Setelah makan malam, Namira duduk di tepi ranjang melipat beberapa baju. Dava berbaring di atas tempat tidur di sebelahnya. Dia memperhatikan bentuk buah dada istrinya. Jika di lihat-lihat, bentuk dan ukurannya jauh lebih besar punya Sera di banding punya istrinya. Mungkin karena Namira memiliki tubuh yang kurus sementara Sera mungil berisi.
Dava melihat jam di layar hp nya. Sudah hampir menunjukan jam delapan. Itu artinya sebentar lagi Sera pulang jika gadis itu menepati janjinya.
Tidak berapa lama, ia mendengar suara motor yang berhenti di halaman rumah. Namira langsung menghentikan aktivitasnya ketika dia berpikir jika itu adalah adiknya.
Dava pun berpikiran yang sama, jika suara motor tersebut berasal dari motor temannya Sera yang mengantarkannya pulang.
Namira bangkit dari duduknya, Dava pun ikut turun dari tempat tidurnya. Mereka saling menatap satu sama lain.
"Kamu mau bukain pintu kan?" tanya Dava di angguki oleh Namira.
"Iya, mas. Itu pasti Sera pulang."
"Biar aku saja, kamu beresin aja lipat bajunya. Aku keluar kamar sekalian mau ke dapur setelah bukain pintu depan."
Namira pun mengangguk menurut.
"Iya, mas. Terima kasih, ya."
"Iya, sayang."
Dava mengusap bahu istrinya lembut sebelum kemudian beranjak dari sana. Namira sendiri melanjutkan aktivitas melipat pakaiannya.
Sebelum Dava sampai untuk membukakan pintu depan, pintu sudah di buka lebih dulu oleh Sera. Dava dengan cepat menghampiri gadis itu dan melihat ke luar rumah untuk memastikan siapa yang mengatarnya. Dan ternyata itu perempuan yang mungkin Sera sebut Nevvi temannya.
Entah kenapa, Dava merasa lega Sera di antar oleh teman perempuannya.
"Kenapa, kak?" tanya Sera melihat pria itu melihat ke arah luar.
Dava menggelengkan kepalanya. "Enggak, gak apa-apa. Tumben kamu tepat waktu."
"Gak asik soalnya," sahut gadis itu dengan wajah terlihat bete.
Dava jadi penasaran. "Kenapa?"
"Nevvi udah di tunggu sama pacarnya di tempat dia ajak aku main. Yang lain juga di sana sama pacarnya masing-masing. Nevvi gak tahu kalau aku udah putus sama Riki."
Sera mengerucutkan bibirnya merasa kesal. Tahu begitu dia tidak akan jadi ikut tadi.
Dava memegang kedua pipi Sera dan mereka berdiri di hadapan dengan kedua mata saling menatap satu sama lain.
"Jangan marah-marah, nanti cantiknya hilang." Dava berusaha membujuk gadis itu.
Seulas senyum tipis terbit dari sudut bibir Sera, dia merasa tengah di bujuk oleh pacarnya sendiri. Padahal pria yang saat ini berada di depannya adalah kakak iparnya.
Tanpa merasa canggung lagi, Sera pun menghambur ke dalam pelukan Dava.
"Makasih udah selalu ngertiin aku, kak," ucap Sera di dalam pelukan kakak iparnya.
Dava membalas Sera dengan sedikit membelai lembut rambut pendek gadis itu.
"Iya, sama-sama."
Mereka berpelukan cukup lama. Sampai akhirnya Sera memilih untuk masuk ke dalam kamarnya, begitupun dengan Dava. Ia khawatir Namira sampai memergokinya.
Namira menoleh begitu melihat suaminya sudah kembali ke kamar. Wanita itu baru saja selesai memasukkan pakaian ke dalam lemari.
"Tadi Sera kan mas?" tanya Namira memastikan.
"Iya, dia tadi langsung masuk ke kamarnya."
"Kalau begitu aku ke kamar Sera dulu ya, mas. Sera pasti belum makan," pamit Namira.
"Iya."
Namira beranjak pergi menuju kamar Sera.
Tok tok tok ..
"Seraa .. Kamu udah tidur belum?"
Namira mengetuk pintu kamar adiknya dan mendapat sahutan dari dalam.
"Masuk aja, kak," teriak Sera dari dalam.
Namira pun memutar knop pintu kamar Sera dan masuk ke sana. Ia mendapati adiknya sudah berbaring dengan selimut yang menutupi sekujur tubuhnya sampai leher.
Namira duduk di tepi ranjang Sera.
"Jangan tidur dulu, kamu pasti belum makan kan?"
"Aku udah kenyang. Tadi jajan di luar," jawab Sera tanpa mengubah posisi tidurnya.
"Harus tetap makan nasi."
"Iya, nanti aja."
Namira menghela napas. Adiknya memang sedikit keras kepala.
"Besok kakak mau antar ibu berobat lagi ke rumah sakit. Kamu mau ikut?"
"Enggak, ah. Aku kan harus cuci seragam sekolah sama sepatu. Lagian di sana juga pasti lama."
"Ya udah, besok kamu jaga rumah aja, ya. Jangan kemana-mana."
"Iya."
"Jangan lupa makan."
"Iya, kak. Iya."
Namira menghembuskan napas pelan, sebelum kemudian dia pergi dari kamar Sera.
Sementara di kamar lain, Dava baru saja menerima chat dari Edo. Jika Sera bisa kerja di kafe mulai besok dan sesuai dengan permintaan.
Dava bangun dari tidurnya hendak memberi tahu pada Sera mengenai kabar baik ini. Akan tetapi dia sadar jika Namira tengah berada di kamar gadis itu.
Namira pun kembali ke kamar. Dava segera menaruh hp nya di atas bantal. Namira duduk di sisi kosong sebelahnya.
"Aku lupa belum kasih tahu kamu sesuatu, mas." ujar Namira tiba-tiba.
"Sesuatu? Sesuatu apa?" tanya pria itu.
"Besok waktunya ibu berobat lagi, kamu gak keberatan kan besok antar aku."
Dava diam sejenak. Ia bingung apa ia akan ikut mengantar Namira ke rumah sakit, atau mengantar Sera ke kafe. Karena Sera baru pertama kali akan bekerja di sana. Lagipula Sera juga belum tahu dimana tempatnya. Sebagai seseorang yang memberi tahu lowongan kerja tersebut, Dava memiliki rasa tanggung jawab untuk Sera.
"Aku mulai minggu besok kayaknya mau kerja sampingan, sayang. Karena sayang juga kan kalau misalkan aku gak ngapa-ngapain. Lumayan buat nambah penghasilan untuk kebutuhan kita."
"Oh gitu. Ya udah gak apa-apa, mas. Biar aku sendiri aja yang antar ibu berobat."
"Iya, maaf ya."
"Gak apa-apa, mas."
Beruntung Dava bisa dengan cepat mencari alasan yang bisa di terima oleh Namira. Dia jadi merasa lebih tenang sekarang.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Qaisaa Nazarudin
Waahh kesempatan tuh Sera sama Dava..
2024-05-19
0
Muhamad Bardi
dava udah mulai ga bertanggung jaawab sama istrinya...
2023-05-23
2
Tina Nine
Adik sendiri bisa jadi duri dalam rumah tangga.
2023-05-15
2