didepan umum aku akan bertindak seakan memang tunangan pak Sonny. Ingat aja, pertunangan juga enggak dibuat besar-besaran jadi enggak masalah soal pertunanganku."
"Aku masih milikmu dan selalu milikmu," bujuk Vio. Mukti tersenyum bahagia menemukan cinta lamanya.
Walau dia masih sakit hati bila mengingat dua anak mereka telah digugurkan Vio tanpa diskusi dengan dirinya sebagai ayah janin itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 516 Episodes
Comments
Ersa
eyang menit nih jgn2 mau menguasai harta
2023-11-27
0
Andriani
eyang menur kok jahat ya, misi apa nih...
2023-09-29
0