Unlikely Pair

Unlikely Pair

Jumpa Pertama

Sekolah Arcadia di kota kecil dan tua Greenwood tidak seperti sekolah mana pun yang pernah ada sebelumnya. Bangunannya tampak mentereng dibandingkan rumah-rumah penduduk bercat kusam dan pudar. Bahkan balai kota Greenwood, gedung termegah yang dimiliki kota tua ini, masih kalah megah dibandingkan gedung sekolah itu. 

Gedungnya yang futuristik dan menakjubkan tampak seperti tempat yang lebih cocok untuk pertunjukan laser daripada tempat belajar. Dari luar, bangunan ini memiliki tampilan yang hampir seperti dalam mimpi. Gedungnya memiliki atap hijau terang dan dinding kaca transparan di separuh gedungnya, mengungkapkan semua yang ada di dalamnya.

Dinding kaca itu tampak rapuh, tetapi sesungguhnya sangat kuat, tak kalah kuat dengan tiang-tiang kokoh yang membingkainya. Kaca itu dilapisi pelapis agar sinar matahari terik tidak membakar penghuninya. Lagi pula, sinar matahari itu sudah terhalangi daun-daun dari pohon-pohon tinggi dan rindang akasia yang memutari seluruh gedung sekolah.

Kemegahan gedung sekolah Arcadia hampir mengintimidasi siapa pun yang baru pertama kali masuk ke sana. Tapi tidak dengan Chloe. Ini hari pertamanya sebagai siswa kelas X di SMU Arcadia ini, tapi tidak sedikit pun rasa gentar tebesit dalam benaknya. Bahkan sejak kaki kanannya melangkah memasuki gerbang tinggi hitam SMU Arcadia.

Ketika Chloe memasuki halaman sekolah itu pada hari pertama kelas X, dia langsung merasa nyaman. Gedung yang terang dan cerah itu benar-benar terasa seperti rumah kedua baginya. Terutama karena itu adalah tempat pertama di mana dia merasa dihargai sebagai individu. Chloe selalu merasa aneh di sekolah lamanya, tetapi di SMU Arcadia, dia merasa diterima tanpa syarat.

Di sekolah lamanya, Chloe adalah gadis pintar dan kutu buku. Tempat teraman dan ternyaman baginya adalah perpustakaan. Di sana dia tidak perlu merasa gugup dan malu tatkala teman-temannya membicarakan film, sebab dia tidak pernah pergi ke bioskop. Keluarga Chloe tidak miskin. Mama dan Papa Chloe selalu menyediakan makanan bergizi untuk Chloe, dan adiknya Bianca dan Andrew, tapi bukan makanan mewah ataupun makanan viral. 

Chloe punya cukup baju yang bagus tapi bukan bermerek dan tidak setiap tren busana bisa diikuti. Chloe merawat muka cukup dengan facial wash dan sesekali memakai masker wajah yang dibeli di minimarket. Setahun sekali mama mengajaknya ke salon sebagai hadiah kenaikan kelas.

Gaji Mama dan Papa sebagai perawat di rumah sakit kecil, hanya cukup untuk kebutuhan pokok. Itu sebabnya Chloe tidak tahu rasa makanan viral, baju atau asesori tren atau film terbaru. Chloe tidak bisa mengikuti pembicaraan dengan teman-temannya dan buku menjadi sahabatnya.

Chloe selalu juara kelas sejak kelas satu SD sampai kelas IX. Bukannya pujian yang didapat malahan olok-olokan teman-temannya sebagai si kuper. Itulah sebabnya Chloe sangat senang lolos SMU Arcadia, sekolah khusus para juara kelas.

Chloe menemukan bahwa gedung itu memang memiliki sedikit keajaiban. Tidak hanya ruangannya luas dan nyaman, tetapi juga memiliki fasilitas yang tidak biasa. Ada ruang untuk kelas biasa, tetapi juga ruang untuk eksperimen sains dan bahkan sebuah perpustakaan yang menjulang tinggi dengan buku-buku yang berada di rak-rak buku transparan. Akhirnya, keahlian dan hobinya yakni belajar mendapat tempat semestinya. Dia tidak akan dipandang aneh lagi. 

Chloe melangkah masuk ke dalam halaman sekolah. Kaki-kakinya menapaki jalan setapak terbuat dari batu alam. Di kanan-kirinya dikelilingi pohon-pohon besar akasia berbunga kuning cerah dan bunga-bunga soka krem yang indah, dan di tengah-tengahnya lapangan rumput hijau membentang. Halaman sekolah itu merupakan surga yang indah untuk siswa-siswa yang ingin beristirahat sejenak dari rutinitas belajar. Namun, tidak ada satu bangku taman pun ada di sana. Chloe mengira, bukan di sini tempat siswa beristirahat.

Dia terus melangkah masuk. Matanya mentapa lurus ke gedung sekolah Arcadia yang semain dekat semakin mengagumkan.

Duk! Tiba-tiba lengannya disenggol seseorang. Chloe menoleh. Seorang cowok tinggi, kurus, berdagu lancip dan berwajah tirus, menoleh ke arahnya. Matanya yang bulat menatap tajam kearahnya, lalu alis tebalnya berjenggit. Bibirnya tipis tersenyum, dan berkata, “maaf.” Lalu dia tersenyum kikuk.

Chloe terpana. Laki-laki itu tampak begitu tampan seolah-olah semakin menyempurnakan hari pertamanya yang sudah tampak sempurna ini.

“Oh… eh… tidak apa-apa,” jawab Chloe gugup.

Laki-laki itu mengulurkan tangan kanannya yang putih mulus. Dipergelangan tangannya sebuah jam tangan hitam melingkar sempurna. “Aku Jack, siswa baru kelas X-1”

“Ah! Aku juga kelas X-I” jerit Chloe tanpa sadar. Dia tidak bisa menyembunyikan kegembiraannya sekelas dengan cowok tampan itu.

“Baguslah.” Sambut Jack gembira. “Ngomong-ngomong, kamu dari SMP mana?”

“SMP Eldoria, yah sekitar dua jam dari sini. Kamu?”

“Wah… ternyata kita bertetangga SMP.”  seru Jack antusias. “Aku SMP Frosthaven.”

“Bukankah itu SMP khusus cowok persis di seberang SMP Eldoria?” jawab Chloe riang.

“Iya… iya… betul.”

“Wah… kenapa kita dulu kita tidak pernah bertemu ya,” gumam Chloe.

“Apa?”

“Oh… tidak apa-apa,” senyum Chloe malu-malu. Pipi tembamnya bersemu kemerahan. Gadis berambut pendek, bertubuh gempal dan bertinggi badan 160 sentimeter itu tersipu-sipu.

“Kamu kelas X-1 juga kan?”

“Ya,”

“Kalau begitu, nanti kita bisa duduk sebelah….”

“Jack!”

Belum sempat Jack meneyelesaikan kalimatnya serombongan cewek mensejajari mereka berdua. Lima orang cewek. Cewek paling langsing dang tinggi dari kelimanya, menyapa Jack. “Selamat ya, kamu diterima di sekolah ini,” katanya mengulurkan tangannya yang langsing, putih dan bersih.

“Terima kasih.” Balas Jack canggung. “Ini kakaknya teman sekelasku,” Jack mengenalkan cewek langsing itu. “Namanya Della. Dia kating kita di sini, tapi adiknya, temanku itu tidak lolos seleksi di sini.”

“Oh…” Chloe mengangguk-angguk.

Della mengamati Chloe dari ujung rambut sampai ujung kaki, setelah itu baru menyapa Chloe dingin, “Hai, aku Della,” sapanya dengan senyum terpaksa.

Tidak terbayangkan dalam benak Chloe bahwa cewek ini kelak akan menjadi mimpi buruknya di sekolah ini. Maka, Chloe menyambut uluran tangan Della dengan ramah, “Halo, aku Chloe.”

Setelah perkenalan basa-basi itu, Della dan gengnya mengerumuni Jack dan pelan-pelan menyisihkan Chloe. Gadis itu pun menepi, membiarkan Della bersama teman-temannya itu mengiringi Jack. Cowok itu sempat menoleh ke belakang mencari ke mana Chloe, tapi Chloe puru-pura memalingkan wajahnya ke arah air mancur di tengah-tengah taman. 

Air mancur itu sangat indah dan mempesona. Suara gemerciknya menenangkan dan pola air yang terbentuk saat disemprotkan, semuanya membuatnya menjadi pemandangan yang sangat menakjubkan. Di sekeliling air mancur itu, ada lampu-lampu. Chloe menduga, saat malam hari, lampu-lampu itu akan dinyalakan. Bisa jadi itu lampu yang berubah-ubah warna atau hanya warna kuning saja, air mancur itu menciptakan suasana mempesona pada malam hari sesuai dengan taman bunga indah di sekitarnya. Air mancur ini tampak seperti sebuah lukisan yang hidup dengan latar belakang langit biru cerah pagi ini. 

 

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!