°°°
Sedangkan di rumah lain ada Tera yang terlihat begitu kesal kala mendapatkan kabar dari pengawalnya jika Lea lepas dan membuat mereka babak belur.
"Kurang ajar banget tuh anak, mentang-mentang jago bela diri," dumelnya sembari memotong dengan kasar steaknya.
"Udahlah sayang, beri dia jeda. Kapan-kapan lagi beri dia pelajaran yang setimpal, lagian dia juga udah enggak punya apa-apa. Dia kini seorang diri yang mana tengah menunggu kematian papanya," ujar Graham dengan santai di mana ia tak merasakan kecemasan atau ketakutan kala saudaranya sakit.
Tera tersenyum miring kala mendengar ucapan papanya.
"Benar juga. Dia kini sudah seorang diri, pasti teman-temannya juga bakalan pergi satu persatu setelah tahu dia bangkrut," tebaknya sembari diiringi dengan tawa meledeknya.
Graham ikut tertawa sembari memotong steaknya.
"Kamu bisa memindahkan semua barang-barangmu ke sana sayang. Kini semua mobil serta fasilitas yang lainnya, milik kamu," beritahu Graham pada Tera.
Tera terlihat begitu berbinar dan senang kala mendengar hal itu.
"Serius pa?" Graham hanya mengangguk pelan sembari menyuapkan potongan dagingnya.
Tera terlihat begitu senang ia langsung meraih ponselnya.
"Aku akan mengundang teman-temanku untuk datang ke rumah baruku," gumamnya sembari beranjak dari kursi dan pergi ke kamar untuk menelpon teman- temannya.
Graham yang melihat putrinya tampak bahagia kini juga ikut bahagia.
•••
Pukul 1 siang Tera dan teman-temannya telah tiba di rumah Lea.
Terlihat Tera begitu happy sekali dengan wajah yang berbinar dan senyum yang terus mengembang di bibirnya.
Mereka ada sekitar 10 orang, ya Tera mengundang teman-temannya datang ke rumah baru Lea yang mana sekarang menjadi miliknya untuk melakukan party kecil-kecilan.
"Wah Tera, rumahmu besar banget."
"Sumpah ini istana banget sihh rumah Lo."
"Pantesan Lo enggak pernah kasih izin kita waktu mau ke rumah Lo, ternyata Lo enggak mau nunjukin istana sebagus ini? Wah parah sih Lo."
Kira- kira itulah ucapan kagum teman-teman Tera kala mereka menginjakkan kaki di rumah Lea.
Tera hanya bisa tersenyum dan merasa jika dirinya kini telah menjadi seorang princess yang selama ini Lea rasakan.
Rasanya begitu mendebarkan dan merasa dikelilingi banyak orang karena banyaknya harta.
Mereka langsung duduk di ruang tengah di mana itu sangat luas sekali.
Tera tersenyum lebar kala teman-temannya tampak foto-foto dan bersenang-senang.
Sesekali Tera melihat jam tangannya dan menunggu kedatangan pengawalnya yang ia utus untuk membeli beberapa minuman dan makanan.
Ya karena pestanya dadakan alhasil Tera mengutus mereka untuk membeli makanan di restauran saja.
Tera tampak tersenyum lebar kala mendengar suara mobil.
"Itu pasti mereka," gumamnya yang mana ia tak sabar mendapatkan pujian karena membeli banyak makanan dari restauran mahal.
Tera menatap ambang pintu dengan perasaan yang berdebar.
Hingga senyum yang sejak tadi terus mengembang seketika langsung berubah masam kala melihat siapa yang datang.
"Lea," gumamnya kaget dengan tatapan tajamnya.
Lea melepas kacamata hitamnya dan melihat ruang tengahnya.
"Siapa kalian? Kenapa berada di rumahku?" sontak mereka semua langsung menatap ke sumber suara.
Mereka tampak bingung sembari menatap Tera dan Lea secara bergantian.
"Dia siapa Ra?" tanya salah satu dari mereka.
Tera tersenyum miring di mana ia mempunyai kesempatan untuk mempermalukan Lea.
"Biasa. Pembantu rumah," jawab Tera sembari beranjak dari sofa dan mendekati Lea.
"Sepertinya kau lupa diri. Apa kau tidak bisa menerima jika keluargamu bangkrut maka dari itu kamu berlagak arogan dan sombong seperti dulu?" tanya Tera sembari menatap penampilan Lea dari atas hingga bawah di mana Tera sangat-sangat penasaran bagaimana Lea bisa mendapatkan dress keluaran terbaru dari Dior sementara ia tak punya uang sepeserpun.
Lea menghela napas lalu memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya.
"Kalian teman-temannya?" Mereka mengangguk dengan tatapan yang sinis dan tak suka pada Lea.
"Tolong keluar. Aku tak ingin rumahku dikotori oleh orang-orang seperti kalian," usirnya dengan suara dingin.
Mereka terlihat kesal, marah dan tak suka kala mendengar ucapan Lea.
"Tera dia siapa sih? Usir ajalah dari rumah Lo, ganggu orang aja," ketusnya dengan kesal.
Tera hanya tersenyum miring dan menatap Lea seakan tengah meledek.
Lea menghembuskan napas panjangnya.
"Sepertinya aku sudah keterlaluan karena memberimu panggung. Karena itu kau sedikit kurang aja ketika aku tidak berada di rumah. Bagaimana bisa aku memberikan kesempatan pada gelandangan sepertimu untuk tinggal di istanaku," olok Lea dengan berani di akhir kalimatnya.
Tera yang mendengar kata gelandangan kini sangat ingin sekali menampar Lea, belum sempat Tera mengayunkan tangannya Lea kembali buka suara.
"Pengawal cepat masuk!" teriak Lea membuat Tera dan teman-temannya menatap pada ambang pintu dengan rasa penasarannya.
Terlihat Ziko dan anak buah lainnya berbondong-bondong masuk ke dalam rumah sembari membawa paper bag dan box Dior yang tadi El kirimkan untuk Lea.
"Cepat bawa ke dalam kamar. Setelah itu sterilkan ruangan tengah, aku akan pergi lebih dulu untuk mencari udara segar," perintahnya pada Ziko dan berbalik keluar.
"LEA!" teriak Tera yang mana kini emosinya sudah tak bisa ia bendung lagi.
Lea berhenti lalu berbalik menatap Tera.
"Kau pikir kami percaya dengan dramamu ini? Sekarang ini rumahku, apa kau tahu?" bentaknya dengan keras pada Lea.
Lea menghela napas gusar dan mendekati Tera.
Lea lalu memberikan isyarat pada Ziko untuk meletakkan semua paper bag dan box Dior itu di atas meja tepat di depan teman-teman Tera.
"Wah lihatlah, ini sungguh barang-barang Dior yang biasa kita lihat di toko."
"Apa ia sungguh pemilik rumah ini?"
"Siapa tahu dalamnya zonk. Aku sangat percaya Tera."
Lalu salah satu dari mereka mencoba untuk membuka box Dior tersebut.
Mereka menganga tak percaya kala melihat isinya yang mana itu bertepatan dengan perhiasan.
"Lalu buktikan jika kau pemilik rumah ini?" bentaknya pada Lea yang mana Tera sudah merasa jika kini ia telah mengalahkan Lea karena sertifikat rumah Lea berada di tangan papanya.
Lea lagi-lagi menghela napas panjang lalu menatap Ziko.
"Tolong ambilkan sertifikat rumahnya di kamarku!" perintah Lea pada Ziko di mana ia terlihat seperti seorang tuan rumah sungguhan meski ini hanya sekedar drama untuk memberikan pelajaran pada Tera.
Ziko langsung pergi ke lantai atas untuk mengambilnya.
Tak lama Ziko kembali dengan berkas di tangannya.
Ziko segera menunjukkan sertifikat rumah itu pada teman-teman Tera.
"Tera, ini rumah dia?"
"Apa kau sengaja mengaku- aku untuk bisa memamerkannya pada kami?"
Tera yang mendengar hal itu sontak langsung marah dan merebut berkas di tangan Ziko.
Tatapan Tera semakin tajam kala membaca pemilik sertifikat itu.
"Tidak mungkin," gumam Tera tak percaya.
"Kalian bisa melihat foto keluarga itu?" tunjuk Lea pada foto keluarganya yang sengaja ia gantung sedikit tinggi secara mendadak tadi.
Tera dan teman-temannya sontak langsung melihat arah tunjuk Lea.
Tera melebarkan kedua matanya dan merutuki akan kebodohannya.
Bagaimana bisa ia tidak menyadari benda sialan itu?
Lea tersenyum kala benda berharga itu bisa ia dapatkan kemarin malam sebelum Tera mengetahuinya.
Teman-teman Tera terlihat sangat kesal sekali dan merasa ditipu olehnya.
"Jika kalian masih tidak percaya denganku, kalian bisa datang ke perumahan Tronto yang khusus para pembisnis, disanalah rumah dia," ucap Lea yang memberitahu alamat rumah Tera.
Tera yang mendengar hal itu melotot tak percaya.
"Kau," tekannya sembari mengayunkan tangannya hendak menampar Lea namun dengan cekatan Lea menangkap tangannya.
"Setidaknya tahu dirilah, aku sudah begitu sabar memberimu kesempatan beberapa kali dan membiarkan kamu selalu mengajak teman-temanmu datang kemari untuk pesta ketika aku tidak ada, tapi apa? Kamu lupa diri dan malah bersikap kurang ajar," ucap Lea dengan pelan namun begitu menusuk pada hulu hati Tera.
Lea menghempaskan tangan Tera lalu melenggang pergi keluar dari rumahnya.
Tera benar-benar tak bisa berkata apapun selain mengumpat dalam hati.
"Tahu gitu kita tadi enggak dateng kesini."
"Lain kali kalau mau pamer rumah sendiri, jangan rumah orang lain."
"Dasar penipu."
Olok mereka sembari keluar satu persatu.
"Teman-teman tunggu," teriak Tera sembari menyusul mereka.
Tera yang melihat Lea bersandar di mobil ferari warna putih seperti incarannya, kini menganga tak percaya.
Dari mana ia dapat mobil ferari keluaran terbaru itu?
"Lain kali jangan mudah percaya dengan ucapannya. Ia sudah sering menipu teman-temannya dengan hal yang sama seperti ini," ucap Lea memberitahu mereka semua.
Mereka yang terperangah dengan betapa kerennya Lea saat ini, kagum dengan mobil ferari putih itu, dan banyaknya mobil Lamborghini yang khusus dinaiki para pengawal hanya bisa diam tak buka suara dengan pesan Lea.
Tera yang melihat hal itu hanya bisa mengepalkan tangannya erat menahan amarahnya sebisa mungkin.
Sedangkan di kantor tepatnya di ruangan, ada El dan teman-temannya tengah bersorak girang kala menonton aksi keren Lea.
Ya mereka kini sedang melihat aksi Lea yang memberikan pelajaran pada sepupunya melalui rekaman dari bolpoin Ziko lewat laptop El.
Prok prok
"Ooooeyyyy kenapa dia bisa cantik banget," teriak Sarvel dengan ciri khas bahasa Thailandnya.
"Sumpah dia keren banget bangsat," sorak Glen kala melihat betapa kerennya Lea saat memberikan pelajaran pada sepupunya.
"Sumpah damagenya enggak ngotak banget waktu dia sender di mobil," kini giliran Sarvel yang bersorak.
Sedangkan Alvino hanya tersenyum dan berteriak dalam hati kala melihat betapa kerennya wanitanya El.
Sedangkan El sendiri yang berdiri di belakang mereka bertiga tak hentinya tersenyum hingga giginya kering kerontang.
"That my girl's," ucap El dengan bangga.
•••
El sengaja pulang cepat kala melihat Lea yang mengajak Ziko ke restauran untuk makan bersama sebagai bentuk terima kasihnya atas kerja sama tadi.
Siapa yang tahu jika ada untungnya El membekali Ziko dengan bolpoin yang ia selipi kamera kecil.
Jika tidak, mungkin El tidak akan tahu jika Ziko kini sedang makan malam dengan Lea.
Pukul 7 El telah sampai di restauran tempat mereka berdua makan.
Dengan emosi yang menggebu-gebu El masuk ke dalam restauran dan menelisik setiap meja untuk menemukan Lea dan Ziko.
Nah ketemu.
El langsung menghampiri mereka berdua yang masih asyik makan.
Bahkan jika dilihat, mereka seperti sepasang suami istri.
Bagaimana tidak, lihatlah Lea yang menggendong baby Enzo selagi ia makan lalu Ziko duduk di depannya.
Orang lain mengira mereka pasti sepasang suami istri.
"Oh kalian makan di sini," ucap El dengan tiba-tiba sembari menepuk pundak Ziko.
Lea mendongak dan tampak terkejut akan kedatangan El.
Sedangkan Ziko kini berusaha sekeras mungkin untuk mengunyah makanannya dengan baik selagi ia merapalkan doa dalam hatinya untuk keselamatan dirinya sendiri.
"Kenapa?" tanya Lea dengan santai sembari menyuapkan saladnya.
El meremas pundak Ziko di mana itu membuat Ziko menelan dengan susah payah makanannya.
El melihat putranya yang terlelap di bopongan Lea.
"Ayo pulang!" ajak El sembari mengambil tas selempang Lea dan memakainya.
Lea berdecak dan segera mengakhiri makannya dengan minum segelas air putih.
Ziko yang merasakan udara dingin di sekitarnya kini berusaha untuk tetap kuat meski tulangnya terasa ditusuk oleh belati karena tatapan tajam El.
Lea beranjak dari kursinya dengan sangat perlahan.
El yang salfok dengan penampilan sederhana namun keren pada Lea, sempat tertegun beberapa detik hingga Lea buka suara.
"Dia sudah kenyang dan kemungkinan tidak akan terbangun di tengah malam. Aku harus menjaga papa di rumah sakit. Kalian pulanglah," ucap Lea sembari memberikan baby Enzo pada El.
"Enggak. Kau pulang denganku," tolaknya dengan tegas tak terbantahkan.
Lea menaikkan sebelah alisnya pada El.
"Aku sudah meminta anak buahku untuk berjaga di ruangan papamu. Lagian papamu ada di rumah sakitku, keamanan dan kenyamanannya tentu terjamin," jelasnya pada Lea.
Lea tersenyum miring sembari membenarkan sekilas topinya.
"Enggak. Aku rindu papa, aku ingin menjaganya malam ini. Lagian aku juga sudah pumping tadi untuk besok pagi, ya kan Zik?" El yang terkejut sontak langsung menatap Ziko.
Glek
Potongan wortel yang baru Ziko masukkan ke dalam mulut dengan spontan langsung tertelan karena tatapan tajam El.
"I-iya," jawab Ziko dengan gemetar.
"Jadi kamu lihat dia waktu pumping? Berarti kamu lihat pay hmpph," Lea langsung membungkam mulut El kala mulut frontal itu tak bisa menahan ucapannya.
"Apa yang kau katakan, hah? Apa kau berniat mempermalukanku?" ucap Lea penuh penekanan dan memelototi El.
El merengkuh pinggang ramping Lea hingga mendekat padanya.
"Bukankah sudah kubilang, jangan menyusuinya tanpa aku. Kenapa repot- repot membeli pumping jika kita bisa melakukan pumping secara manual dengan bantuanku," bisik El pada Lea.
Uhuk Uhuk
Sontak keduanya dikejutkan dengan Ziko yang tersedak.
El berdecak pelan kala ia lupa jika di sana masih ada Ziko.
Setelah minum segelas air Ziko langsung meraih tas kecil yang berisi ASI Lea dan segera beranjak dari kursinya.
"Lebih baik tuan muda sama saya aja tuan," pintanya pada El.
El dengan senang hati memberikannya pada Ziko.
"Terus itu apa yang kau bawa?" introgasi El pada tas yang dibawa Ziko.
"ASI," jawabnya dengan wajah yang terlihat polos.
El memicingkan matanya lalu merebut tas kecil itu.
Terdapat 2 kantong ASI di mana itu terlihat benar-benar segar sekali.
"Kau bahkan sudah melihat ASInya?" titahnya dengan kesal dan jengkel pada Ziko.
Ziko menelan salivanya dan menatap takut El.
"Bukan begitu, nona yang memberikannya pada saya untuk diminumkan pada tuan muda saat pagi hari, lalu apa saya harus menutup mata saat menyusukannya pada tuan muda? Kenapa harus marah jika anda sendiri sudah pernah melakukan pumping manual," dumel Ziko pelan di akhir kalimatnya.
Lea yang mendengar hal itu sontak langsung memalingkan muka malu dan ingin sekali pergi di hadapan mereka semua saat ini.
El yang tak bisa menahan amarahnya kala ada orang selain dirinya melihat ASI Lea, sontak langsung mengangkat tubuh Lea layaknya karung beras.
"Turunkan aku!" marah Lea sembari memukuli punggung kekar El.
"Karena kamu sudah melihat sesuatu yang tidak seharusnya kamu lihat, aku harus menghukummu besok pagi. Jangan antar baby Enzo ke kamar, tidurkan di kamarmu saja, aku ingin melakukan pumping manual untuk kuminum sendiri," ucap El dengan frontal tanpa memedulikan tatapan orang-orang di sekitarnya.
Lea yang mendengar hal itu kini menutupi wajahnya dengan topi dan ingin sekali cepat keluar dari restauran.
Ziko yang mendengar hal itu kini tampak syok dan tak bisa mengatakan apapun.
El langsung pergi begitu saja membawa Lea pulang ke rumahnya untuk memberinya hukuman.
Ziko yang melihat sekitarnya di mana tatapan mereka semua kini tertuju padanya sontak buka suara.
"Aku tahu isi pikiran kita sama, tapi abaikan ucapan orang gila itu barusan," ucapnya pada mereka semua.
Bukannya kesal atau bagaimana, mereka semua sontak langsung tergelak dengan ucapan Ziko.
Ziko segera pergi dari sana untuk menghilangkan rasa malunya saat ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Ita Listiana
🤣🤣🤣
2025-01-17
1
hahahhahaha betul tuuu mantap boskkuuuuuuu🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
2023-07-08
1
Ade Bunda86
parah nih El ....GK inget tempat ...asbun aj
2023-07-05
1