..."Selangkah aja kamu bergerak meninggalkan tempat ini, aku nggak akan biarin kamu tenang malam ini!" - Austin Xaquille Mendes...
...💨💨💨...
Malam itu, Austin memutuskan untuk menghilangkan jenuh dengan berkeliling kota menggunakan motor kesayangannya. Jason dan anggota Maddog juga mengikuti Austin dari belakang.
"Sasha?!" Betapa terkejutnya Austin melihat gadis itu berjalan menuju ke hotel. Apa jangan-jangan dia open B.O lagi?! Pikir Austin geram.
"Ck! Dasar cewe keras kepala!" umpatnya dalam hati.
Austin menghidupkan lampu sein-nya untuk menepi ke kiri. Kemudian ia menghadang jalan seorang gadis. Jason dan anggota Maddog merasa aneh. Kenapa Austin seperti itu di depan hotel?
"Kayak kenal," gumam Jason lirih saat menatap wajah gadis yang dihadang jalannya oleh Austin.
"Kamu ngapain ke hotel?! Masih mau open B.O?!" sergah Austin tiba-tiba setelah ia membuka kaca helm saat ia berhenti tepat di depan Sasha yang ada di depan gerbang masuk hotel.
Seluruh orang yang saat itu sedang lalu lalang di depan gerbang masuk hotel melihat ke arah Sasha dan juga Austin.
Suara lantang Austin benar-benar memberikan cap buruk pada Sasha yang menerima ucapan tersebut. Ck! Open B.O? Haaa... bisa-bisanya Austin menyebut hal tersebut tanpa sedikit pun rasa malu dan bersalah.
Jason dan anggota Maddog terperangah melihat tingkah Austin. Namun, karena tak ingin mencampuri urusan Austin, Jason selaku wakil ketua mengarahkan seluruh anggota Maddog untuk meninggalkan Austin.
Tanpa membutuhkan waktu yang lama, seluruh anggota Maddog pergi meninggalkan Austin dengan bunyi knalpot motor mereka yang bervariasi dan memekakkan telinga.
Sasha menghela nafasnya dan mengumpat sendiri. "Dosa apa yang udah aku lakuin sampe-sampe harus ketemu lagi sama orang kayak dia."
Sasha berlalu pergi meninggalkan Austin. Ia mempercepat langkahnya, namun tetap dapat di kejar oleh Austin karena ia mengendarai motor.
"Berhenti!" sergah Austin dengan suara yang lantang.
Sasha tak perduli. Ia tetap mempercepat langkahnya. Merasa kesal, Austin langsung menghentikan motornya dan menuruni motornya. Lalu ia berlari menarik tangan Sasha.
"Kamu ngapain ke hotel?!" tanya Austin penasaran.
Sasha berusaha melepaskan tangannya dari genggaman erat Austin. Sayangnya percuma. Karena genggaman pria itu begitu kuat.
"Maunya apa sih?!" Sasha melotot ke arah Austin.
"Aku harus tau pacarku ke mana!" bentak Austin dengan suara yang lantang.
"Kak! Aku nggak pernah nganggep Kakak itu pacar aku! Jadi nggak usah ngaku-ngaku!" ketus Sasha dengan suara yang tak kalah lantang. "Mau aku ke mana pun, ya suka-suka aku!"
Austin kesal mendengar pemberontakan Sasha. Ini pertama kalinya seorang gadis menolaknya dan tak tertarik sedikitpun padanya.
Dengan kuat, Austin menarik Sasha menuju motornya. Lalu, naik ke atas motor.
"Naik! Atau aku kirimkan seseorang untuk menyakiti Pak Robert?!" ancam Austin tanpa berfikir sebelum bicara.
Sasha mengepalkan kedua tangannya. Ingin sekali ia menampar pria tersebut karena ucapannya yang begitu tak berperasaan. Sayangnya, pria itu sedang menggunakan helm. Percuma jika ia menampar helm tersebut.
Tanpa bisa melawan, Sasha mengikuti ucapan Austin. Ia naik ke atas motor di kursi boncengan.
"Peluk aku," ucap Austin dingin.
Sasha tak peduli. Ia hanya diam. Namun kedua tangan Austin mengambil tangannya ke belakang dan membawa tangan gadis itu melingkar ke tubuh untuk memeluknya.
Setelah motor melaju dengan kecepatan tinggi, kini mereka memasuk pekarang Hotel Nerium Oleander. Austin memarkirkan motornya dan berhenti. Lalu ia dan Sasha turun dari motornya.
"Ngapain kita ke hotel?" tanya Sasha tak nyaman saat Austin melepaskan helmnya.
"Kan tadi kamu yang duluan ke hotel? Aku bakalan bayar kamu tiga kali lipat dari bayaran yang kamu teri-"
Plak!
Sebuah tamparan keras melayang ke pipi Austin dari tangan Sasha. Kedua pupil mata Sasha terlihat mengecil dan wajahnya menegang.
"Jaga ucapan, Kakak! Anak dan orangtua, sama aja! Sedikit aja nggak bisa ngehargain orang!" tukas Sasha meluapkan emosinya.
"Jangan pikir karna kalian kaya, kalian bisa seenaknya aja berlaku padaku! Emangnya, sulit ya cuma bilang maaf, makasi dan bertanya baik-baik tanpa menuduh?!" sambungnya dengan dada yang naik turun meluapkan rasa sesal di dada.
Austin mengerutkan keningnya. Kenapa Sasha menyebut orangtuanya? Memangnya apa yang terjadi sampai-sampai emosi gadis itu meledak-ledak?
"Ikut aku," ucap Austin sambil meraih tangan Sasha mengikutinya.
"Nggak!" Sasha melepaskan tangannya dari genggaman tangan Austin.
"Aku nggak bakalan pake tubuh kamu," ucap Austin dingin. Kemudian ia kembali meraih tangan Sasha mengikutinya.
Kedua orang tersebut memasuki hotel. Meskipun sedang memesan kamar, Austin tak membiarkan Sasha menjarak darinya.
...💨💨💨...
"Ada apa di rumah?" tanya Austin saat mereka sudah berada di kamar hotel.
Keduanya duduk di sisi ranjang. Hanya saja, Austin duduk memposisikan tubuhnya menghadap Sasha.
"Tanya aja sama keluarga Kak Austin," ucap Sasha malas.
Austin menghela nafasnya. Kemudian ia berbicara dengan nada yang perlahan. "Kamu tau 'kan hubunganku dan keluargaku seperti apa?"
Sasha memutar bola matanya dengan wajah yang kesal dan ia mengutuk di dalam hati. "Tetap aja kelakuan dia dan keluarganya itu sama. Ck!"
"Udahlah. Lupain aja, Kak," tutur Sasha malas. "Udah ya? Aku mau ke rumah sakit."
"Mulai malam ini, aku nggak mau berurusan lagi dengan Kak Austin. Ntar aku transfer balik uang deposit kemaren. Chat aja nomer rekening Kakak ke kontak aku yang kemaren," sambungnya.
Sasha bangkit dari duduknya dan berdiri membelakangi Austin.
"Oh ... satu lagi," Sasha menoleh ke belakang, ke arah Austin. "Aku bukan pacar Kakak dan aku benci sama Kakak. Jadi ... nggak ada alasan untuk aku jadi pacar Kak Austin."
"Kalau bukan gara-gara geng motor sialan itu, kehidupanku sekarang tak akan semenyedihkan ini! Bahkan tempat tinggal pun nggak ada gara-gara Ayah dipecat sepihak. Padahal anaknya bikin ulah, tapi dengan nggak tau malunya memecat Ayahku!"
Setelah meluapkan emosinya. Sasha menoleh ke depan dan berjalan menuju pintu keluar.
"Hey!!!" bentak Austin dengan lantang dan mengerikan. Amarahnya mendadak meledak karena ia merasa tak dihargai dan ia dituduh sembarangan.
Sasha tersentak kaget bersamaan bahunya yang sedikit terangkat. Ini pertama kalinya ada orang yang membentaknya dengan sangat kasar dan menakutkan.
"Selangkah aja kamu bergerak meninggalkan tempat ini, aku nggak akan biarin kamu tenang malam ini!" hardik Austin geram. Sebenarnya, ia hanya tak ingin dijauhi gadis yang sejak kemaren mengusik pikirannya.
"Haaa ... memangnya aku ini budak yang seenaknya bisa diperintah?!" celetuk Sasha sambil tetap berjalan menuju pintu. Ia tak peduli dengan ancaman Austin.
"Ck! Benar-benar menguji kesabaranku!" Austin bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah Sasha.
Sasha yang sadar bahwa pria itu sedang berjalan ke arahnya, ia langsung berlari menuju pintu agar ia bisa keluar dari kamar tersebut.
...💨💨💨...
BERSAMBUNG...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 61 Episodes
Comments