Sebelumnya Erzan adalah pria lembut dan setia. Dia sangat mencintai dan menyayangi istrinya, bahkan dia meratukan wanita itu. Namun, setelah kepercayaannya terhadap cinta telah terkoyak.
Erzan berubah menjadi pria nakal. Dendam mulai membara di dada Erzan saat mengetahui perselingkuhan istrinya.
Dan karena hal itu, keluarga kecil yang sudah mereka bangun bertahun-tahun langsung hancur seketika.
Danesh dan Gavin bahkan meninggalkan dia seorang diri di rumah utama. Namun, sebagai figur seorang ayah. Erzan tidak ingin terlihat lemah, dia bangkit dari keterpurukan, tetapi bukan menjadi Erzan yang dulu.
Dia telah membebaskan diri, membawa wanita keluar masuk sesuka hati. Hingga beberapa hari yang lalu, tepatnya sebelum dia menikahi Aina, dia mendengar sang mantan istri sudah bahagia dengan selingkuhannya.
Bahkan mereka dikaruniai seorang anak.
Bertepatan dengan itu, dia berurusan dengan Bagaskara, hingga akhirnya dia berpikir untuk menjadikan Aina sebagai bahan pelampiasan.
Setiap melihat gadis itu, entah kenapa perasaan kesalnya muncul. Dia selalu merasa ingin menyiksa Aina dan membuat gadis itu menderita. Padahal Aina tidak memiliki salah apa-apa padanya.
Karena sebenarnya dia kecewa terhadap dirinya sendiri yang tak mampu mempertahankan keutuhan rumah tangganya.
Dia masih sangat mencintai Margin, mantan istrinya. Namun, takdir seperti tak suka hubungan mereka bertahan lama.
Bahkan karena rasa cintanya, Erzan tidak mengizinkan siapa pun untuk tidur di kamar utama, dan tetap memajang foto Margin di ruangan itu.
"Cukup, Jess," ucap Erzan dengan nafas yang terengah-engah. Dia kembali mendapatkan pelepasan untuk yang kedua kalinya.
Sementara Jessika yang mendengar instruksi itu langsung menghentikan gerakan pinggulnya. Kini posisi Jessika memang ada di atas tubuh Erzan.
"Kita baru bermain sebentar, Er," rengek Jessika dengan manja. Namun, hasrat Erzan untuk bercinta sudah berkurang. Jadi dia memikirkan alasan untuk membuat wanita satu ini pulang.
"Aku masih banyak pekerjaan. Lain kali saja kita menghabiskan waktu yang lebih banyak," balas pria paruh baya itu seraya mengecup bibir Jessika sekilas. "Uang jajanmu juga nanti aku transfer."
Raut wajah Jessika yang semula cemberut langsung berubah seketika, dia turun dari tubuh Erzan lalu membenahi pakaiannya.
"Dua digit ya," rayu Jessika sambil memasang wajah semanis mungkin agar Erzan menuruti keinginannya.
Tak ingin ambil pusing Erzan langsung menganggukkan kepala. Akhirnya wanita itu pun benar-benar pulang, sementara Erzan kembali memanggil Aina.
"Bereskan semua itu!" titah Erzan sambil menunjuk sisa pengaman yang telah dia pakai. "Dan jangan lupa susun dokumen yang ada di sebelah sana, berurutan dari tahun ke tahun!" Dia tidak peduli sama sekali terhadap Aina, meski dia tahu kalau gadis itu habis menangis.
Ya, Erzan melihat mata Aina yang memerah dan berkaca-kaca.
Tanpa bicara Aina langsung mengikuti semua perintah Erzan. Meskipun terasa menjijikkan, tetapi Aina bisa apa?
"Berhenti menjadi gadis cengeng, aku benci melihatnya!" ketus Erzan sekali lagi sebelum akhirnya dia pergi dari ruangan itu.
Aina menarik nafas dalam-dalam, sementara bibirnya terus bergetar. Sekuat apapun ia menahan air mata itu, akhirnya jatuh juga. "Tidak! Kamu tidak boleh menangis, Aina. Untuk apa kamu menangisi orang itu? Benar kata Gavin, dia tidak pantas mendapatkan air mata ini."
Gadis itu terus meyakinkan diri, bahwa dia bisa melewati semua ujian hidupnya. Meskipun dia tidak tahu, sampai kapan dia terpenjara dalam pernikahannya bersama Erzan.
Pekerjaan Aina seolah tak habis-habis, bahkan dia sampai melewatkan makan malam. Kini waktu menunjukkan pukul 22, Aina bernafas lega karena akhirnya semua pekerjaan yang diberikan oleh Erzan telah selesai.
Dengan gontai Aina kembali ke kamar. Namun, lagi-lagi sosok yang membuat jantungnya berdegup kencang hadir di hadapannya.
Kini Gavin membawa sepiring nasi beserta lauk pauk dan juga segelas susu hangat. Sedari tadi dia menunggu di depan kamar Aina.
"Kamu belum makan malam, Aina," ucap Gavin seraya menyerahkan apa yang ada di tangannya.
Otak Aina memberi perintah untuk menolak semua kebaikan Gavin. Namun, hati dan perutnya tak bisa bohong. Dia lapar.
Seolah tak sadar dengan tindakannya, Aina langsung meraih piring dan gelas itu.
"Habiskan dengan cepat dan lekas istirahat," ucap Gavin dengan penuh perhatian, dan Aina hanya bisa menganggukkan kepala.
Melihat itu, Gavin langsung tersenyum. Sebelum meninggalkan Aina, dia lebih dulu mengusap bahu gadis cantik itu, memberi isyarat bahwa dia akan selalu ada di samping Aina. Apapun keadaannya.
***
Jangan lupa dukungannya gaes 🥳🥳🥳
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
IbuNaGara
sabarrr y
2024-04-03
0
Pia Palinrungi
kenapa sihhh gak ngomong sm ayah kamu kalai aina adalah pacarmu
2024-01-11
1
Sulaiman bayo Kwasa
terharu
2023-10-30
1