Pagi datang.
"Aina! Aina!" teriak Erzan dari lantai dua, dia ingin segala keperluannya Aina yang menyiapkan. Namun, sedari tadi memanggil nama gadis itu, Aina tak kunjung datang.
"Ke mana gadis kampungan itu? Aina!"
Suara bariton Erzan semakin menggelegar. Hingga terdengar oleh para asisten rumah tangga, termasuk Naumi.
Sontak saja wanita paruh baya itu segera naik, dan melihat Erzan yang mondar-mandir dengan tangan yang bertolak pinggang.
"Ke mana dia?!" tanya Erzan dengan nada menyentak saat Naumi sudah ada di hadapannya.
"Maaf, Tuan, Nona Aina belum keluar dari kamar. Sepertinya dia masih beristirahat," jawab Naumi apa adanya.
Saat ini Aina memang masih tertidur, mungkin karena terlalu lelah meladeni tamu undangan. Dia jadi tidur sangat pulas.
"Benar-benar kelewatan, dia pikir dia bisa seenaknya di rumah ini?" gumam Erzan dengan perasaan kesal. Lantas dia segera mengambil kunci cadangan dan menuruni anak tangga untuk sampai di kamar Aina.
Tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu, Erzan langsung membuka pintu kamar Aina menggunakan kunci cadangan yang ada di tangannya.
Ceklek!
Api kemarahan Erzan semakin berkobar saat melihat tubuh Aina masih bergelung di bawah selimut. Dengan langkah lebar dia menghampiri Aina, dan langsung menarik kain tipis itu dengan kasar.
"Bangun!" bentak Erzan seraya menggebrak meja nakas, membuat Aina langsung membuka matanya lebar-lebar.
Kantuk di mata Aina seolah hilang, sementara jantung gadis itu berdebar lebih kencang.
"Tu—Tuan?" lirih Aina, lalu dengan cepat mendudukkan diri meskipun kepalanya jadi sedikit pusing.
"Berani sekali kamu bangun setelahku!?" cetus Erzan dengan mata yang menyalak tajam. Membuat Aina kesulitan untuk menelan ludah.
"Maafkan saya, Tuan, saya—"
"Aku tidak ingin mendengar alasan dari mulut kotormu. Lekas bersihkan wajahmu dan naik ke kamarku, siapkan barang-barangku karena aku akan pergi ke kantor!" sela Erzan dengan cepat. Lalu menarik tangan Aina agar segera bangkit dari ranjang.
Aina yang merasa terseret hampir saja kehilangan keseimbangan tubuhnya, andai dia tidak berpegangan pada punggung sofa, mungkin dia sudah jatuh ke lantai.
"Jangan membuatku menunggu, karena itu fatal bagimu!"
Brak!
Erzan keluar dari kamar Aina dan menutup pintu dengan keras. Menciptakan tanda tanya dan ketakutan tersendiri di hati Aina.
"Sebenarnya apa salahku? Kenapa dia selalu marah-marah tanpa sebab?" gumam Aina dengan perasaan sedih bercampur kesal.
Tak ingin membuat Erzan kembali marah, Aina segera membasuh wajahnya. Dia naik ke lantai dua dan mengetuk pintu kamar utama.
"Masuk!"
Ketika mendengar instruksi itu, Aina langsung membuka pintu, dan dia langsung disuguhi ruangan yang begitu mewah dan megah.
Namun, satu yang membuatnya tertegun, yaitu sebuah bingkai foto berukuran besar yang terpajang di dinding.
Gambar seorang wanita, yang Aina yakini bahwa itu adalah mantan istri Erzan.
"Jangan sentuh apapun, kecuali perlengkapan kerjaku!" kata Erzan dengan datar, dan Aina langsung mengangguk sebagai jawaban.
Setelah mengurus keperluan suaminya, Aina pergi ke dapur untuk menyiapkan sarapan. Dan tak berapa lama kemudian Erzan pun ikut turun, Aina berinisiatif untuk memberikan kopi pada pria paruh baya itu.
Namun, karena tidak berhati-hati, Aina menumpahkan kopi tersebut hingga mengenai sepatu mahal Erzan.
Pyar!
Erzan langsung dibuat mendelik, sementara Aina siap untuk menerima kemarahan suaminya.
"Bersihkan sepatuku dengan bajumu! Dasar gadis ceroboh!" sentak Erzan, entah sudah berapa kali dia membentak Aina, rasanya dia tidak pernah puas.
Aina mematung sesaat, dan akhirnya dia mendekati Erzan dengan bola matanya yang memanas.
"Lakukan dengan cepat, karena aku ada meeting!" sambung Erzan sedikit menendang lutut Aina. Sementara yang lain tidak ada yang berani membela gadis cantik itu.
Erzan tidak tahu, kalau sedari tadi aksinya telah disaksikan oleh salah satu putranya yang diam-diam pulang ke rumah utama.
Sejak subuh tadi Gavin sudah berada di sini, dan dia menyaksikan dengan jelas bagaimana Erzan memperlakukan Aina.
Setelah Erzan pamit berangkat ke kantor, Aina langsung membantu para asisten rumah tangga untuk membersihkan dapur. Baru setelah itu Aina izin untuk membersihkan diri.
Namun, baru saja Aina membuka pintu kamarnya, dia langsung didorong masuk dengan mulut yang dibekap.
Dia ingin berteriak tetapi tidak bisa, hingga yang bisa dia lakukan adalah meronta-ronta.
Namun, tiba-tiba tubuhnya dibalik, dan Aina langsung terbelalak lebar, ketika tahu sosok yang ada di hadapannya.
"Gav?" panggil Aina ketika tangan kekar itu sudah berpindah posisi. Sementara itu Gavin langsung mendorong tubuh Aina ke dinding dan mencium bibir gadis itu.
Bola mata Aina hampir saja keluar mendapati aksi gila Gavin. Dan dia tidak tahu kenapa pemuda ini bisa berada di rumah suaminya.
Ya, sebelumnya Aina dan Gavin adalah sepasang kekasih. Namun, karena Aina tidak diperbolehkan untuk berpacaran sebelum lulus kuliah, mereka menjalin kasih diam-diam.
Hingga suatu ketika Aina meminta putus, tanpa alasan yang jelas. Ya, tepatnya beberapa hari yang lalu. Dan sekarang Gavin tahu, apa yang membuat Aina menyerah pada hubungan mereka.
Karena kemarin dia mendapati kenyataan bahwa Aina telah menjadi ibu tirinya. Bayangan yang Aina lihat adalah bayangan tubuh Gavin yang saat itu datang ke pesta pernikahan ayahnya.
"Aku merindukanmu, Na," ucap Gavin dengan dada yang bergemuruh hebat.
***
Jangan lupa like, komennya gaes🙃🙃🙃
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
𝕮𝖎ҋ𝖙𝖆 Ney Maniez ❤
waduhh ibu tiri ku mantan pacarku,,, nnt jadi selingkuhan ku
2024-04-03
0
Anonim
wolha...pacar Aina anak tirinya ya...
2024-02-23
0
Alexandra Juliana
Aina : Kekasihku adalah anak tiriku...☺️
2024-01-16
1