•••
Kini El dan Lea sudah sampai di mansion El.
Tadinya Lea menolak dan meminta untuk diantar ke rumah sakit.
Namun tuan El Zibrano Alemannus menolak setelah tahu jika wanitanya terluka.
Sepanjang jalan ia hanya diam tak mengatakan apapun membuat Lea enggan untuk buka suara atau merengek untuk diantar ke rumah sakit.
Ia sengaja patuh untuk mengikuti amarah El.
Setelah memarkirkan mobilnya, El langsung turun dari mobil dan berputar untuk membukakan pintu Lea.
"Ehh," kaget Lea saat El mendorongnya masuk ke dalam mobil hingga bersandar di kursi penumpang.
"Lain kali jangan keluar sebelum aku yang membukakan pintu," ucapnya dengan serak basah di mana tatapannya fokus menatap bibir tipis nan manis Lea.
Lea menelan salivanya dengan begitu berat kala jarak wajah mereka yang begitu dekat.
"Lepaskan," teriak Lea kala El membopongnya keluar dari mobil.
El membawa Lea masuk ke dalam mansionnya dengan tatapan yang datar dan serius.
"Apa kau seorang bajak laut, bagaimana bisa kau selalu memaksa seseorang dengan ucapanmu," ketus Lea sembari menatap sinis El.
El hanya tersenyum lalu membuka pintu kamarnya dengan sikunya.
Ia mendudukkan Lea di tepi ranjang lalu berjalan ke pintu untuk menguncinya.
Lea yang tengah menatap baby Enzo yang berada di dalam keranjang bayi tidak tahu jika El mengunci pintunya.
"Apa kamu sudah memberikan ASI nya? Aku menyimpannya di kulkas tadi di ruangan papa," ucap Lea yang mana ia malah mencemaskan baby Enzo dibanding dirinya sendiri.
El yang tengah mengambil kotak obat tersenyum manis kala Lea begitu memperhatikan putranya.
"Entah, tadi Ziko yang membawanya pulang," jawab El sembari duduk di samping Lea.
Lea berdecak membuat El mendongak menatap wajah cantiknya.
"Kenapa?" tanya El dengan wajah tengilnya.
"Apa kau tak membawa ASI nya? Aku sudah pumping tadi. Meski hanya dapat dua kantong setidaknya saat tengah malam bangun, tinggal manasin ASI nya enggak perlu nunggu pumping," dumel Lea yang mana hal itu membuat El menahan tawanya.
"Apa itu lucu?" ketus Lea membuat El langsung menunduk dan membuka kapas untuk membersihkan sudut bibir Lea yang berdarah.
"Kenapa pusing harus pumping jika aku bisa membantumu untuk mengeluarkan ASI," jawabnya dengan enteng yang mana ia langsung mendapatkan tendangan pada kakinya.
Dugh
"Awww sakit sayang," ringisnya dengan manja sembari berpura-pura mengusap- usap tulang keringnya.
"Enggak ada kata bantuan darimu. Aku sudah beli pumping tadi, aku bisa dengan bebas menyusuinya tanpa bantuan mesummu," ketusnya yang mana hal itu membuat El sedikit terkejut dan terenyuh kala Lea membeli pumping hanya untuk bisa menyusui putranya.
El yang tengah membersihkan sudut bibir Lea kini tersenyum tipis.
"Bantuan mesum?" gumam El mengulangi ucapan Lea dengan senyuman manisnya.
Lea berdecak kala El seperti mengejek dirinya.
"Jangan lakukan hal berbahaya untuk melawan mereka yang telah menyakitimu. Aku bisa membunuh mereka untukmu, jangan bahayakan dirimu sendiri, kamu paham?" ujarnya pada Lea yang mana beberapa jam yang lalu El begitu mencemaskan Lea.
Lea berdecih membuat El menyatukan alisnya kesal.
"Aku bisa mengatasi mereka sendiri," ucapnya dengan berani dan yakin.
El memicingkan matanya kala Lea semakin kekeh untuk mengalahkan mereka dan menolak bantuannya.
"Kenapa kamu sangat keras kepala sekali? Apa kau pikir nyawamu banyak? Ada aku dan baby Enzo yang sangat membutuhkanmu, jangan coba-coba meninggalkan kami berdua," marahnya pada Lea membuat Lea terdiam dengan ucapan El yang terdengar begitu serius.
El menutup kotak obat itu dengan sedikit keras lalu beranjak dari tepi ranjang untuk melepas jasnya.
"Aku tak peduli nantinya, saat aku menemukanmu terluka, akan kupastikan kau tak akan bisa keluar dari kamar selama 1 Minggu dan akan kubantai habis siapapun orang itu tak peduli keluargamu atau siapapun itu," tegasnya sekali lagi pada Lea.
Lea hanya berdecih tak menganggap serius ucapan El.
El lalu berjalan ke kamar mandi untuk menyiapkan air hangat Lea.
Lea berjalan ke keranjang bayi untuk melihat baby Enzo.
Ia tersenyum tipis kala melihat ia terlelap begitu pulas sekali.
"Segeralah mandi, sudah kusiapkan air hangatnya," ucap El sembari mengambilkan jubah mandi untuk Lea.
Lea berbalik dan menaikkan sebelah alisnya.
"Dia menyuruhku mandi? Di sini?" Lea berdecak kala ia tak bisa mempercayai El.
"Dia seorang pedofil, bagaimana mungkin aku mandi di kamarnya," oloknya sembari menatap kembali baby Enzo.
"Lea Cornelio, ingin mandi sendiri atau kumandikan?" panggilnya pada nama lengkap Lea.
Lea berbalik sembari mendelik kesal pada El.
"Ia bahkan tahu nama lengkapku," dumelnya sembari berjalan menghampiri El.
"Aku akan mandi asal kau tunggu di luar," pintanya pada El.
El tersenyum smirk sembari mendekati Lea dengan jubah mandi di tangannya.
"Memangnya kenapa jika aku menunggu di sini? Apa kau takut aku akan menerkammu?" tanyanya dengan senyum tengil dan tatapan liar pada bibir Lea.
Dugh
"Awww," ringis El kala Lea menendang tulang keringnya.
"Siapa yang tahu jika kau seorang pedofil," ketusnya sembari menyambar jubah mandi di tangan El.
El hanya tertawa kecil sembari mengusap tulang keringnya.
"Jika kau sampai mendekati pintu kamar mandi, kupastikan aku akan memotong kakimu dengan tanganku sendiri," ancam Lea sebelum masuk ke dalam kamar mandi.
El lagi-lagi tersenyum di mana Lea tidak menaruh rasa curiga sedikitpun pada tuan El Zibrano mesum Alemannus.
"Ngapain susah-susah dekati pintu kamar mandi jika aku bisa melihatnya dari sini," gumamnya sembari berjalan mendekati ranjang dan mengambil remote kontrol kecil di dalam laci.
Perlahan gorden coklat itu terbuka dan menampilkan kaca transparan kamar mandi.
El duduk di tepi ranjang dengan senyuman manisnya.
Ia tampak menikmati pemandangan paling indah yang pernah ia lihat seumur hidup.
Meski tidak terlihat jelas dan hanya transparan, namun El bisa melihat betapa molek dan indahnya tubuh Lea kala berada dibawah guyuran air shower.
El yang melihat pemandangan itu tak bisa berhenti tersenyum.
Ia langsung menutup kembali gorden coklat itu sebelum Lea mengetahuinya.
"Aku harus pergi sebelum ia keluar. Mungkin jika tahu ia tidak akan memotong kakiku tapi mencongkel kedua bola mataku karena telah melihat tubuhnya," gumamnya sembari senyam-senyum dengan malu.
Setelah meletakkan baju tidur untuk Lea di atas ranjang, El segera keluar kamar untuk menyiapkan makan malam Lea.
Mungkin sekitar 15 menitan Lea baru keluar dari kamar mandi.
Ia berjalan dengan sangat hati-hati sembari bersikap waspada takut jika El tiba-tiba menerkamnya.
Ia menghembuskan nafasnya kala tidak mendapati El di dalam kamar.
Hingga tatapannya tertuju pada gaun putih di atas ranjang.
Lea segera menyambarnya untuk berganti baju sebelum El kembali.
Krek
Lea berhenti sejenak dengan kedua mata yang membelalak kala mendengar sesuatu.
"Apa bajunya robek?" gumamnya dengan takut.
Lea dengan cepat keluar dari walk in closet untuk melihatnya di cermin.
Ceklek
Lea terjengkit kaget kala pintu terbuka dan menampilkan El dengan penampilan yang sudah segar bugar nan tampan dengan kaos putih dan celana pendek sembari membawa piring besar.
Ia meremas gaun itu berharap jika robekan bajunya tidak parah dan El tidak menyadarinya.
El sendiri kini terpana kala melihat penampilan Lea yang memakai gaun tidur mamanya.

****, kenapa ia malah terlihat sangat cantik dan begitu seksi. Perasaan mama kalau pakai gaun itu terlihat biasa saja, batin El dalam hati sembari memasukkan kuncinya ke dalam celana.
"Kau sudah selesai? Ayo kita makan," ajak El untuk mengalihkan rasa gugupnya saat ini.
Lea tampak canggung dan hanya mengangguk sembari berjalan ke sofa.
"Eh tunggu," ucap Lea yang mengurungkan niatnya untuk tidak duduk.
"Kenapa?" tanya El sembari meletakkan piring besar itu di atas meja.
"Aku tidak makan jika sudah malam. Aku sedang diet saat ini," ujarnya yang hendak pergi ke meja rias.
"Ehh,"
BRUGH
El menarik tangan Lea hingga ia jatuh di atas pangkuan El.
"Lepasin!" ketusnya sembari berontak.
"Aku udah capek-capek masak kau ingin pergi begitu saja? Aku sedang menahan lapar sejak tadi, makanlah sebelum aku memakanmu," ancamnya pada Lea.
"Apa kau tuli? Aku tidak makan saat malam, itu akan membuatku gemuk," tolaknya pada perintah El.
El melingkarkan tangannya di perut Lea sembari mendekatkan wajahnya.
"Siapa yang peduli kau gemuk, gemuk kurus kau tetap wanitaku!" tegasnya pada Lea.
Lea berdecih sembari berusaha melepas tangan El dari perutnya.
"Makanlah sayur yang banyak, selain itu bagus untuk tubuh dan kesehatanmu, itu juga sangat membantu ASI keluar banyak. Jangan lupakan jika kamu sekarang memiliki dua bayi yang harus kamu susui," bisiknya pada telinga Lea.
Lea sontak langsung menoleh dan menatap tajam El.
"Apa kau akan selalu mengaitkan semua hal dengan otak mesummu? Bagaimana bisa ada pria sepertimu," dumel Lea sembari berusaha melepas tangan El dari perutnya.
El hanya tertawa dan spontan mencium leher jenjang Lea.
Cup
"Yaaa!" teriak Lea kesal kala El tampak tak segan untuk menyentuh dirinya.
Bugh
"Awww," ringis El kala perutnya disikut oleh Lea.
Tak lupa Lea juga menginjak kuat kaki El sebagai pelajaran karena telah berbuat tak senonoh padanya.
"Dasar berandalan mesum," umpatnya sembari membawa piring besar itu ke seberang meja dan duduk sedikit menjauh dari El.
El yang melihat hal itu hanya bisa tertawa sembari mengusap-usap perutnya.
"Beberapa hari ini kurasakan tendangan dan pukulanmu begitu kuat. Sepertinya kamu sangat kuat dan bertenaga sekali kala di atas ranjang, bagaimana jika malam ini kita coba," tawarinya pada Lea.
Spontan Lea melemparkan bantal sofa itu pada El.
Bukannya marah El malah tertawa kala terkena lemparan bantal sofa tersebut.
"Aku tidak akan segan memenggal kepalamu jika kau berani melakukannya," ancamnya sembari makan begitu lahap sekali.
El tak hentinya tertawa sembari diam-diam memotret Lea yang tengah asyik makan.
Selesai makan, Lea langsung berbaring di sofa.
Ketika lelah dan merasa stress, Lea akan melampiaskan semua masalahnya pada makanan.
Setelah kenyang ia akan tertidur lalu bangun dengan pikiran yang sudah tenang untuk menyelesaikan masalah yang terjadi.
Itulah cara Lea mengatasi masalahnya sendiri tanpa merepotkan orang lain.
El yang baru kembali dari dapur tersenyum kala melihat Lea tampak berbaring di sofa dengan begitu pulasnya.
"Bagaimana aku tidak jatuh cinta jika ia sesederhana itu. Ia bahkan berbeda dari wanita pada umumnya," gumam El sembari berjalan mendekati Lea.
Perlahan El berjongkok di samping Lea untuk melihat wajah cantik itu dari dekat.
El dengan cepat mengambil ponselnya untuk memotret setiap momen tentang Lea.
Selesai memotret, El dengan sangat hati-hati mengangkat tubuh Lea untuk dipindahkan ke ranjang.
El membaringkan Lea di atas ranjang di mana ia ikut berbaring di sampingnya.
Cup
Kecupan manis nan singkat yang El daratkan pada pipi chubby Lea membuat ia tersenyum malu.
El menarik selimutnya untuk menutupi tubuh Lea dan dirinya sebatas dada.
Dengan senyum yang lebar nan sumringah El berbaring di belakang Lea sembari memeluknya dengan erat.
Ia menyembunyikan wajahnya di tengkuk belakang Lea di mana ia merasa begitu candu dengan aroma tubuh Lea.
Rasanya El tak ingin jauh-jauh dari Lea.
Ia hanya ingin bersamanya sepanjang waktu.
Kalian pikir El langsung tidur dan hanya memeluk Lea begitu saja tanpa melakukan apapun? Oh tentu tidak.
Kini tangannya sudah menyelusup ke dalam gaun mengusap lembut perut rata Lea, hingga naik ke atas memainkan squisy yang begitu pas di dalam genggamannya.
"Akhhh engh," desah Lea dalam tidurnya membuat El tersenyum lebar dan menghentikan remasannya.
Ia kembali meremas dan memainkan squisy Lea di mana ia begitu menyukai suara seksi nan indah wanitanya.
Tak hanya memainkan squisy Lea, El juga meninggalkan banyak tanda pada tengkuk belakang Lea.
El terkikik geli kala membayangkan ekspresi Lea esok kala melihat tanda yang ia buat.
El lalu ikut memejamkan matanya dengan tangan yang menggenggam squisy Lea tanpa ia lepas.
Yah jangan heran, selain tuan El posesif bin protektif, ia juga mesum di waktu kapan saja dan di tempat manapun.
•••
Keesokan paginya Lea terbangun karena alarm yang terus berbunyi.
Dengan sedikit jengkel Lea meraba ke atas nakas untuk mematikan alarmnya.
Perlahan ia membuka kedua matanya di mana Lea mencoba mengumpulkan segala nyawanya untuk sadar dengan benar.
Lea langsung bangun dan melihat kanan kiri.
Di atas ranjang?
Bukankah ia semalam tidur di sofa?
Lea langsung memeriksa bajunya.
Wuh masih utuh batin Lea kala gaunnya masih melekat di tubuhnya.
Lalu di mana El?
Ah persetan dengannya, Lea langsung turun dari ranjang dan membuka gorden besar itu untuk membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam kamar El.
Lea tersenyum lebar kala tatapannya teralihkan pada keranjang bayi.
Terlihat baby Enzo sudah bangun dan bermain dengan tenang.
"Hei sayang, kamu sudah bangun?" sapanya sembari mengangkat keluar baby Enzo dari dalam keranjang bayinya.
Tok tok
Lea menatap pintu yang diketuk tersebut.
Pasti bukan El, jika dia kenapa harus mengetuk pintu untuk masuk ke dalam kamarnya sendiri.
Apalagi ia seorang berandalan mesum.
"Masuk," seru Lea dengan sedikit waspada sembari berjalan ke dekat jendela.
Pintu terbuka dan menampilkan Ziko yang sedikit membungkukkan badannya pada Lea.
"Maaf menganggu waktu nona. Kami hanya ingin mengantarkan baju anda," ucapnya membuat Lea mengerutkan keningnya.
"Baju?" gumamnya yang mana semua bajunya sudah dibakar habis oleh Tera dan kini baju yang mana yang mereka antar.
Tak lama dari itu, beberapa pengawal masuk ke dalam kamar sembari membawa banyak box dan paper bag.
Lea sedikit melebarkan kedua matanya kala melihat box dan paper bag ternama itu.
Mereka lalu membuka satu persatu box dan paper bagnya.
"Jika anda membutuhkan barang yang lain, anda bisa memberitahu saya nona," beritahunya pada Lea.
"Apa ini? Kenapa banyak sekali barang-barang Dior?" tanya Lea yang belum paham sembari melihat barang-barang Dior keluaran terbaru yang kemarin sempat Lea lihat.
"Tuan El adalah pemilik saham Dior dan Gucci. Karena itu beliau membawa barang-barang keluaran terbaru Dior untuk diberikan pada anda. Tuan tidak tahu selera anda, karena itu semua barang di Dior dibawa kemari," jelas Ziko pada Lea.
Lea baru ingat ucapan El malam itu, Lea kira El membohonginya.
"Lalu di mana dia sekarang?" tanya Lea pada Ziko.
"Tuan sedang di kantor nona. Tuan bilang akan pulang saat makan siang nanti," jawabnya yang hanya diangguki oleh Lea.
Lea melihat-lihat barang-barang itu dan Lea memang mengincar semua barang keluaran terbaru milik Dior.
Namun sepertinya Lea harus membiasakan dirinya untuk menjadi wanita sederhana.
Ia bukan Lea yang dulu, ia tak bisa menerima semua ini.
"Apa anda membutuhkan barang yang lain nona?" tanya Ziko yang mana ia sejak tadi tak bisa mengalihkan tatapannya dari wajah cantik Lea.
Lea tampak menatap Ziko sembari berpikir.
"Apa kamu yang namanya Ziko?" Ziko mengangguk kala Lea mengenalinya.
Lea tersenyum kala sepertinya Ziko adalah tipe orang yang mudah oleng.
"Aku butuh bantuanmu," ucapnya pada Ziko.
Ziko yang mendengar hal itu hanya mengangguk tanpa bisa menahan senyumnya.
Sedangkan di kantor ada El yang kini sedang senyam-senyum sendiri sembari memainkan kursi putarnya kala melihat rekaman Lea.
Ya El sengaja mengirim Ziko ke rumah sembari membekali ia bolpoin yang dilengkapi kamera kecil di dalamnya.
El ingin tahu bagaimana reaksi Lea kala melihat jika ia membelikan semua barang-barang mewah untuknya.
Ternyata ia terlihat biasa saja mengingat ia sendiri juga bukan orang dari kalangan bawah.
Padahal dari tadi pagi yang El inginkan adalah reaksi Lea.
Tapi ternyata, sesuatu hal di luar dugaan terjadi.
Lea menanyakan tentang dirinya.
Apalagi Lea terlihat begitu cocok sekali kala memakai gaun sembari membopong Baby Enzo.
"Bukankah ia sudah terlihat begitu cocok sekali menjadi istriku?" tanyanya pada ketiga temannya yang duduk di sofa sejak tadi memperhatikan dirinya.
El lalu memutar kursinya sembari senyam-senyum dengan malu.
"Kenapa aku sangat muak melihat dia tersenyum?" gumam Sarvel sembari menggenggam erat kaleng birnya.
"Aku sudah mual sejak tadi melihat ia terus tersenyum tanpa henti," gerutu Glen yang juga kesal.
"Apalagi, kita hilangkan bibirnya sekarang. Dengan begitu kita tidak akan melihat senyum yang memualkan itu," ujar Alvino dengan sarkas di mana ia memiliki kesabaran setipis tisu yang dibasahi air dibagi 5.
"Ia bahkan menanyakan keberadaan aku," ucap El sembari menggigiti dasinya dan memutar kursinya layaknya anak kecil.
"Tunggu apalagi, ayo kita dorong dia dari atas sini. Aku muak melihat ia bertingkah manis," ujar Alvino sembari berjalan menghampiri El di kursinya.
Glen dan Sarvel seketika bertindak cepat.
Bukan untuk menyelamatkan El dari Alvino melainkan membuka jendelanya untuk mempermudah Alvino mendorong El ke balkon.
"Yaaaa! Kenapa kalian begitu jahat padaku," teriak El kesal kala Alvino mendorongnya keluar balkon.
Ketiganya langsung menutup jendelanya kembali dan meninggalkan El di balkon dengan kursi kebesarannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Ade Bunda86
dasar bucin el
2023-06-28
1
Frando Kanan
apa mungkin lea dlo bs bli apapun? atau wanita boros?
2023-06-13
0
jihan silvia
mafia kok kocak ya
2023-06-11
0