[stage 3 selesai]
[akumulasi kinerja anda sedang dilakukan]
[pencapain dari stage 1 dan 2 tidak lagi dihitung]
[selamat anda mendapatkan pencapaian tertinggi yang bisa dicapai dalam dungeon ini, beberapa Bonus akan diberikan]
[title pengakuan dari pahlawan berhasil didapatkan: para npc yang akan di dekat akan memberikan sedikit penghormatan!]
[selamat anda berhasil mendapatkan peti senjata dari sang demon hunter, rank epic]
[+3 pada kekuatan, dan +2 kepada ketahanan berhasil ditambahkan]
rentetan pemberitahuan ini sama sekali tidak menarik perhatiannya, “aku tidak harap kau mengikuti jalan yang telah aku ambil, tapi setidaknya aku ingin meninggalkan sesuatu kepada satu-satunya murid yang aku miliki! jaga itu baik, tentu itu akan sangat berguna untuk orang-orang serakah seperti kita!” ucap Sang demon hunter sambil tersenyum.
“Guru! terima kasih atas bimbingan yang telah kau berikan, aku bukanlah orang yang mengerti cara berbicara yang baik, tapi aku tahu kalau apa yang aku dapatkan beberapa hari ini adalah sesuatu yang sangat bermakna, jadi aku ucapkan banyak terima kasih, jadi tenang saja murid ini tidak akan mengecewakan gurunya dan akan menjadi orang terkuat yang ada di dunia ini!” Balas Enma yang memberikan sujud penghormatan kepada Demon hunter.
“Guru untuk terakhir bisakah aku mengetahui namamu!” ucap Enma dengan sedikit memohon..
“ingat baik namaku adalah tenritata seorang pahlawan yang pernah membuat musuh-musuhku menangis hanya dengan mendengar namaku! dan selalu berhati-hati dengan dewa yang akan kau pilih,” ucapnya dengan lantang sebelum ia akhirnya benar-benar menghilang dari hadapan Enma saat itu.
“Ding!”
“selamat anda orang pertama berhasil membunuh seorang bos Monster saat berada di level satu!”
“title super Rocky didapatkan!”
“super rocky sebuah title yang didapatkan kepada seorang pemula yang memiliki pencapaian yang sangat tinggi! hal itu membuatmu layak untuk mendapatkan pengakuan sehingga anda berhak perlakukan yang dari bangsawan tingkat rendah.”,
{Tenritatta telah kembali ke peristirahatan terakhirnya, kau memberinya peristirahatan sempurna sehingga dungeon ini tidak lagi dibutuhkan sehingga sebentar lagi akan hancur.}
“Sudahlah semua urusanku disini sudah selesai! mari pergi dan pikirkan apa yang diharuskan setelahnya!” lanjutnya setelah berpikir.
karena stage 3 telah selesai, dan Tenritatta juga telah mati, Ia segera di teleporkan menuju di depan pintu masuk dungeon.
setelah semuanya selesai ia segera logout, karena merasa ia mulai sakit kepala karena terlalu memaksakan diri untuk melawan Tenritatta.
“butuh tiga hari di dunia nyata untuk menyelesaikan Dungeon itu!” gumamnya.
tentu ia sangat senang karena telah berhasil untuk menyelesaikan sesuatu apalagi apa yang ia dapatkan jauh lebih baik dari apa yang diharapkan.
seharusnya saat memasuki dungeon itu, selain meningkat berfungsi untuk meningkat stat awal karakter, dari awal ia memang sudah mengincar stat Gaft, dan sekarang bukan hanya mendapatkan itu, sekarang ia mendapatkan sebuah peralatan, dan sebuah skill yang sepertinya memiliki Rank yang lumayan tinggi.
“mungkin keluar untuk minum sedikit bir untuk merayakannya akan menjadi semakin baik!” ucapnya berpikir.
Jika hanya sekedar untuk jalan-jalan sebenarnya Aji sudah cukup kuat, ia hanya masih tetap tinggal di rumah sakit karena kemarin ia mendapatkan ancaman dari Mardin ayah Jeni, untuk tidak meninggalkan rumah sakit jika tidak ingin membayar biaya rumah sakit dengan uang pribadinya.
Dengan sedikit kesusahan karena ia masih harus menghindari para suster yang berjaga-jaga, ia akhirnya sampai di mesin penjual minuman kaleng! Namun sampai disini ia malah kelupaan sesuatu yang sangat penting.
Ia lupa kalau selama di rumah sakit ini ia masih membutuhkan uang untuk membeli sesuatu, beberapa hari ini ia terus dipenuhi keinginannya hingga dia lupa kalau di dalam rumah sakit ini masih membutuhkan uang dalam beberapa hal.
“Nih!” ucap seseorang yang berada di sampingnya menyodorkan beberapa uang kertas.
“Terima kasih!” balas Aji tampah berbalik, namun ia masih mengambil uang tersebut.
Ia tentu tahu siapa orang yang berada disampingnya yang tidak lain adalah Jeni, yang terlihat sangat kesal melihat aji yang berada disini.
Namun aji tidak terlalu peduli dengan menggunakan Uang yang diberikan jeni ia membeli satu kaleng bir dari mesin itu, bahkan setelah mendapatkan apa yang ia inginkan tampah berbalik mengatakan apa-apa, ia langsung berbalik untuk meninggalkan tempat itu.
Meninggalkan Jeni yang melihatnya dengan tatapan tercengang, “Kak! Kak!” ucap sebuah suara kecil yang terus menarik-narik baju aji dengan pelang.
Saat melihat orang yang memanggilnya adalah seorang anak kecil, tatapan yang awalnya terlihat cuek kini menjadi sangat berbeda, ia terlihat langsung menjadi sangat ramah, yang semua anak pun pasti akan luluh kepadanya.
“Oh ternyata kamu, apa keadaanmu sudah membaik, kalau belum pulih, ada baiknya kamu mendengarkan apa yang kakakmu katakan! Yaitu banyak istirahat hingga bisa pulih dengan cepat.”
Dengan sekali lihat Aji tahu kalau anak kecil adalah anak yang ia selamatkan, atau dengan kata lain adik dari Jeni, walaupun sebelum ia pingsan ia terlalu memperhatikan muka nya, namun dari siluetnya ia jakin kalau tebakannya pasti benar
“Oh, setidaknya ada yang paham dengan ucapankunya!” mendengar ucapan dari Aji, tentu membuat jeni tidak tahan untuk berkomentar, karena melihat Aji sendiri yang sama sekali tidak ingin mendengarkan ucapannya.
“nenek lampir tidak perlu gabung dengan pembicaraan manusia,” balas Aji singkat.
“Kau!!”
Interaksi antara Aji dan jeni membuatnya adik jeni terhibur. Namun terlihat jeni malah terkejut saat melihat ekspresi adiknya yang sangat menggemaskan!.
Saat melihat adiknya itu terseyum, jeni langsung berlari untuk mengecek apa adiknya itu tidak sakit atau bagaimana.
“Kakak, kamu terlalu berlebihan itu membuatku malu kepada kak aji!”
Dengan sedikit malu-malu terlihat anak itu berusaha menghentikan apa yang kakaknya lakukan, “Benar, kau bertindak seolah-olah adikmu tidak pernah tersenyum! Balas Aji sedikit berkomentar dengan pa yang dia lihat.
“Dia memang tidak pernah tersenyum!” balasnya santai, ia juga berdiri, untuk menenangkan dirinya.
Sedikit balasan itu membuat Aji diam, dan tidak melanjutkan topiknya, “Kemarin aku sudah bilang kalau Adikku ingin bertemu bukan! Jadi aku kesini untuk membawanya dan akan ku perkenalkan, namanya riana anjani anak termuda keluarga Mardin.” Lanjut Jeni memperkenalkan adiknya kepada AJi.
“Kakak, aku hanya ingin mengucapkan terimakasih karena sudah menyelamatkanku,” ucapnya dengan sangat menggemaskan, suaranya sedikit terbata-bata entah karena gugup atau masih bingung kata apa yang harus diucapkan kepadanya
“iya! ucapan terima kasihnya aku terima, tapi lain kali kamu harus hati-hati, karena menyeberang sembarang itu sangat berbahaya apalagi jika lalu lintas sangat padat, OK!” balasnya.
“siap bos! tapi aku ada hadiah untuk kakak, tadi ada sebuah pelajaran di sekolah untuk menggambar yang bertema pahlawan! Karena sekarang adalah pahlawan bagi riana...” sambil mengucapkan kata-katanya ia memperlihatkan gambar yang lebih terlihat lebih seperti zombie daripada seorang pahlawan seperti yang kebanyakan ada di film-film.
Hal ini membuat, Aji sendiri tidak tahu harus berkata seperti apa, ia tahu kejadian ini adalah sebuah kejadian nyata, dimana saat ia baru di tabrak Mobil ia berdiri dengan darah di tubuh.
Aji tidak masalah jika itu seperti gambar kebanyakan anak seusia riana saat ini, namun gambar itu sangat bagus, sehingga itu dapat terlihat sangat jelas bagaimana gambar itu ditujukan apalagi tema gambarnya adalah realis, membuatnya terlihat seperti lukisan aksi yang kegiatannya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 111 Episodes
Comments
Stephen (Phoenix dalam celana)
ini kalo dikasih titel pasti titelnya 'undying man' si aji inimah.
2023-06-05
0