Keesokan paginya, di mansion lain ada El yang sudah bangun sejak pukul 6 tadi.
Ia terbangun kala putra tampannya menangis.
Karena tak ingin Lea bangun alhasil ia bergerak cepat untuk menenangkan putranya.
Namun sepertinya baby Enzo merasa lapar saat ini.
Sejak tadi ia tak berhenti menangis meski El sudah menimangnya.
Lea yang terbangun karena mendengar suara tangisan, dengan bersusah payah ia berusaha membuka kedua matanya yang terasa begitu lengket sekali.
Pemandangan pertama yang ia lihat ialah, El yang tengah membopong baby Enzo di dekat jendela.
"Tenang ya sayang, jangan buat mamamu bangun," ucap El yang berusahas keras untuk menenangkan baby Enzo.
Kedua mata yang tadinya masih lengket seketika langsung terbuka lebar kala mendengar hal itu.
Mama? Tunggu, sejak kapan Lea jadi mamanya?
Argh kenapa Lea malah salah fokus dengan apa yang barusan ia dengar.
Lea yang tertegun dengan pesona El pagi ini, tak sadar kala El tengah menatap lapar dirinya.
"Wah son, sepertinya kamu telah membuat mamamu terbangun," gumam El sembari berjalan ke dekat ranjang.
Lea yang mendengar hal itu sontak langsung tersadar dari lamunannya.
Entah ada apa dengan diri Lea, ia seakan tak menyadari jika marabahaya menghampirinya.
Ia tak kunjung bangun juga dari baringnya dan masih terdiam di atas ranjang.
"Sini ya tidur sama mama," ucap El sembari membaringkan putranya di samping kanan Lea.
Lea yang malah fokus dengan baby Enzo tak menyadari saat El naik ke atas ranjang.
"Yaaa," teriak Lea terkejut kala El memasukkan kepalanya ke dalam kaos oversizenya.
Lea menoleh ke samping di mana baby Enzo tampak asyik mengulum jempol kakinya.
"Jangan melihat ya nak," ucapnya sembari menutupi kedua mata baby Enzo dengan tangan kanannya.
El yang mendengar hal itu hanya terkekeh pelan.
Bugh
"Cepat keluar atau aku akan memenggal kepalamu!" ancam Lea sembari memukuli punggung El.
"Diamlah sayang, aku hanya membantumu untuk pumping," ucapnya sembari meremas benda kenyal Lea dan menciumi belahan yang begitu indah itu.
Lea memejamkan matanya sembari meremas kuat spreinya.
"Yaaa, apa kau tak melihat, ada putramu di sini, cepat keluar!" marahnya pada El sembari menggigit bibir bawahnya.
"Karena itu sayang, aku harus melakukannya di dalam," jawabnya dengan santai sembari memainkan benda kenyal Lea.
Lea meremas kuat spreinya dan sesekali menggigit bantalnya.
"Akhhh hentika ahh kan ehngh," desah dan erang Lea kala benda kenyalnya dipilin dan diremas.
El yang tak ingin menghilangkan kesempatan emas itu kini seakan memuaskan dirinya untuk memainkan benda kenyal Lea di dalam sana.
"Henti akhhh hmphhh yaaa hentikan," ucap Lea dengan kesulitan karena ia juga menahan desahannya.
El yang berada di dalam kaos Lea kini tersenyum lebar sembari memainkan benda kenyal itu dengan jari jemari.
"Panggil namaku sekali dan aku akan berhenti," pintanya yang mana El langsung menghisap kuat-kuat squisy Lea.
"Akhhh hentikan," desah Lea yang mana ia membusungkan dadanya kala merasakan hisapan yang kuat dari mulut El.
El tak menghentikan hisapannya meski ASI Lea sudah keluar dan sempat ia telan.
"Yaaa bangsat, hentikan," teriak Lea kesal, bukannya memanggil nama El ia justru mengumpatinya.
El tak bisa menahan tawanya dan langsung keluar dari dalam kaos Lea.
"Awas ASI nya tumpah," goda El membohongi Lea agar ia segera menyusui putranya.
Dan benar saja, Lea dengan wajah polos dan patuhnya langsung menyusui baby Enzo.
Dan sepertinya Lea baru menyadari sesuatu.
Di mana bra-nya?
Lea langsung menatap tajam dan sinis pada El yang tak berhenti tertawa.
"Awas saja setelah ini, aku akan membunuhmu," ancam Lea dengan tatapan tajamnya.
El hanya tertawa kecil lalu berbaring di belakang Lea.
Ia menatap putranya yang tampak tenang dan menikmati ASI Lea.
"Bagaimana son, bukankah itu sangat segar?" tanyanya pada baby Enzo.
Lea seketika langsung mencubit paha El yang mana hal itu bukannya membuat El kesakitan namun malah tertawa sangat keras karena merasa geli.
El kini merapatkan tubuhnya pada Lea dan memeluk perut rata itu dari belakang.
"Pergilah sebelum aku menendangmu!" ancamnya dengan begitu galak.
El kembali tertawa membuat Lea merasa lelah untuk mengancamnya.
El lalu menciumi dan sesekali menggigit leher jenjang Lea.
"Lepaskan akhhh," desahnya sekali lagi membuat El terkekeh.
Ia lalu mengulum pipi chubby Lea begitu lama karena saking gemasnya.
"Kenapa kau bisa secantik ini?" gumamnya heran sembari mengecupi pipi Lea beberapa kali.
"Hiiii air liurmu," ucap Lea yang langsung mengusap pipinya bekas ******* El barusan.
El hanya tertawa dan mengusap- usap perut rata Lea.
Kini El merasa begitu bahagia dan senang sekali kala bisa melihat putranya minum ASI tanpa harus takut alergi atau panas tubuhnya seperti sebelumnya.
Dan El tidak akan membiarkan putranya kekurangan ASI sedikitpun apalagi kehilangan sosok seorang ibu.
Karena El akan melakukan berbagai cara untuk bisa menjadikan Lea sebagai ibu penggantinya sekaligus wanitanya.
Lea yang kini juga sedang sibuk dengan pikirannya, berniat untuk mengatakan sesuatu pada El selagi suasananya sedang serius dan hening.
"El," panggilnya untuk kali pertama sejak mereka bertemu.
El yang tadinya asyik menatap putranya yang tengah menyusu sontak menganga tak percaya dengan apa yang barusan ia dengar.
"Coba kamu ulangi lagi sayang," pintanya pada Lea sembari mengusap-usap perut Lea.
Lea mendengus sebal dan hanya diam tak mematuhi permintaan El.
"Tidak jadi," ketusnya sembari menunduk menatap baby Enzo.
El tertawa kala Lea seketika langsung merajuk.
"Iya sayang, mau ngomong apa sih? Hmm?" tanyanya dengan lembut sembari menciumi daun telinga Lea.
Lea yang merasa risih dan ingin sekali menendang dan menjahit bibir El kini beberapa kali mengatur napasnya untuk menahan amarahnya.
Hingga ia ingat akan sesuatu yang harus ia katakan pada El.
"Bagaimana jika kita buat kesepakatan?" tawarinya membuat El mulai tertarik dengan pembicaraan Lea.
"Kesepakatan apa?" tanya El sembari tersenyum ke arah putranya yang sayup-sayup mulai memejamkan matanya.
Lea menelan salivanya dan berusaha untuk memberanikan diri mengatakan hal ini.
"Aku mau menyusui baby Enzo sampai ia besar, asal," Lea menjeda ucapannya membuat El menatapnya dari samping dengan begitu lekat.
"Asal?" tanya El tak sabar.
Lea sedikit menoleh ke belakang untuk melihat wajah El.
"Kamu menikah dengan Oliv," lanjutnya membuat alis El seketika langsung menyatu tanda ia marah dan tak setuju.
"Aku janji aku akan menyusui baby Enzo sampai ia besar dan aku juga akan mengganti semua tagihan rumah sakit yang telah kamu berikan pada papaku, bagaimana?" ucapnya yang mana Lea terdengar begitu memohon untuk Oliv.
El yang mendengar hal itu kini berusaha mengontrol emosinya.
"Kenapa kamu berteman dengan orang toxic sepertinya? Apa kamu akan melakukan segalanya hanya karena kalian bersahabat?" tanya El dengan nada yang dingin dan serius.
Lea diam, ia masih mendengarkan ucapan El.
"Kamu pikir aku tidak tahu sebab lebamnya lehermu? Kau bisa mengalahkan lima pengawal sepupumu tapi kau hanya diam saat Oliv mencekikmu. Apa itu yang namanya sahabat?" tanya El yang mana ia sejak kemarin malam sedikit geram kala Lea hanya diam saja saat Oliv mencelakainya.
Lea masih diam, bahkan ia tak bisa membantah ucapan El meski ia bisa.
"Jangan membuat kesepakatan denganku hanya untuk menuruti semua permintaan Oliv, karena aku tak akan pernah mengabulkan permintaanmu," tegas El pada Lea.
El menelan salivanya dan kembali bersuara.
"Siapapun tidak akan bisa menggantikanmu, sekalipun mama yang meminta. Kau akan tetap menjadi wanitaku, jadi jangan pernah berpikir atau memiliki niatan mencarikan wanita untuk menggantikanmu," tegasnya sekali lagi yang mana ia langsung beranjak dari ranjang dan keluar dari kamar.
Lea menghembuskan napas pelan dan ia benar-benar tak bisa menjawab atau membantah ucapan El barusan.
"Ada apa denganku, kenapa aku hanya diam saja," gumamnya heran dengan dirinya sendiri.
•••
El kini melajukan mobilnya begitu kencang sekali dengan kecepatan yang tinggi.
Jika melihat dari sorot matanya, siapapun bisa melihat jika ia sedang marah.
Hingga mobil ferari hitam itu memasuki pelataran gedung JM.
El langsung turun dari mobil dan memasuki gedung tinggi itu dengan raut wajah yang datar dan menakutkan.
Dan El sengaja datang sendiri karena ia tak ingin membuat keributan.
Ia bisa mengatasi masalah ini sendiri.
El menaiki lift untuk menuju lantai atas tempat para model berada.
Ya setelah menelpon mamanya tadi untuk menanyakan di mana gedung agensi Oliv, El langsung menuju kemari untuk menemuinya.
Ting
El keluar dari lift dan melihat tulisan yang tertempel di setiap pintu nama-nama para model.
Hingga langkah El terhenti kala membaca nama Oliv Berton.
El langsung masuk ke dalam tanpa mengetuk pintunya.
"Siapa yang membuka pintu tanpa mengetuk lebih dulu?" bentak Oliv yang marah di mana ia terlihat sedang maskeran dan duduk santai di sofa.
"Aku," jawab El dengan suara serak basahnya.
Oliv langsung membuka kedua matanya dan melepas sheet masknya.
"El," gumamnya yang tampak terkejut juga senang kala melihat kedatangan El.
El langsung berjalan menghampiri Oliv.
"Kenapa tidak memberitahu enghh," Oliv terkejut kala El tiba-tiba mencekiknya.
"Kenapa kamu melakukan ini padaku?" tanya Oliv dengan susah payah sembari berusaha melepas tangan El dari lehernya.
"Lalu kenapa kau melakukan ini pada wanitaku kemarin malam?" tanya balik El membuat Oliv seketika paham kemana arah pembicaraan El.
"Apa yang kau ancamkan padanya sampai ia menyuruhku untuk menikah denganmu?" tanya El di mana cengkramannya semakin kuat tanpa memedulikan Oliv yang sudah kesulitan bernapas.
Oliv masih sempat tersenyum miring kala melihat betapa terobsesinya El pada Lea.
"Kenapa kau tidak bertanya sendiri padanya," ucapnya dengan berani meski ia sudah kesulitan bernapas.
El mendorong Oliv hingga ia terduduk di sofa dan semakin menekan kuat cengkramannya.
"Asal kau tahu, sekeras apapun kau mencoba untuk bisa merebutku dari Lea. Tak sedikitpun aku akan berpaling padamu," tegasnya pada Oliv dengan tatapan yang memerah.
Oliv yang sudah hampir pingsan karena kesulitan bernapas kini berusaha untuk buka suara lagi.
"Aku tak peduli, aku akan tetap berusaha untuk mendapatkanmu!" kekehnya dengan suara yang terbata-bata.
El tersenyum miring dan semakin menekan cengkramannya pada arteri Oliv.
"Tak akan kubiarkan Lea bersaing dengan wanita manapun. Termasuk wanita sepertimu. Hanya dia yang akan menjadi nyonya El Zibrano, camkan itu baik-baik," tekannya dengan begitu jelas dan singkat.
BRUGH
Oliv jatuh pingsan kala El melepaskan cengkeramannya.
El tersenyum miring kala melihat hal itu.
Tak ada rasa takut atau panik kala melihat Oliv pingsan karena perbuatannya.
Ya itulah El Zibrano, bengis dan kejam.
"Lain kali jangan menyentuh milikku jika kau tak ingin mati muda," ucapnya lalu melenggang pergi begitu saja keluar ruangan Oliv.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
🍁ˢ⍣⃟ₛ Angela❣️
El kereeennn aku padamuuu 😻😻😻
2023-07-17
1
Novryanita haura Aulia
klo cowo begini mah kaga ada pelakor yes hahaha
2023-07-11
1
Wajos Arema
👏👏👏👏👏
2023-06-24
1