Kediaman Alemannus
El dan Lea telah sampai di rumah Alemannus.
Terlihat Lea tampak tenang dan begitu santai membuat El heran dengannya.
"Tidak perlu gugup, kau calon istriku. Jadi tak akan ada yang bisa mengganggumu sekalipun mamaku," ucapnya pada Lea.
"Calon istri pura-pura," tekannya pada El untuk mempertegas hubungan mereka di sini.
El hanya tersenyum lalu merengkuh pinggang ramping Lea.
"Bodo amat mau pura-pura atau beneran. Kau tetap wanitaku," gumamnya sembari mengajak Lea masuk ke dalam rumah besar nan mewah itu.
Sebenarnya Lea sedikit gugup dan tak enak dengan menjadi pasangan pura-pura El, tapi mau bagaimana lagi ia sudah membantu dirinya dengan memberikan perawatan pada papanya.
Jadi ini hanyalah bentuk formalitas Lea sebagai balas budinya.
"Ma," panggil El pada perempuan cantik yang mungkin usianya masih berkisar 50 tahunan itu.
Tesa Alemannus, menoleh kala mendengar suara bariton itu.
"El," sapanya dengan senyum sumringahnya dan langsung menghampiri sang putra.
Keduanya saling berpelukan hingga Tesa menatap Lea.
El yang melihat tatapan itu sontak langsung memperkenalkan Lea.
"Calon istri El," ucapnya yang to the point dalam memperkenalkan Lea.
Tesa seketika membulatkan matanya menatap tak percaya El.
"Apa kamu bilang? Calon istri? Dia?" tanya Tesa sedikit keras seakan tak percaya.
El hanya mengangguk sembari merengkuh pinggang ramping Lea seakan mengambil kesempatan dalam kesempitan meski sebenarnya ia juga ingin membuat Lea tidak merasa terdiskriminasi oleh ucapan mamanya nanti.
Lea yang sedikit takut mendengar kata-kata yang mungkin tidak seharusnya ia dengar kini berusaha tetap tenang tanpa menampilkan wajah cemasnya.
Bugh
"Aww sakit ma," rintih El kala Tesa memukul punggungnya bertubi-tubi.
"Bagaimana bisa kamu melakukan ini pada mama, hah?" marahnya pada El.
"El tidak mau dijodohkan dengan wanita pilihan mama, El sudah punya calonnya sendiri. Dan El hanya akan menikah dengan Lea," tegasnya pada Tesa.
Tesa kembali memukul El.
"Lalu kenapa enggak dari dulu kamu mengajak Lea kemari? Kenapa enggak dari dulu kamu menikahinya? Dasar berandalan, sukanya main-main sama cewek aja. Sini sayang sama tante aja," ucap Tesa sembari meraih tangan Lea.
El yang melihat hal itu seakan tak percaya dan ingin membenturkan kepalanya ke dinding untuk melihat jika ia tidak sedang bermimpi.
"Siapa namamu sayang?" tanya Tesa sembari merapikan rambut Lea.
"Lea Cornelio Tante," jawabnya dengan sopan membuat Tesa tersenyum.
"Bagaimana bisa kamu mau dengan putraku, kamu sangat cantik sekali sayang," gumam Tesa heran membuat Lea menahan senyumnya saat ini.
"Ma!" protes El kala mamanya malah tidak percaya kala Lea mau dengan El.
"Ayo sayang kita duduk di sana," ajak Tesa sembari menggandeng tangan Lea.
El yang melihat hal itu tampak senang dan bungah.
Langkah Tesa terhenti kala terdengar suara mobil.
"Itu pasti Oliv," ucap Tesa yang baru sadar jika tak hanya ada Lea di sana melainkan juga Oliv.
"Perempuan pilihan mama?" tebak El yang diangguki oleh Tesa.
"Bentar ya sayang, mama sambut Oliv dulu," pamitnya pada Lea.
Lea hanya mengangguk dan El langsung mendekati Lea.
"Wah sepertinya lampu hijau telah kau dapatkan dari mama, kau sangat beruntung sayang," ucapnya sembari memeluk pinggang ramping Lea dari samping.
Lea hanya diam tak menjawab sembari menghempaskan tangan kekar El yang sibuk mengusap pinggangnya.
"Ini bukan beruntung melainkan musibah. Bagaimana jika mamamu percaya jika kita menjalin hubungan, itu akan semakin memperumit keadaan," ucap Lea sembari menatap ambang pintu merasa begitu penasaran dengan wanita yang ingin dijodohkan dengan El.
"Bagus dong, apalagi kita harus segera menikah," jawab El dengan enteng.
Lea berdecak sembari menyikut perut El.
"Aww," ringisnya sembari meremas pinggang ramping Lea.
"Bukankah ini KDRT? Aku bisa mengadukanmu pada mama," gumamnya pelan sembari berdrama kesakitan.
"Adukan saja, itu akan lebih baik," jawabnya sembari menatap galak El.
"El," panggil Oliv membuat mereka berdua menoleh.
Lea terdiam dan membeku di tempatnya kala melihat Oliv.
Sesuai dengan dugaan Lea, di mana ia merasa tak asing dengan nama Oliv.
Meski nama Oliv banyak di kota ini, tapi Lea memiliki perasaan yang kuat kala nama itu disebut.
Oliv langsung menghampiri El dan memeluknya erat di depan Lea.
El langsung melepas pelukan Oliv dan merengkuh pinggang ramping Lea.
"Lain kali kalau mau meluk izin dulu sama yang punya!" rajuk El di mana sikapnya saat ini begitu menggemaskan sekali.
Lea yang saking terkejutnya dengan kehadiran Oliv hanya diam saat El merengkuh pinggangnya.
Oliv tampak menautkan alisnya kala baru menyadari seseorang yang ia benci selama hidupnya.
Lea Cornelio.
Tatapan sinis Oliv pada Lea membuat El kini berubah serius dan dingin.
"Jaga tatapanmu!" ucap El dengan berterus terang membuat Oliv langsung mengalihkan tatapannya.
"Karena kalian sudah datang semua, ayo kita makan malam dulu sambil ngobrol-ngobrol," ajak Tesa menengahi di mana suasana semakin menakutkan kala El berubah dingin dan serius.
Mereka lalu berjalan ke meja makan di mana Oliv selalu berada di samping kanan El.
El menarikkan kursi untuk Lea lalu duduk di sampingnya.
Oliv yang berharap El melakukan hal sama, sontak berdecak kala ekspetasinya gagal.
"Oh ya Tante, ini saya bawakan oleh-oleh dari Switzerland," ucap Oliv sembari memberikan buah tangan yang sejak tadi ia bawa.
"Ah makasih ya sayang," ucap Tesa sembari menerima buah tangan tersebut.
Oliv tersenyum kala ia mendapatkan pujian dari Tesa sembari melirik Lea.
Makan malam pun dimulai di mana Lea yang asyik dengan pikirannya dan sesekali melirik Oliv dan El yang sibuk memegangi pinggang ramping Lea di mana ia makan hanya dengan menggunakan tangan kanannya.
"Oh ya sayang, ngomong-ngomong, gimana acara Miss Universe kamu kemarin? Lancar?" tanya Tesa yang begitu pandai dalam menyelesaikan diri dengan siapapun dan membuat obrolan menjadi menarik.
"Lancar Tante, saya bahkan diundang langsung oleh CEO Balenciaga untuk menjadi model gaun yang akan diikutkan event di Milan bulan depan," jelasnya begitu detail seakan ingin memberitahukan tentang pencapaiannya.
Lea yang mendengar hal itu diam-diam tersenyum tipis kala Oliv telah mencapai cita-cita untuk menjadi seorang model papan atas.
"Wah hebat ya kamu, meski disibukkan dengan pekerjaan, kamu masih mengenyam pendidikan di Universitas Harvard, kamu begitu peduli dengan pendidikan," puji Tesa yang mana hal itu membuat Oliv tersipu malu.
Oliv lalu melirik Lea yang tampak sibuk makan.
"Kalau boleh tahu, siapa dia Tante? Apa ia seorang wanita karier atau semacamnya? Seperti bukan tipe wanita El sekali, oh dia sekretarisnya El?" tanya Oliv pada Tesa sembari menatap Lea.
El yang tak tahan dengan mulut pedas Oliv sontak menatapnya dengan datar dan dalam tapi menakutkan.
Lea yang merasa dirinya menjadi pusat perhatian sontak menoleh ke samping dan tatapan mereka bertemu.
"Dia Lea sayang, calon istri El," jawab Tesa yang mana hal itu membuat Lea dan El terkejut bukan main.
Lea yang terkejut karena Tesa mengakuinya padahal tadi ia begitu welcome sekali dengan Oliv seakan tak menganggap kehadirannya dan El yang terkejut karena mamanya mengakui Lea secara langsung di depan Oliv.
Oliv yang mendengar hal itu kini menganga tak percaya seakan dirinya bagai tamu tak diundang.
"Tunggu, apa maksud Tante? Calon istri El? Lalu saya, bagaimana dengan perjodohan yang anda janjikan?" tanya Oliv dengan pelan-pelan seakan ia mencoba untuk tetap tenang meski jantung hatinya berdebar begitu hebat sekali.
El yang senang karena mendapat lampu hijau dari mamanya, kini tak bisa menahan senyumnya.
Sejak tadi ia terus tersenyum sembari mengusap lembut pinggang ramping Lea.
"Maaf ya sayang, Tante sepertinya tidak bisa lagi memaksa El untuk menikah dengan wanita pilihan Tante, karena kelak yang akan menjalani kehidupannya adalah El sendiri, bukan Tante. Tante hanya berharap untuk kebahagiaannya, tak lebih dari apapun," jawab Tesa dengan baik dan hati-hati.
"Karena El memilih Lea, Tante tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Dan baru hari ini El membawa Lea kemari, karena itu Tante tidak tahu jika hal tak terduga ini akan terjadi, sekali lagi Tante minta maaf ya," ucapnya dengan hati-hati pada Oliv.
Lea yang melihat Oliv tampak mengepalkan tangannya di mana wajahnya sedang menahah segala emosi dan kata-kata mutiaranya, membuat Lea ingin sekali memeluknya.
Oliv tak mengatakan apapun, ia menyambar tasnya dan beranjak dari kursinya.
"Maaf Tante sepertinya saya harus pamit undur diri dulu. Permisi," pamitnya yang langsung pergi begitu saja.
Lea yang melihat hal itu sontak langsung beranjak dari kursinya dan mengejar Oliv.
"Sayang, mau kemana kamu?" teriak El yang hendak mengikuti namun ditahan oleh Tesa.
"Bentar ma, El mau susulin Lea," ucapnya pada Tesa.
Tesa kembali menggelengkan kepalanya di mana ia menahan begitu kuat lengan putranya.
"Kenapa?" tanya El penasaran kala mamanya melarang ia mengejar Lea.
Tesa menghembuskan napas pelan dan melepaskan lengan El.
"Mereka sahabatan," jawab Tesa lesu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 136 Episodes
Comments
Femmy Femmy
kirain tidak diterima ternyata mama Tesa sangat menerima Lea 😊
2024-03-22
1
Frando Kanan
shbt huh...
2023-06-13
0
Mel_San12
lho lho kok mama nya El sudah tau kalau Oliv dan Lea sahabatan? apakah selama Lea tinggal bersama El uncle Ziko yang unyu ini laporan ya?sehingga mamanya langsung cari informasi mengenai Lea?
woaahhh berasa jadi cenayang yang suka menebak 🤣😅
2023-05-13
1