..."Jangan sisakan sedikitpun ruang untuk dia berfikir bahwa kamu dapat ia gantikan dengan sosok yang lain." - Noah Dawson...
...💨💨💨...
Di sebuah kamar mewah milik Hotel Black Moon, Austin merebahkan tubuh Sasha ke atas ranjang. Lalu ia menyelimutkan tubuh Sasha dan ia duduk di sisi ranjang sambil menatap gadis yang sedang tidur pulas itu.
"Kenapa sih, keras kepala sekali?"
Austin membelai pipi Sasha sambil menghela nafasnya. Ia masih merasa kesal saat mengingat kembali bagaimana tubuh gadis itu di sentuh-sentuh oleh pria hidung belang dan kakak kandungnya sendiri.
"Ayah..." tiba-tiba Sasha mengigau memanggil ayahnya. Sasha memegang tangan kekar Austin yang sedang membelai pipinya.
"Ayah... hiks... hikss..." Sasha terisak dalam tidurnya.
Austin yang melihat gadis itu menangis menjadi sedih. Andai bukan karena kecurangan geng motor Black Wolf, tak mungkin Robert ikut terseret dalam masalah ini. Tapi, jika hal semacam ini tak terjadi ... mungkin hingga saat ini ia dan Sasha tak akan sedekat sekarang.
...💨💨💨...
"Kak," panggil Austin sambil duduk di samping Noah. "Gadis yang Kakak liat tadi, anak pembantu di rumahku. Pembantu yang selalu menyayangiku sejak kecil dulu."
"Oh ya?" Noah meneguk alkohol di gelasnya.
"Hmm. Tapi ... belum lama ini Bibi itu meninggal dan suaminya masuk rumah sakit." Austin mulai bercerita apa yang terjadi akhir-akhir ini sampai bagaimana ia bisa dekat dengan Sasha.
"Jadi ... selama aku di luar negri, ada banyak sekali hal yang terjadi ya," ucap Noah sambil menatap lurus ke depan.
"Katakan, apa yang harus kulakukan untuk membantumu?" tanya Noah sambil menoleh ke kiri menatap Austin yang sudah ia anggap sebagai adik sendiri.
"Aku ingin balas dendam pada Black Wolf sekaligus memiliki Sasha," jawab Austin dengan lugas. "Aku nggak tau, gadis itu begitu mengusikku akhir-akhir ini. Padahal, sejak dulu aku selalu melihatnya dan itu biasa-biasa saja."
"Hahaha..." Noah tertawa mendengarkan ucapan Austin.
"Balas dendam, ya? Hmm... aku akan memberikan beberapa orang kepercayaanku padamu. Bryan dan Dante. Dia akan membantumu," ucap Noah.
"Kalau soal gadis, saranku ... jangan sisakan sedikitpun ruang untuk dia berfikir bahwa kamu dapat ia gantikan dengan sosok yang lain."
Austin terdiam mendengarkan apa yang dikatakan Noah. Benar, tapi ... bukankah itu terdengar memaksa? "Emangnya nggak apa-apa kalo mereka dipaksa men-"
"Sekarang, hatimu di curi olehnya," potong Noah tegas. "Setelah hatimu di curi, apa kamu akan diam aja tanpa berbuat apa-apa? Pasrah? Ah! Kau bukan adikku kalau begitu!"
...💨💨💨...
Keesokan paginya, Sasha terbangun dari tidurnya. Kepalanya terasa berat dan pandangannya masih belum terlalu jelas. Mungkin pengar akibat minum-minum semalam belum hilang. Ia pun memutuskan mengucek matanya agar dapat melihat sekeliling dengan jelas.
“Loh?!”
Sasha langsung duduk dari tidurnya. Ia melihat sekeliling. Tak ada siapapun di sisinya. Bahkan Austin juga tak ada. Ke mana pria itu? Lalu, ia tidur dengan siapa sejak semalam? Sembari memiringkan kepalanya memikirkan apa yang terjadi kemaren, tanpa sengaja dahinya mengkerut dengan mata menyipit.
“Berapa banyak yang aku minum kemaren? Terus … Kak Freed dan …” Sasha bergumam sendiri.
“Bajingan!!!” umpat Sasha sesaat kemudian. Ia kembali teringat bahwa semalam ia sempat dilecehkan oleh Freed dan beberapa orang pria lainnya. Ia juga dapat mengingat dengan jelas bagaimana Austin datang saat itu dengan wajah yang cemas dan menumbangkan semua pria yang melecehkannya.
“Terus … habis itu aku nggak ingat apa-apa,” gumam Sasha pelan.
Ceklek!
Austin keluar dari kamar mandi. Tubuhnya yang masih basah, hanya berbalut handuk putih sebatas pinggang. Sesaat ia melihat ke arah Sasha, namun setelah itu ia membuang pandangannya dari wajah gadis itu. Seperti … enggan melihat wajah gadis itu.
“Kak,” panggil Sasha saat melihat Austin tak mengindahkannya.
Austin tak bergeming. Ia bergegas menuju sofa di mana sarapan sudah di hidangkan di atas meja kaca. Kemudian ia meraih ponselnya dan sibuk dengan benda pipih tersebut.
Sasha bangkit dari duduknya. Ia menuruni ranjang dan menapaki lantai. Dengan perlahan, ia berjalan mendekat ke arah Austin dengan kedua tangannya yang saling terpaut.
“Kak … a-aku …” Sasha menunduk tanpa berani menatap ke arah Austin. “Maaf. Gara-gara aku, Kakak jadi-“
“Sudahlah. Berhenti memanggilku Kakak. Aku bukan kakakmu lagi,” kata Austin dingin tanpa menoleh ke arah Sasha.
“Maksud Kak Austin apa?” tanya Sasha dengan dahi yang mengkerut.
Drrttt… Drrttt…
Ponsel Austin berdering. Ia langsung mengangkat panggilan tersebut.
“Hmm.” Dehem Austin dingin saat menerima panggilan tersebut.
“Ya udah. Malam ini ketemu di tempat biasa.”
Setelah menerima panggilan tersebut, Austin kembali menatap layar ponselnya tanpa melihat ke arah Sasha.
“Mandi, terus sarapan. Setelah itu kita pulang,” perintah Austin dingin.
“Kak … maksud ucapan Kakak tadi apa? Kita bukan saudara lagi?” tanya Sasha berusaha mencari jawaban dari apa yang Austin katakan tadi.
“Apa … Kakak akan mengusirku gara-gara semalam?”
“Emangnya, kamu ngapain kemaren?” tanya Austin dingin sambil mengangkat wajahnya menatap ke arah Sasha. Sorot mata hazelnya yang tajam membuat Sasha sedikit bergidik. Austin menaikkan kaki kirinya ke atas paha kaki kanan. Kemudian kedua tangannya ia rentangkan ke atas sandaran sofa.
“Kemaren … aku minum,” jawab Sasha pelan.
“Terus?” tanya Austin dengan mata yang masih menatap Sasha dengan tajam.
“A-aku … meninggalkan ruangan,” jawab Sasha sambil menelan ludahnya.
“Terus?”
“Ketemu Kak Freed. Katanya dia bakalan bawa aku ketemu Kak Austin. Makanya aku ikut aja.”
“Terus? Setelah kamu ikutin dia ke room itu, kamu ngapain?” tanya Austin sengit.
Sasha mendadak terdiam. Ia kembali teringat dengan apa yang terjadi saat Freed membawanya masuk ke dalam ruangan yang Freed katakan ada Austin di sana. Saat itu, Freed mengajaknya bermain rumah-rumahan.
“Aku yang jadi ibunya dan … mereka yang jadi ayahnya,” gumam Sasha pelan dengan mata yang kosong menatap lurus.
Sesaat mengatakan ucapan yang dikatakan oleh Freed kepadanya kemaren, sekujur tubuh Sasha langsung bergetar dengan hebat. Ia mendadak bergidik ngeri dan merasa jijik. Ia merasa bahwa kini tubuhnya telah di sentuh oleh beberapa orang.
Austin langsung melihat ke arah Sasha. Ia terkejut dengan respon tubuh gadis itu setelah mengatakan hal yang cukup membuatnya sakit hati. Apa? Sasha menjadi ibu dan pria-pria sialan itu menjadi ayahnya?!
Tanpa berkata-kata, Austin langsung bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Sasha. Sikap dingin yang sengaja ia pertahankan itu, mendadak buyar karena melihat tubuh Sasha yang bergetar.
“Sha?” Austin mencoba memegang kedua lengan Sasha.
Namun, secara refleks Sasha mengelak dan melangkah mundur selangkah. “J-jangan sentuh aku!”
Austin terbelalak. Ia langsung menarik paksa tubuh Sasha dan menggenggam kedua lengan gadis itu.
“Kamu membiarkan tubuhmu disentuh bajingan itu? Tapi kamu tak membiarkanku menyentuhmu? Padahal aku yang menyelamatkanmu dari mereka!” bentak Austin kesal.
Sasha hanya diam dengan tubuh yang bergetar ketakutan. “Kak, kemaren itu bukan kemauanku.”
“Bukan kemauanmu gimana?! Jelas-jelas kamu tak mendengarkan ucapanku dan mengikuti Freed. Terus kamu diam aja saat tubuhmu disentuh mereka?!”
“Begini ‘kan yang mereka lakukan kemaren? Hmm?” Austin mendaratkan tangan kekarnya dan mere.mas dada sintal milik Sasha dengan mata yang menatap tajam ke arah Sasha.
“Kak!” Sasha menempik tangan Austin. “Itu bukan kemauanku!”
Geram mendengarkan ucapan Sasha, Austin langsung menarik dan mendorong tubuh Sasha hingga jatuh ke atas ranjang. Lalu, ia memanjati tubuh Sasha dengan tatapan yang bengis dan mengerikan.
“Bukan kemauan? Kalau bukan kemauan ‘kan kamu bisa melawan? Bukan membiarkan mereka membuka bajumu seperti ini!” ucap Austin sambil menyingkap kaos hitam yang Sasha kenakan.
“Kak, kemaren aku mabuk! Aku nggak sadar dan-“
“Oh… kalau kamu nggak sadar, kamu seenaknya aja ngasih tubuhmu ke pria manapun? Hmm?” tanya Austin yang mulai terbakar api cemburu. “Sedangkan aku yang udah membayar virginmu, nggak ada kamu biarkan aku menyentuh dan menggunakannya.”
“Kamu itu sebenarnya pelacur atau wanita murahan sih?! Pelacur aja di bayar, masak-”
Plak!
Sasha menampar Austin dengan tatapan benci. “Kak, jaga ucapan Kakak!”
Austin menggigit bibirnya menahan kesal. Kemudian ia menghela nafasnya dengan kasar.
“Ternyata benar, setelah mencuri hatiku. Kau menjadi seenaknya dan sedikitpun tak berniat untuk memberikan sesuatu yang setimpal padaku?” gumam Austin sambil menyeringai.
“Karena kamu nggak bisa memberikannya, maka aku sendiri yang akan mengambilnya dengan paksa.”
“A-apa yang Kakak pikirkan sekarang?” tanya Sasha ketakutan.
“Mencuri hal yang berharga darimu. Seperti kamu mencuri hal yang berharga dariku.” Jawab Austin dingin.
...💨💨💨...
BERSAMBUNG...
...💨💨💨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
lenong
jadi cewek tuh gak menye2 Sha, udah untung Austin baik😏😏
2023-10-25
0