°°°
Kini El telah sampai di mansion dan tengah mengangkat tubuh Lea layaknya karung beras untuk masuk ke dalam mansion dan memberinya hukuman.
"Yaa bangsat, turunkan aku sebelum kulubangi punggungmu!" ancamnya pada El.
El hanya tersenyum mendengar segala umpatan Lea sejak sepanjang jalan hingga sampai di mansion saat ini.
Bagaimana tidak terus tersenyum jika umpatannya tidak menakutkan atau sangar namun malah berujung lucu.
Apalagi dengan ciri khas Lea sendiri, umpatannya terasa seperti sebuah lelucon bagi El sendiri.
Karena itu El tidak pernah marah kala Lea mengumpat itu bagai hiburan bagi dirinya sendiri.
Ceklek
Klek
El mengunci pintu kamarnya lalu mendudukkan Lea di tepi ranjang.
Dugh
"Awww," ringis El kesakitan kala Lea langsung menendang kakinya tanpa aba-aba.
"Kenapa kau selalu suka bersikap keras kepala dan seenaknya sendiri? Aku ingin di rumah sakit menjaga papa, bukan kemari," marahnya pada El.
El yang tengah mengusap-usap tulang keringnya sontak langsung melepas jasnya.
"Baiklah, kalau begitu mandilah lebih dulu. Setelah ini akan kuantar ke rumah sakit," perintahnya pada Lea membuat Lea merasa janggal dengan hal itu.
Lea terdiam di ranjang menatap heran El.
"Kenapa, kamu tidak mau?" tanya El sembari melepas sepatu dan dasinya.
Lea yang memang ingin sekali ke rumah sakit sontak langsung beranjak dari ranjang untuk segera mandi agar ia bisa segera menemani papanya.
Dengan sedikit ragu Lea berjalan ke kamar mandi.
"Kucongkel bola matamu jika kau berani mengintip," ancam Lea yang hanya diangguki oleh El.
Lea langsung mandi di mana ia mengunci ganda kamar mandinya.
El yang merupakan tuan rumah hanya bisa tersenyum kala Lea tak mengetahui akan rahasia dibalik gorden coklat itu.
"Ya aku harus segera membuangnya sebelum diminumkan baby Enzo," gumamnya yang bergegas membawa keluar tas kecil yang berisi ASI Lea hasil pumping tadi.
El segera menuruni anak tangga dan melihat lantai 2 yang terlihat sepi.
"Di mana Ziko, apa ia belum pulang?" gumamnya yang tak melihat keberadaan asistennya tersebut.
Tadinya El ingin membuang ASI itu sebelum Lea tahu dan Ziko meminumkannya pada baby Enzo.
Tapi tatapan El terhenti pada Wolfy.
Anjing serigala peliharaannya.
"Hei nak apa babumu belum pulang?" tanyanya pada Wolfy tentang Ziko.
Seakan paham dengan pertanyaan El, anjing serigala itu tampak menatap El lekat.
"Apa kau lapar? Di mana Ziko meletakkan susumu?" tanyanya sembari mencari di laci tempat penyimpanan makanan Wolfy.
Kosong.
"Apa susumu habis?" Wolfy tampak menjulurkan lidahnya membuat El mengusap kepalanya lembut.
Hingga senyum cemerlang tampak terbit di bibir El.
"Yaa, apa kau mau ASI? Ini juga susu, tapi ini murni dari sumbernya, bagaimana apa kau mau?" tanyanya pada Wolfy sembari menunjukkan kantong ASI Lea.
Wolfy tampak mengendus kantong ASI tersebut.
El lalu menuang ASI Lea ke tempat wadah minum Wolfy.
"Yaaa cobalah, jarang-jarang aku berbagi pada orang lain. Kini kubiarkan kau minum ASI wanitaku, besok jangan, kau minum susu yang biasa Ziko berikan, kau paham?" ujar El sembari menuang semua kantong ASI itu ke dalam wadah Wolfy.
Setelah itu El bergegas naik kembali ke lantai atas untuk bergantian mandi dan mengantar Lea ke rumah sakit.
"Kan kalau gini enak, besok pagi pas baby Enzo lapar pasti bakal Ziko antar ke Lea, dengan begitu aku bisa minum juga deh susunya," gumamnya sembari berjoget ria di depan pintu kamarnya.
Ceklek
Lea menoleh di mana tatapan mereka berdua saling bertemu.
Terlihat Lea masih berdiri di depan meja rias.
Klek
El kembali mengunci pintunya.
"Yaaa," panggil El sembari berjalan mendekati Lea.
"Hmm?" jawab Lea sembari mengoleskan lipbam pada bibirnya.
"Kau ingin kemana dengan pakaian ini?" tanya El sembari menatap Lea seakan tatapannya menelanjangi tubuh indah itu dari luar.
"Ke pemakaman," jawab Lea asal.
Happ
Lea terkejut kala El memeluknya dari belakang.
"Bahkan aku bisa melihat lekuk tubuhmu dari luar nona, apa kau ingin mengundang tatapan liar dari para pria di luaran sana?" tanyanya sembari berbisik di belakang telinga Lea.
"Aku tidak punya pakaian lain, aku belum membeli pakaian yang baru. Jadi terpaksa kupakai ini," jawab Lea dengan enteng.
El mengusap perut rata Lea sembari mencium pundak polosnya yang terekspos.
"Lalu barang-barang Dior kemarin apa jika bukan baju? Bukankah Ziko sudah mengatakan agar kamu memberitahunya jika memerlukan sesuatu, katakan saja padanya, biar aku yang membayar semuanya," ucapnya pada Lea sembari menciumi pundak Lea.
Lea meremas dress-nya dan beberapa kali menelan ludahnya dengan berat.
"Aku tak suka barang-barang Dior," bohongnya untuk menolak barang yang El berikan secara percuma.
El tersenyum lalu sedikit menekan ke belakang perut Lea, ia mengecup singkat pipi tirus Lea.
"Lalu barang apa yang kamu inginkan?" tanyanya dengan lembut di mana usapan pada perut Lea tak henti sejak tadi.
Lea beberapa kali menghindar kala El hendak mencium lehernya.
"Aku bisa beli sendiri," ketusnya sembari berpura-pura menatap dirinya di cermin.
El semakin tertantang dan ingin sekali menerkam Lea saat ini mengingat ia begitu cantik nan seksi malam ini.
"Berhubung kamu sudah dandan cantik dan seksi, bagaimana jika kita lakukan simulasi malam pertama?" tawari El yang mana ia langsung mendapatkan pijakan kaki dari Lea.
"Arghh," ringis El kala kakinya dipijak high heel Lea.
"Simulasi malam pertama? Kau kawin saja dengan kucing sana," ketusnya sembari melihat ponselnya.
"Akhhh geli," desah Lea kala El berhasil mencium leher jenjangnya.
El langsung membalik tubuh Lea lalu mendorongnya untuk duduk di atas meja rias.
Dengan tengilnya El mendekatkan tubuhnya hingga Lea menyandarkan punggungnya di cermin.
"Tunggu, oke aku akan ganti, tolong jangan lakukan itu lagi," pinta Lea sembari menahan dada bidang El.
El tersenyum kesenangan kala melihat wajah merah Lea yang begitu takut dengannya saat ini.
"Lain kali, jangan menggunakan baju seperti ini. Kamu hanya boleh mengenakannya saat di rumah dan di depanku, kamu paham nona?" Lea berdecih kala mendengar perintah itu.
"Apa hakmu melarangku? Sok-sokan pakai suruh pakai baju panjang, entar di luar lihatin cewek seksi sampai matanya keluar, cih dasar kadal," oloknya yang mana hal itu membuat El tertawa kecil.
"Baiklah nona, aku akan menjaga pandanganku sesuai perintahmu. Aku berjanji hanya akan melihatmu seorang sampai mataku keluar, kau puas nona?" sindirnya diiringi dengan tawa kecilnya.
Lea berdecak mendengar hal itu membuat El terus merasa tertantang dan ingin terus mengeluarkan kata-kata buayanya hanya ingin melihat Lea salting.
"Sekarang lepaskan. Aku akan berganti baju," ketusnya dengan kesal di mana ia harus berganti baju disaat semua make up-nya sudah perfect.
El yang mendengar hal itu sontak tersenyum devil dan smirk.
"Ganti baju? Tidak semudah itu setelah kau memancing milikku bangun hanya karena penampilanmu," ucapnya yang langsung mencium leher jenjang Lea.
"Akhh hentika ahhh," desah Lea sembari meremas rambut El kala ia tak kuasa menahan rasa geli tersebut.
Tangan kiri El mulai beraksi naik ke atas hendak memainkan squisy Lea, sayang sekali Lea memegang tangan El untuk menghentikannya.
El lalu beralih naik ke atas ******* bibir manis nan tipis Lea dengan sedikit brutal.
Bugh
Uhuk Uhuk
El terbatuk dan terdorong ke belakang kala Lea memukul perutnya.
"Dasar berandalan," umpat Lea sembari mengusap kasar bibirnya.
El tertawa kecil sembari memegangi perutnya.
"Manis dan kenyal," ledek El sembari mengusap bibirnya dengan ibu jari.
Lea hendak melayangkan pukulan pada El namun terhenti kala mendengar ancaman maut dari El.
"Satu pukulan, dua kecupan satu remasan," ucapnya membuat Lea langsung menarik kembali tangannya sembari mengumpati El.
"Satu umpatan, dua kecupan dan ******* tanpa henti," lanjutnya sembari menahan senyumnya kala melihat wajah kesal Lea saat ini.
El tertawa puas kala melihat Lea mati kutu.
"Satu kecupan dua pukulan tanpa henti," balas Lea membuat El menggelengkan kepalanya.
"Aturan itu tidak berlaku untukku. Hanya untukmu sayang," ucapnya yang mana hal itu membuat Lea kesal dan menahan umpatannya.
Lea langsung pergi ke walk in closet untuk berganti baju.
El dengan cepat menyusul untuk memilihkan baju Lea.
Selang 15 menit Lea kembali dengan muka cemberutnya sembari menenteng high heels boots.
El seakan terpana dan takjub dengan kecantikan Lea saat ini.
Lea duduk di sofa untuk memakai sepatunya.
...El langsung memalingkan wajahnya sembari menggigit ibu jarinya kala ia tak bisa menahan diri saat ini ketika melihat kecantikan Lea....
"Bagaimana bisa ia secantik itu," gumam El heran kala ia memaksa Lea untuk memakai jasnya dan celana panjang untuk pergi ke rumah sakit dengan niat tidak menarik di mata pria lain malah terlihat cantik dan seksi saat ini.
"Kenapa ia bisa secantik itu sekalipun memakai baju gelandangan," dumel El heran kala niatnya membuat Lea terlihat biasa saja jatuhnya malah begitu cantik dan seksi.
"Ayo," ketusnya mengajak El untuk segera berangkat.
El segera beranjak dari sofa dan mendekati Lea.
BRUGH
El meraih pinggang ramping itu hingga menempel pada tubuhnya.
"Tetap berada di sampingku, aku lelah membuatmu terlihat jelek di mata pria lain. Kau selalu terlihat cantik setiap waktu, karena itu aku harus bersiaga 24/7 untuk menjaga ratuku, kamu paham nona?" Lea tersenyum miring.
"Kau tidak punya hak untuk hidupku," tegasnya sembari mendorong dada bidang El.
Cup
"Akhh," pekik Lea kala El menggigit lehernya pelan namun meninggalkan bekas yang begitu epic.
"Dengan tanda itu, tak akan ada pria yang berani mendekatimu. Kau hanya milikku seorang," ucapnya yang langsung mengangkat tubuh Lea layaknya karung beras tanpa mengizinkan ia menutupi tanda kissmark di lehernya.
"Yaaa brengsek. Turunkan aku!" teriak Lea kesal sembari memukuli punggung El.
"Oke dua kecupan dan ******* tanpa henti untuk satu umpatan kita lakukan di rumah sakit nanti," seru El sembari tersenyum dan menuruni anak tangga.
Lea yang lupa akan hal itu kini pasrah dan mengumpati El dalam hati sepuas mungkin.
•••
Pukul 8 Ziko baru pulang dengan baby Enzo di gendongannya.
Ia harus mampir ke minimarket sebentar tadi untuk membeli susu Wolfy.
Ziko berhenti sejenak di ruang tengah lalu menatap anak tangga yang mengarah ke atas tepat kamar El.
"Apa papamu sedang melakukan pumping manual? Cih, akalnya begitu banyak hingga ia selalu menghubungkan segalanya dengan hal dewasa," gumam Ziko heran dengan El.
Ia lalu meletakkan baby Enzo lebih dulu di kamarnya.
Tak lama Ziko keluar dengan kantong plastik yang sejak tadi ia bawa.
"Wolfy," panggilnya pada anjing serigala peliharaannya.
Ziko tengah membuat susunya selagi menunggu Wolfy datang.
"Kemana anjing itu, kenapa tak datang juga? Apa ia tak butuh minum?" gumamnya sembari membawa semangkuk kecil susu ke ruang tengah.
...Ziko berhenti sejenak kala melihat Wolfy tampak duduk di dekat sofa....
"Yaaa! Apa kau tak butuh minum? Kenapa hanya diam saja saat aku memanggilmu?" marahnya pada Wolfy.
Ziko lalu mencari wadah khusus untuk minum Wolfy.
Kedua alis Ziko tampak menyatu kala melihat susu di wadah Wolfy.
"Yaaa! Kau dapatkan susu ini dari mana?" Wolfy tampak menatap anak tangga membuat Ziko mengikuti arah pandangannya.
Ziko melihat susu itu dengan otak yang mencoba mengingat.
"Tunggu, perasaan tadi waktu mau keluar aku belum membuatkanmu susu, lagian susunya juga habis. Lalu susu siapa ini? Kau memerahnya dari siapa?" tanya Ziko mengintrogasi Wolfy.
Lagi- lagi Wolfy mendongak ke atas seakan menunjuk lantai atas.
Ziko menaikkan sebelah alisnya hingga ia melotot tak percaya.
"Yaaaa! Apa kau juga melakukan pumping manual seperti tuanmu?" pekik Ziko terkejut.
Wolfy seketika langsung berdiri kala mendengar suara teriakan Ziko.
Ziko menatap susu di wadah Wolfy tersebut.
Dengan ragu-ragu ia mencolek sedikit susu yang ada di wadah susu Wolfy.
"Kenapa ini sedikit berbeda?" gumam Ziko kala merasakan ASI Lea yang tadi El berikan untuk Wolfy.
"Aku seperti pernah merasakan susu ini, tapi kapan?" gumamnya lirih.
Lalu bergantian mencolek susu yang ia bawa.
"Ini sedikit berbeda," gumam Ziko heran.
"Yaaa anjing! Ini susu siapa? Siapa yang memberimu ini? Apa kau memerahnya sendiri," tanya Ziko begitu banyak sekali pada Wolfy.
Wolfy yang mungkin sudah lelah dengan Ziko pergi begitu saja masuk ke dalam kandangnya.
"Dasar anjing," gumam Ziko sembari mengganti susunya dengan yang baru.
•••
Club Casino
Ada Sarvel, Glen dan Alvino di mana mereka sedang asyik bermain kartu tanpa El.
"Kalian mau taruhan?" tawari Glen pada mereka semua.
"Tidak," jawab Sarvel dan Alvino dengan kompak.
Glen tampak menghela napas gusar.
Pluk
Sarvel melemparkan kartu dominonya ke atas meja dengan helaan napas berat.
"Enak banget tuh El setelah ketemu Lea," dumel Sarvel yang heran dengan duda anak satu itu.
"Yang buat kita heran, kok bisa ia dapet cewek secantik itu," ucap Alvino dengan terus terang.
"Tapi sumpah itu Lea cantik banget bangsat," puji Glen yang diangguki setuju oleh mereka.
Prok prok
Sontak perhatian mereka bertiga seketika langsung teralihkan dengan suara tepuk tangan para pengunjung.
Ketiganya yang tidak tahu apa-apa kini ikut tepuk tangan bersama.
Hingga Sarvel yang melihat seseorang yang ia kenal yang mana saat ini menjadi pusat perhatian, sontak melotot sembari memukuli tubuh Glen.
..."Bukankah itu Flo?" pekik Sarvel yang begitu heboh sekali membuat Glen sontak langsung mengikuti arah tunjuk Sarvel....
Glen berusaha untuk menyadarkan dirinya saat ini.
"Tunggu, aku butuh oksigen sekarang," ucapnya mendramatisir sembari memegangi dadanya.
Flo yang tengah mencari seseorang kini mencoba menelisik setiap meja yang berisi para pria.
"Argh bangsat, di mana bajingan itu," gumamnya sembari menyugar rambutnya ke belakang di mana hal itu mengundang cuitan dan sorakan para pria yang melihatnya.
"Nah itu dia ketemu," ucapnya kala ia berhasil menemukan Glen and the geng.
Flo berjalan ke meja Glen di mana hal itu mengundang perhatian seisi club.
"Mampus kau Glen, sepertinya dia menemukanmu," olok Sarvel kala Flo berjalan ke meja mereka.
Glen segera beranjak dari sofa untuk menyelamatkan dirinya sebelum Flo datang.
Sayang sekali itu terlambat, Flo menghadang jalannya.
Glen tampak menyunggingkan senyum manisnya.
"Hei, apa kabar?" tanya Glen menyapa Flo yang sudah 5 tahun ini tidak bertemu.
Flo tampak menatap Glen dengan napas yang terdengar normal tapi faktanya dadanya kini berdebar hebat.
"Kau sudah menikah?" tanya Flo to the point pada Glen.
Sarvel dan Alvino yang mendengar hal itu kini melotot sembari membungkam bibirnya.
Glen sendiri yang ditodong pertanyaan mendadak itu sontak hanya bisa terdiam dan berusaha menyadarkan dirinya.
Hingga Glen tersadar dari lamunannya dan menggelengkan kepalanya.
"Belum," jawabnya singkat.
Flo menjatuhkan tasnya lalu meraih tengkuk Glen dan ******* bibirnya.
Glen membulatkan kedua matanya dan hanya diam tak membalas ******* Flo.
Flo tampak sedikit agresif seakan meminta Glen untuk membalasnya.
Glen yang tak ingin Flo merasa malu sontak meraih tengkuk Flo dan membalas ******* manis dari teman SMA nya tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Femmy Femmy
🤣🤣🤣
2024-03-22
0
Ti2N
😂😂😂😂😂
2023-06-18
0
Arkan_fadhila
yaa Allah kok Zico ikut2an minum asi Lea??
2023-06-05
0