Kegiatan Baru Bersama Jack

Chloe tidak bisa menampik betapa populernya Jack di sekolah. Ke mana pun mereka pergi, orang-orang menyambutnya dengan senyuman dan lambaian tangan. Dia berhasil bergabung dengan tim basket sekolah. Kelincahannya mendribble bola membuatnya sangat spesial.

Suatu hari, saat mereka di kelas, Chloe bertanya kepada Jack, "Bagaimana kamu bisa menyeimbangkan tugas sekolah dan olahraga? Sepertinya kamu punya banyak kegiatan."

Jack mengangkat bahu. "Tidak terlalu sulit kok. Aku hanya memastikan mengatur waktuku dengan baik dengan membuat skala prioritas."

Chloe mengangguk, terkesan. Dia selalu bergumul dengan manajemen waktu, dan dia iri melihat seberapa baik Jack mampu menangani banyak kegiatan.

Saat Chloe dan Jack berjalan menyusuri lorong menuju kantin, mereka melewati sekelompok siswi yang sedang tertawa dan bercanda. Chloe mengenali beberapa dari mereka dari kelasnya, tetapi kebanyakan dari mereka adalah wajah-wajah baru.

"Siapa mereka?" dia bertanya pada Jack, menunjuk ke arah kelompok itu.

"Oh, hanya beberapa teman dari tim basket cewek dan cheerleader" jawab Jack sambil melambai kepada mereka. "Kadang-kadang kami nongkrong setelah pertandingan."

Chloe semakin iri sekaligus… cemburu. Dia selalu berjuang untuk berteman dan bersosialisasi, sementara Jack tampaknya memiliki banyak penggemar.

"Hei, kamu baik-baik saja?" tanya Jack, memperhatikan ekspresi sedih di wajah Chloe. Gadis itu menghela napas. "Aku tidak kenal banyak orang di sini."

Jack tersenyum bijak. "Kamu harus mengikuti banyak kegiatan! Ini akan membuatmu mengenal banyak orang dan itu menyenangkan! Jika kamu mau, aku bisa ikut denganmu. Kelompok kegiatan apa yang ingin kamu ikuti?"

Chloe merasakan luapan rasa terima kasih memenuhi rongga dadanya. Dia tahu betapa sibuknya Jack dengan basket dan sekolah. Jack masih bersedia menemaninya bergabung dengan kegiatan ektrakulikuler apa pun yang ingin diikutinya.

Sampai detik ini, Chloe baru mengikuti ektrakulikuler jurnalistik—seperti yang disarankan Jack. Padahal sekolah ini punya banyak kegiatan ekstrakulikuler. Ada yang harus diikuti selama tiga tahun mereka sekolah, ada yang bisa diikuti selama setahun saja. Tapi ada pula yang bisa diikuti selama selama sesi tertentu saja, misalnya ekstrakulikuler membuat kertas daur ulang atau membuat kain-kain cantik dengan teknik ecoprinting.

Chloe tidak memilih satu pun kegiatan tahunan apalagi kegiatan singkat, dia hanya memilih ektrakulikuler yang wajib diikuti selama tiga tahun hidupnya di Arcadia. Dia merasa cukup memilih satu saja. Itu pun dilakukannya hanya sekadar formalitas belaka karena Arcadia mengharuskan siswanya setidaknya memilih satu ekstrakulikuler.

"Terima kasih, Jack," katanya sambil tersenyum. "Kedengarannya menyenangkan."

Walaupun Chloe tidak sabar untuk melihat seperti apa jadinya nanti apabila dia mengikuti banyak kegiatan. Tapi ingatan tentang betapa dia harus bersusah payah mengikuti pelajaran sekolah, menghentikan niat Chloe memilih kegiatan apa pun selain belajar.

Usai mengisi perut dengan ayam goreng lengkap dengan kentang goreng di kantin, Chloe dan Jack kembali ke kelas. Ms Brigita masuk ke kelas dengan wajah semringah. Dengan penuh semangm,                                                                                                          cat Ms Brigita mengumumkan bahwa ada kompetisi menulis puisi dalam Bahasa Inggris dan dia sudah memilih perwakilan sekolah.

“Chloe. Kamu ikut lomba menulis puisi ya. Nanti ibu forward persyaratan lomba ke email kamu.”

Chloe melongo. Jantung Chloe berpacu dengan kegembiraan dan kegugupan. Dia sering menulis puisi di buku harian ataupun di sela-sela buku pelajarannya. Sekarang tiba saatnya puisi-puisi itu terbang menemui pembacanya. 

Jack memperhatikan Chloe yang belum juga mengiyakan ajakan Ms Brigita. Jack menendang-nendang kursi Chloe. "Ada apa? Lekas jawab! Bukankah itu kesempatan yang baik terjadi?" bisik Jack.

Chloe tersadar dari keterkejutannya dan berkata dengan polos, "Aku sangat ingin mengikuti lomba itu tapi juga sangat gugup."

Ms Brigita berjalan mendekati Chloe. “Tenang saja. Tetaplah jadi dirimu sendiri. Jangan merasa terbebani. Anggap saja kamu sedang ulangan. Kamu bisa belajar giat tapi hasil akhirnya tetap tidak terduga, bukan?”

Chloe nyengir dan akhirnya menyanggupi tawaran Ms Brigita.

Jack tersenyum. Saat Ms Brigita berbalik menghadap ke papan tulis untuk menjelaskan materi di layar, diam-diam Jack melemparkan segumpal kertas. Chloe membukanya dan membaca tulisan di sana, "Kamu berbakat, Chloe. Puisimu luar biasa, dan semua orang pasti akan menyukainya."

Chloe tersenyum. Dia merasa bersyukur atas dorongan dan dukungan Jack. 

Sepulang sekolah, dalam perjalanan menuju asrama, mereka terus mendiskusikan kompetisi puisi itu dan melatih baris-baris puisinya. Chloe senang sekali Jack mau membantunya.

Saat mereka melewati gerbang asrama, ke kiri ke asrama cewek dan ke kanan ke asrama cowok, Chloe melihat sekelompok siswa berkumpul di sekitar gerbang. Mereka tertawa dan bercanda. Jack memperhatikan tatapan Chloe dan berbisik, "Itu tim sepak bola sekolah dari kelas XI. Mereka pemain inti."

Chloe memperhatikan ketika kelompok itu semakin keras dan gaduh, dengan beberapa siswa berdiri dan saling tos. Dia merasa iri, berharap dia memiliki lingkaran sosial seperti itu.

Jack memperhatikan ekspresinya dan berkata, "Hei, jangan khawatir kalau kamu belum punya teman sebanyak mereka. Kamu punya aku dan sahabat-sahabatmu."

Chloe tersenyum pada Jack, terhibur atas kata-katanya. Dia tahu dia benar. Dia tidak perlu menjadi bagian dari kerumunan populer untuk menjadi bahagia. Selama dia punya teman dan kecintaannya pada menulis, dia puas. Oh, satu lagi tentu saja. Nilai-nilai pelajaran di atas tujuh. Sebab berada di antara para juara kelas, sangat rentan untuk tinggal kelas. 

“Minggiir… Minggir…” teriak Emma dari arah belakang Chloe. Jack menggamit lengan Chloe mengajaknya menepi memberi jalan pada Emma.

“Astaga… Emma, apa yang kamu bawa?” seru Jack sambil memegang kardus besar yang dibawa Emma, hendak membantu Emma membawa kardus itu.

“Ini daun-daun. Kelompok ecoprinting akan mengadakan workshop ecoprinting di panti asuhan remaja. Nantinya hasilnya akan kami kumpulkan kembali dan digunakan oleh anak-anak kelompok hasta karya. Mereka akan menciptakan tas, baju atau sepatu atau apalah…” Emma mengangkat kembali kardusnya yang hampir melorot. Jack lekas mengmabil alih sebelum semua daun-daun itu berhamburan.

“Hasilnya akan dipamerkan saat bazaar sekolah bulan depan,” lanjut Emma.

“Apa kelompok ecoprinting masih menerima anggota baru untuk project ini?” tanya Jack. Chloe mendelik. Dia berpikir Jack sudah punya banyak kegiatan dan masih menambah lagi. Apa cowok ini punya banyak copycat? Batin Chloe.

“Setahuku, masih. Karena event-nya masih tiga hari lagi, kupikir masih ada waktu bagi anggota baru untuk sekadar mempelajari materi.”

“Boleh aku dan Chloe bergabung?”

Chloe menatap Jack. Emma menatap Chloe dan kedua gadis itu saling bertukar tatapan keheranan.

“Tapi… Chloe… kan tidak mau,” Emma meringis. “Maksudku, aku sudah pernah mengajak Chloe tapi katanya dia… tidak… eh… belum…. mau” Emma memandang Chloe mencoba mencari petunjuk di wajah Chloe, tapi sahabatnya itu sama bingungnya dengan dirinya.

“Sudah, pokoknya daftarkan kami berdua ya,” sahut Jack menuntaskan kecanggungan antara Emma dan chloe. “Kardusnya taruh sini saja, nanti biar aku dan Chloe yang membawanya.”

Emma pun meninggalkan kardusnya dan kembali ke ruang pelatihan ecoprint untuk memastikasn sekali lagi apakah kedua temannya masih bisa bergabung. Ternyata masih bisa. Sepeninggalan Emma, Jack berkata dengan penuh semangat pada Chloe. “Ini kesempatan bagus untuk mencari teman, Chloe.”

Chloe tersenyum canggung. Dia senang sekaligus gugup.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!