Keesokan harinya. Masih sangat pagi sekali, waktu belum juga menunjukkan jam enam. Akan tetapi Riki sudah tidak ada di tempat tidur kamar Sera.
Gadis itu panik dan mencari keberadaan pacarnya. Ia takut jika pacarnya masih ada dan berkeliaran di dalam rumah atau pergi ke kamar mandi lalu berpapasan dengan ibunya. Akan tetapi begitu ia cari, Riki sudah tidak ada. Sandalnya juga sudah tidak ada, mungkin laki-laki itu sudah pergi selama ia masih tidur.
Sera mencoba menghubungi Riki, akan tetapi nomernya tidak aktif. Dia sama sekali tidak berpikiran buruk tentang pacarnya, ia yakin jika nanti Riki pasti memberi kabar.
Karena ini hari minggu dan kebetulan kakak nya tidak ada di rumah, ia berniat untuk melanjutkan tidurnya. Paling tidak sampai nanti jam sembilan. Baru ia akan bangun untuk mencuci seragam dan sepatu sekolah. Akan tetapi, suara panggilan ibunya membuat dia mengurungkan niat untuk tidur lagi.
"Iya, bu. Sebentar."
Sera turun dari tempat tidur dan berjalan ke kamar ibunya dengan bermalas-malasan. Jujur ia masih sangat ngantuk, karena semalam ia baru bisa tidur jam tiga menjelang subuh. Karena ia menghabiskan malam dengan bersenang-senang bersama sang pacar.
"Ibu mau minum obat, bisa tolong ambilkan minum buat ibu, nak?" pinta wanita paruh baya itu begitu melihat putri bungsunya sudah masuk ke kamarnya.
"Iya. Mau sekalian aku buatkan teh?"
"Air putih nya yang hangat aja, ibu lagi kurangin minum teh."
"Iya."
Sera mengambil gelas minum ibunya, dan pergi dari sana. Tidak berapa lama, gadis itu kembali dan memberikan gelas air minum khusus yang di pakai ibunya.
"Aku mau tidur lagi ya, bu. Soalnya tadi malam aku gak bisa tidur," pamit Sera.
"Iya, nak. Oh iya, tadi malam kamu dengar ada suara laki-laki gak?"
Sera menghentikan langkahnya begitu ia baru saja beranjak dari sana. Iris matanya seketika melebar. Tubuhya seketika menegang, ia pikir semalam ibunya tidur pulas.
Sera membalikan badannya, lalu menggeleng.
"S-suara laki-laki?" Sera balik bertanya.
"Iya, tadi malam ibu kayak ada dengar suara ketawa laki-laki," sahut ibunya.
Sera tambah gugup dan ketar-ketir. Akan tetapi ia berusaha untuk tetap tenang agar ibunya tidak curiga.
"Ak-aku .. Aku kok gak dengar ya bu. Atau mungkin itu cuma perasaan ibu aja. Bisa jadi itu suara tetangga kita. Di rumah kan kak Dava gak ada, cuma ada kita berdua."
Bu Ita tertegun sejenak. Beliau tidak tahu apa yang di dengar semalam hanya perasaannya saja.
"Kamu yakin gak dengar, nak?"
Sera dengan cepat menggeleng. "Enggak, bu. Ibu jangan takutin aku, dong. Kan ibu tahu kalau aku penakut, di rumah ini lagian cuma ada kita berdua."
Bu Ita pun mengalah. Mungkin memang itu hanya perasaannya saja.
"Iya, nak. Mungkin itu cuma perasaan ibu aja. Terima kasih sudah ambilkan ibu minum, ya. Kamu tidur lagi aja."
"Iya, bu."
Sera dengan cepat keluar dari kamar ibunya, sepanjang jalan menuju kamarnya, dia merutuki dirinya sendiri. Kenapa semalam Riki bisa ketawa sampai terdengar ke kamar ibunya tanpa ia sadar. Beruntung ibunya tidak ngecek langsung ke kamarnya. Jika ibunya sampai datang ke kamar buat memastikan, bisa mati malam itu juga dia.
_Bersambung_
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 42 Episodes
Comments
Maria Magdalena Indarti
Sera msh SMA sdh bawa laki-laki
2025-02-08
0
Eka Bundanedinar
hah g tau lg nnti klo sampe kakak iparmu ngancam kamu tau klakuan kamu sama pcrmu dan dia minta imbalan kamu sendiri yg rugi
2023-05-12
0
Muhamad Bardi
Sera sepandai"nya kamu berbohong pasti suatu saat akan terbongkar juga apa lagi sekarang kamu sudah jadi incaran kakak iparmu..
2023-05-11
2