Rasa cinta yang sempat terkubur dalam kini kembali membuncah di dada Aina. Pendiriannya untuk menolak Gavin perlahan luruh, karena pada kenyataannya dia tidak bisa menolak semua perhatian pemuda itu.
Apalagi di tengah keadaannya yang terus-menerus mendapatkan siksaan dari Erzan. Tidak ada satu pun titik kebahagiaan yang dia dapatkan dalam pernikahannya bersama pria paruh baya itu.
Dan Gavin datang dengan segala penawar untuk rasa sakit yang Aina terima. Untuk itu Aina tidak bisa menahan diri dari bujuk rayu cinta pertamanya, yakni anak tirinya sendiri.
Gavin yang tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, terus-menerus mencium bibir Aina dengan lembut. Dia sangat senang, sangat akhirnya Aina mulai membalas.
Meski terasa kaku, tapi semua itu sudah cukup membuktikan bahwa Aina sudah kembali membuka hati untuknya.
Dengan begitu Gavin berharap bahwa hubungan mereka akan kembali seperti semula. Meksipun ia sangat sadar, lawannya adalah sang ayah.
Gavin baru melepaskan bibir Aina saat gadis itu nampak terengah-engah. Mereka kembali saling tatap, dan Aina yang tak sengaja mencengkram dada Gavin, langsung menurunkan tangannya.
Namun, dengan cepat Gavin menahan pergelangan tangan gadis cantik itu. "Apa itu artinya kamu bersedia menerimaku kembali?" Tanya Gavin ingin sebuah kepastian.
"Aku tidak tahu harus menjawab apa, Gav. Hubungan kita terasa sangat rumit, dan aku takut kalau sampai Tuan Erzan tahu," balas Aina apa adanya. Dia tidak bisa bohong, ada ketakutan tersendiri yang selalu menghantuinya.
"Kalau begitu jangan sampai Daddy tahu. Untuk saat ini kita harus sembunyi-sembunyi di belakangnya. Dan bila waktunya tiba, aku pasti akan mengatakan yang sesungguhnya, bahwa kita berdua adalah sepasang kekasih."
Gavin membuka telapak tangan Aina, lalu menggenggamnya dengan erat, berusaha untuk meyakinkan gadis ini bahwa apa yang dia ucapkan bukanlah omong kosong.
Sesaat Aina terdiam, tetapi tak berapa lama kemudian dia menganggukkan kepala sambil tersenyum kecil. Meski ada rasa khawatir yang menyerang hatinya, Aina tetap berusaha untuk percaya.
Melihat Aina tersenyum, membuat Gavin ikut tersenyum pula. Satu tangan pemuda itu mengelus pipi Aina dengan lembut sambil berkata. "Ayo berjuang bersamaku. Karena jika hubungan diibaratkan seperti seekor burung, maka dia tidak akan bisa terbang hanya dengan satu sayap. Butuh dua kepakan untuk sampai di tujuan. Dan aku membutuhkanmu, Aina."
Dari sorot mata Gavin, Aina menemukan sebuah kesungguhan. Meskipun dia sadar bahwa jalan yang mereka pilih tidaklah mudah, tapi dengan bersama Aina yakin semaunya bisa dilewati.
"Aku akan menjadi salah satu sayapnya," balas Aina, yang membuat senyum di bibir Gavin semakin terlihat lebar.
Pemuda itu kembali memangkas jarak dan menyatukan kening mereka berdua. Akhirnya usaha kerasnya untuk merebut Aina kembali, kini mulai membuahkan hasil.
Cup!
"Bagaimana? Apakah masih terasa sakit?" tanya Gavin setelah mengecup sudut bibir Aina yang sempat terluka.
Gadis itu langsung menggelengkan kepala. Karena dia memang tidak merasakan sakit. Dia malah suka.
Dan jawaban itu membuat Gavin kembali mengambil kesempatan. Dia menarik tengkuk Aina dan melabuhkan sebuah ciuman.
Sementara Aina tidak menolak apapun yang Gavin lakukan. Sebuah sentuhan cinta yang membuat ia terbuai oleh hasrat terlarang. Karena mau seperti apapun, status Gavin masih tetap menjadi anak tirinya.
Tanpa melepas ciuman, Gavin menggiring tubuh Aina hingga berbaring di atas ranjang. Sementara tangannya mulai bergerilya, untuk menyentuh apapun yang ia suka.
Namun, baru saja mereka menikmati jalan menuju nirwana. Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu, disusul suara Naumi yang memanggil nama Aina.
Tok Tok Tok ...
"Aina."
Mendengar itu, Aina yang langsung terlihat gugup mendorong dada Gavin dengan keras. Hingga pemuda itu nyaris terjungkal ke belakang.
Secepat mungkin Aina ingin membuka pintu, tetapi Gavin segera menahannya. "Kamu tidak melupakanku 'kan? Rileks, jangan tunjukkan kegugupanmu di depannya. Karena hal itu akan membuat orang-orang curiga."
"Maaf, Gav. Aku takut ketahuan."
"Justru sikapmu yang seperti ini yang membuat orang jadi tahu kalau kamu menyembunyikan sesuatu. Ayo, biar aku yang buka dan menjelaskannya!" ajak Gavin dengan wajah yang terlihat santai.
Akhirnya mereka menemui Naumi secara bersama. Wanita paruh baya itu nampak mengerutkan dahi saat melihat Gavin ada di kamar Aina. Namun, rasa curiga yang hampir singgah, terkalahkan oleh kotak p3k yang ada di tangan Gavin.
"Ada apa, Bi?" tanya Gavin lebih dulu.
"Eum begini Den Gavin, saya disuruh Tuan Erzan untuk mengecek dan mengobati Nona Aina. Karena Tuan bilang bibir Nona Aina berdarah," jawab Naumi apa adanya. "Tapi sepertinya Den Gavin sudah menggantikan tugas saya."
Kali ini Gavin yang mengerutkan dahi, karena tidak biasanya Erzan menunjukkan perhatian pada Aina.
"Betul, aku sudah mengobati lukanya. Bilang saja pada Daddy, lain kali suruh anak buahnya bertindak lebih cepat." Gavin menyerahkan kotak di tangannya pada Naumi. "Aku ke kampus."
Seolah tak terjadi apa-apa, Gavin melenggang ke kamarnya untuk mengambil tas terlebih dahulu. Sementara Aina hanya bisa bergeming, tak tahu harus bicara apa dengan Naumi.
***
Ceilah perhatianmu Ra Ono gunane, Pak🙄🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
IbuNaGara
pecat jd ayah dan suami
2024-04-03
0
Pia Palinrungi
secepatnya gavin kamu ngomong sm ayahmu sebelom ayahmu ada rasa sm aina
2024-01-11
1
𝐀⃝🥀Adriya ᴿᵉᵉⁿ Hofi ᴹᵒʳᵉⁿᵒ
psyco kamu pak erza.. habis ngasih luka mau ngobatin tapi pake tangan orang lain. jangan bilang kalo pak erza ada rasa sama Aina.. gak rela banget rasanya.
SEMANGAT Thor 🤗
2023-07-03
3