..."Sasha Sayang ... Austin menyuruhmu bermain dengan kita."...
..."Main rumah-rumahan. Kamu jadi ibunya dan kami semua jadi ayahnya. HAHAHAHA!!!"...
...- Freed Marcellio Mendes -...
...💨💨💨...
Di dalam sebuah ruangan khusus yang berada di lantai tiga Club Black Moon, Sasha dan Austin hanya berdua di sana.
Di ruangan tersebut, ada sebuah dinding kaca yang tembus pandang ke arah lantai dansa yang berada di lantai satu. Pengunjung yang hadir malam itu terlihat sedang asik menggerakkan tubuh mereka mengikuti alunan musik dari DJ yang sedang sibuk memainkan piring hitam dengan headphone yang menggantung di leher.
"Kak, kita ngapain di sini?" tanya Sasha sambil melihat ke arah lantai dansa di balik dinding kaca tembus pandang.
"Kamu mau dansa?" tanya Austin sambil menatap Sasha dari sofa yang sedang ia duduki.
Austin yang saat itu sedang duduk bersandar di sofa, ia langsung meraih gelas wine kosong yang ada di depannya. Kemudian, ia membuka tutup botol wine tersebut dan menuangkannya ke dalam gelas yang sedang ia pegang.
"Nggak deh, Kak. Aku nggak bisa. Badanku terlalu kaku," jawab Sasha dengan tatapan yang tak lepas ke luar kaca pembatas.
"Aku bisa kok bikin tubuhmu lemas dan tak tegang," ucap Austin sembari menyeringai. Tangan kanannya bersiap-siap merogoh sesuatu di saku. Sesuatu yang Jason berikan tadi.
"Kakak pinter dansa ya?" Sasha bertanya tanpa sedikitpun perasaan curiga dengan kalimat yang baru saja Austin ucapkan.
Austin tak menyahut. Ia bangkit dari duduknya sambil merogoh seluruh saku yang ada di tubuhnya. Ke mana benda itu tadi?!
Merasa pertanyaannya tak di jawab, Sasha menoleh ke belakang. "Kakak nyari apa?"
"Eum ... i-itu ... kunci motor! Ya! Kunci motor!" ucap Austin berdalih.
"Emang Kak Austin taro di mana?" tanya Sasha sambil berjalan mendekat ke arah Austin.
"Kamu tunggu di sini bentar ya, takutnya tinggal di motor," ucap Austin sambil berjalan ke arah pintu.
Sasha hanya mengangguk pelan dan duduk di sofa.
"Kamu minum aja dulu dan JA-NGAN KE-LU-AR SEN-DI-RI!" ucap Austin dengan penuh penekanan dan mata yang melotot.
"Iyaaaaa. Emangnya aku mau ke mana, lagian tempat kayak gini juga aku nggak berani keluar sendiri," Sasha merengut sambil mencebik.
Saat Austin keluar meninggalkan ruangan tersebut, Sasha sibuk melihat-lihat ke arah botol wine dan gelas yang sudah terisi dengan minuman yang berwarna ungu kemerah-merahan.
"Ini yang namanya minuman keras itu ya," gumam Sasha sendiri sambil mencoba mengambil botol kaca tersebut. Kemudian, ia melihat kemasan botol kaca tersebut sambil mengerutkan keningnya.
"Apa aku coba dikit? Hehehe."
Sasha melirik ke arah pintu. Menantikan kehadiran Austin. Tapi pria itu baru saja meninggalkan ruangan tersebut.
"Kan tadi Kak Austin nyuruh minum. Yang penting nggak boleh keluar," celetuk Sasha sambil menuangkan minuman ke gelas yang masih kosong.
Setelah gelas terisi setengah, Sasha meletakkan botol wine tadi dan mengambil gelas yang telah berisikan minuman.
"Kalo nonton di film-film sih, ada yang icip-icip dikit, tapi ada juga yang minum sekali teguk. Aku ngikutin yang mana ya," Sasha berfikir sambil melihat ke arah gelas wine yang ia pegang.
"Yaudahlah, sekali teguk aja!" serunya.
Sasha langsung meminum wine tadi dengan sekali tegukan. Lalu, wajahnya mendadak kecut karena rasa minuman tersebut yang aneh dan tak biasa baginya.
"P-pahit!" ucap Sasha sambil merinding. Ada rasa pahit bercampur manis yang sedang menjadi satu di mulutnya, namun ... beberapa saat kemudian ada sensasi baru yang sedang ia rasakan saat ini.
Sasha menatap sekeliling. Seolah-olah kepalanya menjadi ringan. Padahal, ia baru minum segelas. Apa karena ini pertama kali baginya menelan minuman tersebut? Rasanya juga tak buruk. Namun, efek yang diberikan cukup menyenangkan.
Karena masih penasaran dengan efek yang pertama kali ia rasakan tersebut, Sasha memutuskan untuk kembali menuangkan minuman tersebut ke gelasnya.
Dua gelas, tiga gelas, empat gelas. Hingga akhirnya di gelas ke delapan, saat Sasha mencoba menuangkan minuman dari botol yang besar itu ke gelas yang kecil, mendadak botol tersebut tergelincir dari tangannya yang mungil. Botol tersebut jatuh ke lantai dan pecah.
"Ihhh ... pecahhhh!"
Sasha mulai mabuk. Tubuhnya yang sempoyongan, mendadak tersentak kaget saat mengetahui botol kaca wine tersebut jatuh dan pecah. Ia melihat ke arah pintu dengan pandangan yang mulai kabur. Berharap sosok Austin segera muncul dari pintu tersebut.
"Ughhh ... Kak Austin lama!!!" rengek Sasha kesal.
Sasha menoleh ke arah lantai. Serpihan kaca dan minuman yang tersisa berserakan di lantai. Ada rasa takut saat Austin kembali nanti. Apa Austin akan memarahinya?
"A-aku ... aku harus ... cari Kak Austin keluar!" ucap Sasha tak sadar.
Sasha yang tatapannya mulai kabur tersebut, ia berdiri dari duduknya. Berdiri saja tubuhnya sudah sempoyongan, apalagi berjalan? Sasha mengerjap-ngerjapkan matanya. Lalu, ia menyipitkan mata mencoba menatap fokus ke depan.
"Ihhh! Kok jalanannya goyang-goyang sih!" gerutu Sasha kesal. Tubuhnya yang oleng ke kiri dan kanan benar-benar membuatnya kesulitan berjalan menuju ke pintu yang jaraknya tak jauh dari sofa yang ia tempati tadi.
"Haaa ... akhirnya sampai juga ke pintu," Sasha tertawa cekikikan sendiri sambil membuka pintu.
Gadis itu lupa dengan apa yang dikatakan oleh Austin. Jangan keluar dari ruangan tersebut. Tapi ia malah keluar dan berjalan tak tentu arah.
"Oh ... Kak Austin ke parkiran ya," ucap Sasha saat melihat tangga.
Gadis yang berjalan saja tak lurus itu mendekati tangga dan menapaki tangga satu per satu. Entah butuh berapa lama, akhirnya ia tiba di lantai satu, tepatnya di lantai dansa dan bar.
Bruk!
"Sasha?!"
Sasha memicingkan matanya menatap ke arah suara pria yang memanggilnya barusan.
"K-Kak Freed?"
Sasha tersenyum menatap Freed. Wajahnya yang mabuk terlihat begitu jelas. Freed memegang kedua bahu Sasha dengan tatapan penasaran.
"Kamu sama siapa ke sini?" tanya Freed.
"Sama adek Kak Freed, hehehe," Sasha terkekeh sambil berdiri dengan susah payah menggunakan kakinya.
"Austin?"
Sasha mengangguk mengiyakan pertanyaan Freed.
"Ck! Anak pembantu pun di embat sama tuh bocah," gumam Freed dalam hati.
"Kak Freed, Sasha pergi dulu ya. Mau cari Kak Austin," ucap Sasha sambil tersenyum ke arah Freed.
"Sha!" Freed menahan tangan Sasha. "Aku tau Austin di mana."
Sasha mencoba membuka matanya dengan lebar. Ia menatap Freed sambil bertanya dengan nada suara yang mabuk. "Kok bisa tau?"
"Eh ... aku lupa, Kak Freed 'kan kakaknya Kak Austin, hehehe."
"Nah iya. Sekarang, ayo ikut aku," ucap Freed sambil menarik Sasha menapaki tangga satu persatu.
"Kak ... aku nggak kuat jalan," rengek Sasha manja.
Freed menatap Sasha dengan tatapan jijik. Ia kesal karena gadis itu menyusahkan. Jika bukan karena Austin mengincar gadis itu, ia juga tak sudi berurusan dengan gadis itu. Selama ini, kelakuan manis yang ia tujukan ke Sasha hanyalah sebatas sandiwara belaka.
"Dikit lagi kok, ya?" ucap Freed sambil mencoba memapah tubuh Sasha.
Membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya mereka tiba di lantai dua.
"Nah, sekarang Austin ada di ruangan. Dia lagi nungguin kamu," Freed menuntun Sasha menuju ruangan tersebut.
Ruangan yang di tempati oleh Freed saat ini lebih besar dari ruangan yang di tempati oleh Austin tadi. Hanya saja, di dalam ruangan tersebut tak ada Austin, melainkan ada beberapa pria asing yang tak dikenali oleh Sasha.
"Wohooo... siapa nih," seru salah seorang pria ke arah Freed.
"Biasa. Kenalan dulu dong," sahut Freed sambil mendudukkan Sasha ke atas sofa tepatnya di tengah-tengah para pria yang ada di sana.
"Ck! Cakep juga nih," ujar salah seorang lagi.
Seluruh pria yang ada di dalam ruangan tersebut merupakan teman Freed. Mereka memang sudah akrab sejak lama. Hanya saja tak pernah sekalipun berkunjung ke rumah.
"Kayaknya sih, ni cewe masih seger," celetuk salah seorang sambil menatap tubuh Sasha dengan tatapan yang liar.
"Gas lah! Rame-rame aja biar seru! Hahahaha!!!" Freed benar-benar menggila malam itu. Ia tertawa dengan suara yang begitu lantang dan berbeda dengan sosok Freed yang Sasha kenali.
"Kak Freed ..." panggil Sasha setengah sadar. "Apa maksud Kakak barusan? Kak Austin kok nggak ada, Kak?"
Freed mendekat ke arah Sasha sambil memegang dagu gadis itu. Kemudian ia membawa wajah gadis itu ke atas menghadap ke arahnya yang sedang berdiri.
"Sasha Sayang ... Austin menyuruhmu bermain dengan kita."
Ucapan Freed tersebut sontak membuat seluruh pria yang ada di dalam ruangan tersebut tertawa dengan sangat mengerikan.
"Main? Main apa, Kak?" tanya Sasha polos.
"Main rumah-rumahan. Kamu jadi ibunya dan kami semua jadi ayahnya. HAHAHAHA!!!"
...💨💨💨...
BERSAMBUNG...
...💨💨💨...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments
lenong
udah sakit2tan aja masih jahat nih Freed😡😡
2023-10-25
0